tersedianya fasilitas, dukungan support dari pihak lain, seperti suami atau istri, orang tua, mertua, petugas kesehatan dan lain-lain Notoatmodjo, 2003.
2.8. Pendidikan Gizi 1000 HPK dalam Proses Perubahan Perilaku
Seiring dengan meningkatnya masalah gizi di Indonesia telah banyak kegiatan yang dilakukan untuk menyadarkan masyarakat tentang gizi. Kegiatan tersebut, salah
satunya seperti yang tertuang dalam rencana aksi Kementerian Kesehatan RI, yaitu meningkatkan pendidikan gizi masyarakat melalui penyediaan materi Komunikasi
Informasi dan Edukasi KIE dan kampanye gizi. Pendidikan gizi diartikan sebagai penyebaran informasi tentang ilmu gizi.
Menurut WHO yang dikutip oleh Supariasa 2012 pendidikan gizi adalah usaha terencana untuk meningkatkan status gizi melalui perubahan perilaku. Perubahan dan
modifikasi perilaku berhubungan dengan produksi pangan, persiapan makanan, distribusi makanan dalam keluarga, pencegahan penyakit gizi dan perawatan anak.
Pendidikan gizi merupakan salah satu upaya penanggulangan masalah gizi. Pendidikan gizi diharapkan dapat merubah perilaku kearah perbaikan konsumsi
pangan dan status gizi. Perilaku seseorang dalam konsumsi pangan berasal dari proses sosialisasi dalam sistem keluarga melalui proses pendidikan gizi maupun
sebagai dampak penyebaran informasi Madanijah dalam Basit, 2012. Intervensi berupa pendidikan gizi telah banyak dilakukan untuk mengatasi
berbagai masalah gizi di masyarakat. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Adi dkk 2012 tentang edukasi gizi terhadap pola konsumsi ibu hamil anemia dalam upaya
Universitas Sumatera Utara
perbaikan kadar hemoglobin menyimpulkan bahwa, secara signifikan terdapat pengaruh edukasi gizi terhadap perubahan konsumsi zat gizi ibu hamil yang anemia.
Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Syarkowi 2008 yang meneliti tentang tingkat pengetahuan gizi masyarakat melaui pendidikan dan latihan menyimpulkan
bahwa, terjadi peningkatan kemampuan gizi serta kemampuan menyusun menu seimbang setelah pemberian materi gizi.
Secara umum, pendidikan gizi adalah suatu proses yang berdimensi luas untuk merubah perilaku masyarakat sehingga kebiasaan makan yang baik dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan gizi juga bertujuan utnuk meluruskan pendapat-pendapat gizi yang keliru yang dapat mengakibatkan terjadinya
masalah gizi. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa program 1000 HPK
merupakan program yang terfokus sejak bayi dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun. 1000 HPK merupakan periode terpenting dan perlu mendapatkan perhatian
terbesar. anak-anak yang tidak menerima asupan gizi yang memadai pada masa ini dapat menderita kerusakan tetap yang tidak bisa diperbaiki pada saat dewasa.
Menurut Berg yang dikutip oleh Syarkowi 2008 terjadinya masalah gizi bukan semata-mata disebabkan oleh harta, tetapi karena kemiskinan pengetahuan.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka upaya mencapai keadaan gizi yang baik, pendidikan gizi yang bertujan untuk mengembangkan perilaku yang positif
terhadap gizi mutlak diperlukan.
Universitas Sumatera Utara
Pendidikan gizi pada 1000 HPK merupakan pendidikan gizi yang membahas tentang kebutuhan-kebutuhan gizi selama masa tersebut, mulai dari gizi selama
kehamilan, gizi selama menyusui, gizi pada bayi dan anak dibawah usia dua tahun. Telah banyak intervensi berupa pendidikan gizi pada masa 1000 HPK yang
dilakukan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Wiswaati 2013 dengan melakukan penyuluhan berupa pemberian materi gizi dan kehamilan pada kelas ibu
hamil terhadap pencapaian kadar hemoglobin harapan menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan ibu hamil dan pencapaian kadar hemoglobin harapan
sebelum dan sesudah pemberian penyuluhan atau pendidikan gizi. Kebutuhan gizi pada masa menyusui juga perlu diperhatikan, karena masa
menyusi merupakan bagian dari 1000 HPK. Pendidikan gizi pada masa menyusui bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan yang diharapkan akan diikuti dengan
perilaku yang positif pula. Pemberian pendidikan gizi pada masa menyusui memang sebaiknya diberikan sebelum seseorang memasuki masa tersebut. Seperti penelitian
yang dilakukan oleh Nurazizah 2011 tentang pengaruh penyuluhan melaui media KIE mengenai ASI Eksklusif dan IMD terhadap pengetahuan Ibu hamil, hasilnya
didapatkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan ibu hamil tentang Asi eksklusif dan IMD setelah diberikannya penyuluhan melalui media KIE.
Pendidikan gizi 1000 HPK lainnya adalah pendidikan gizi pada bayi usia 6-24 bulan. Pendidikan gizi pada masa ini lebih terfokus pada pemberian makanan
pendamping ASI MP ASI. Seperti yang telah diketahui bahwa, ketika bayi menginjak usia 6 bulan maka zat gizi yang dibutuhkan tidak dapat tercukupi dengan
Universitas Sumatera Utara
pemberian ASI, namun harus dibarengi dengan pemberian MP ASI. Pemberian pendidikan mengenai MP ASI ditujukan agar tidak ada lagi kesalahan dalam praktek
pemberian MP ASI, yaitu pemberian MP ASI yang terlalu dini. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Carnoto 2000 menyatakan bahwa 52,1 bayi diberikan MP
ASI oleh ibunya di bawah usia 6 bulan. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Mariastuti 2010 menunjukkan bahwa dari 30 ibu yang telah memberikan MP ASI
terdapat 27 ibu yang sudah memberikan MP ASI sebelum bayinya berumur 6 bulan. Penelitian yang dilakukan oleh Bhandari et.all 2004 menyatakan bahwa
praktek pemberian makanan pendamping ASI di negara berkembang sering tidak memadai, hal ini dapat menyebabkan terjadinya kekurangan gizi yang signifikan
antara usia 6 sampai 18 bulan, oleh sebab itu dilakukan penelitian berupa intervensi pendidikan gizi untuk mempromosikan praktek pemberian makanan pelengkap yang
tepat terhadap pertumbuhan fisik bayi dan anak-anak di India, hasilnya dapat disimpulkan bahwa, terjadi penambahan tinggi badan yang signifikan pada kelompok
yang diberi intervensi. Berdasarkan uraian diatas, hasil dari beberapa penelitian terkait pendidikan
gizi yang diberikan mempunyai pengaruh yang postif, baik terhadap perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan, bahkan berpengaruh terhadap perbaikan status gizi.
Dengan pendidikan gizi yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan bukan tidak mungkin masalah gizi dapat segera teratasi.
Universitas Sumatera Utara
2.9.Pendidikan Gizi di Sekolah sebagai Proses Perubahan Perilaku
Pada dasarnya pemberian materi gizi di sekolah termasuk dalam pendidikan gizi. Karena dalam melakukan pendidikan gizi telah tersusun berbagai materi gizi
yang akan diajarkan kepada siswa, dengan adanya materi gizi yang disampaikan diharapkan siswa dapat memperoleh pengetahuan gizi yang lebih baik dan diharapkan
akan berpengaruh terhadap perubahan perilaku kearah yang lebih baik pula. Sekolah adalah perpanjangan tangan keluarga dalam meletakkan dasar
perilaku untuk kehidupan anak selanjutnya, termasuk pendidikan gizi. Pendidikan gizi yang diterapkan di sekolah merupakan langkah strategis dalam upaya
peningkatan kesehatan masyarakat, karena sekolah merupakan lembaga yang dengan sengaja didirikan untuk membina dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
baik fisik, mental, moral, maupun intelektual. Selain itu dengan adanya pendidikan gizi pada komunitas sekolah merupakan suatu cara yang efektif dalam upaya
kesehatan masyarakat khususnya dalam pengembangan perilaku hidup sehat
Notoatmodjo, 2010.
Anak usia sekolah 6-18 tahun mempunyai persentase yang paling tinggi dibandingkan dengan kelompok umur lain, sekolah juga merupakan komunitas yang
terorganisasi, sehingga mudah dijangkau dalam rangka pelaksanaan usaha kesehatan masyarakat. Selain itu anak sekolah merupakan kelompok yang sangat peka untuk
menerima perubahan dan pembaharuan, karena kelompok anak sekolah sedang berada dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan. Dalam taraf ini anak dalam
Universitas Sumatera Utara
kondisi peka terhadap stimulus sehingga mudah untuk dibimbing, diarahkan dan ditanamkan kebiasaan kebiasaan baik Notoatmodjo, 2010.
Pendidikan gizi merupakan hal yang sangat penting untuk diajarkan sedini mungkin kepada anak, terutama anak usia sekolah. Anak sekolah tentu tidak dapat
diabaikan karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Oleh karena itu pendidikan gizi di sekolah dapat dijadikan investasi bagi pembangunan bangsa. Pengenalan
tentang gizi sedini mungkin dapat menimbulkan sikap yang positif terhadap peserta didik karena telah lebih dahulu mengetahui manfaat dan bahaya yang ditimbulkan
jika tidak berperilaku sehat. Intervensi terkait gizi telah banyak dilakukan di sekolah, seperti penelitian
yang dilakukan oleh Ikada 2010 tentang pengaruh pemberian buku cerita bergambar sebagai media pendidikan gizi terhadap pengetahuan gizi anak sekolah,
hasilnya menunjukkan bahwa anak yang diberi kesempatan untuk membaca buku cerita tersebut mengalami peningkatan pengetahuan, yang sebelumnya tergolong
kurang kini menjadi baik pengetahuan gizinya. Namun setelah satu bulan dan kembali dilakukan pengukuran terhadap pengetahuan siswa, ternyata mengalami
penurunan, yaitu yang sebelumnya berpengetahuan gizi baik turun menjadi sedang, Oleh karena itu pemberian materi gizi perlu dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan agar siswa tetap memiliki pengetahuan gizi yang baik sehingga berdampak pada tindakan gizi yang baik pula.
Penelitian yang dilakukan Sherman dan Ellen 2007 dengan mengembangkan program pendidikan kesehatan dan gizi di sekolah Zambia menunjukkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
adanya kesadaran, pengetahuan dan perilaku kesehatan dan gizi yang baik pada anak didasarkan dengan menerapkan program kelas aktif yang didukung oleh pelatihan
terahadap guru dan adanya keterlibatan orangtua. Seperti yang diketahui bahwa proses adopsi suatu perilaku baru bukanlah hal
yang mudah. Teori Rogers yang di kutip oleh Notoatmodjo 2003 menyatakan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru maka dalam diri seseorang
tersebut terjadi suatu proses yang berurutan,yaitu awarenesskesadaran, yakni seseorang mengetahui sesuatu yang baru karena hasil dari berkomunikasi dengan
pihak lain, misalnya dari teman, orang tua ataupun guru di sekolah, interest tertarik yakni seseorang mulai ingin mengetahui hal-hal baru yang sudah diketahuinya
dengan cara mencari keterangan atau informasi yang lebih terperinci, misalnya membaca buku terkait dengan perilaku baru, evaluation menilai pada tahap ini
seseorang mulai mempertimbangkan serta menghubungkan dengan keadaan dan kemampuan diri, misalnya kesanggupan baik dari segi sosial maupun ekonomi, trial
mencoba pada tahap ini seseorang mulai menerapkan dalam skala kecil sebagai upaya mencoba apakah dapat dilanjutkan atau tidak, tahap terakhir adalah adoption
adopsi pada tahap ini seseorang sudah yakin akan hal baru dan mulai melaksanakan dalam skala besar.
2.10. Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan 1000 HPK