membina untuk terbiasa bermusyawarah untuk mencapai mufakat dalam menyelesaikan masalah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mc. Keachie yang
dikutip oleh Simamora 2009 yang menyakatakan bahwa, dibanding metode ceramah, metode diskusi dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan
anak dalam memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah.
Sehingga metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode diskusi.
2.3. Media Pendidikan Kesehatan
Menurut Criticos yang dikutip oleh Daryanto 2010 Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator kepada
komunikan. Berdasarkan hal tersebut maka proses belajar merupakan proses komunikasi.
Media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar pada dirinya. Media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda ataupun peristiwa yang menungkinkan
anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Dalam proses belajar mengajar kehadiran media dapat membantu ketidakjelasan dari bahan yang
disampaikan Mubarak dkk, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Pada proses belajar mengajar tentu saja tidak terlepas dari penggunaan media, karena dengan menggunakan media pesan yang disampaikan dapat lebih menarik,
mudah dipahami dan siswa dapat mempelajari pesan tersebut sehingga dapat menambah pengetahuan, membentuk sikap dan perilaku yang positif Notoatmodjo,
2010. Adapun syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam memilih media yaitu,
harus menarik baik dari segi desain, tata letak, pewarnaan dan isi pesan. Disesuaikan dengan sasaran atau peserta didik yang dilihat dari segi umur, status pendidikan, adat
istiadat, selanjutnya media harus mudah ditangkap, singkat dan jelas, tidak menimbulkan multi-interpretasi dan persepsi yang berbeda-beda, serta harus sesuai
dengan materi yang hendak disampaikan, tidak boleh melanggar norma, etika, dan budaya Supariasa, 2012.
Seseorang atau masyarakat didalam proses pendidikan dapat memperoleh pengalaman atau pengetahuan melalui media yang berbeda-beda. Media pendidikan
adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam penyampaian bahan pendidikan atau pengajaran. Alat bantu ini disebut sebagai alat peraga atau media. Semakin
banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh.
Dalam proses belajar mengajar sebaiknya menggunakan media yang banyak merangsang pancara indera, terutama indera pengelihatan dan pendengaran. Adapun
jenis media yang mencakup dua hal tersebut adalah media visual dan media audio visual. Berikut akan dibahas mengenai media visual dan media audio visual.
Universitas Sumatera Utara
Media Visual visual aids adalah media yang mengandalkan indera pengelihatan pada waktu terjadinya proses pendidikan. contohnya seperti slide,
gambar peta, bagan, bola dunia dan sebagainya.Media Audio Visual, adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar, yang tentunya dapat dilihat dan
didengar seperti film video. Kedua media ini lazim digunakan karena kedua media ini merangsang banyak indera, sehingga materi lebih mudah diserap oleh sasaran.
Penelitian yang dilakukan oleh Haryoko 2009 tentang pemanfaatan media audio-visual sebagai alternatif optimalisasi pembelajaran menyimpulkan bahwa hasil
belajar siswa dengan menggunakan media audio-visual memiliki skor yang jauh lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang diajarkan dengan media konvensional. Selain
itu, penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan tentang perbedaan pengaruh penyuluhan kesehatan dengan media visual dan media audio visual terhadap
perubahan sikap membuang sampah pada siswa di SMP Balung Kabupaten Jember menyimpulkan bahwa, penyuluhan dengan media audio visual dan media visual
secara signifikan berpengaruh terhadap sikap membuang sampah dan media audio visual dinyatakan lebih efektif dibandingkan dengan media visual.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Rahmawati dkk 2007 tentang pengaruh penyuluhan dengan media audio visual terhadap peningkatan pengetahuan,
sikap dan perilaku ibu balita gizi kurang dan gizi buruk, menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu balita setelah diberikan penyuluhan
dengan media audio visual maupun penyuluhan dengan modul. Namun, peningkatan
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan, sikap dan tindakan lebih efektif dengan menggunakan media audio visual.
Media yang digunakan disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan manusia diterima atau ditangkap melalui panca indera. Jadi, semakin banyak indera
yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas informasi yang disampaikan sehingga informasi dapat dengan mudah dipahami oleh
audiens, dimana kemampuan daya serap manusia 2,5 ,melalui pengecapan, 3,5 melalui perabaan, 1 melalui penciuman, 11 melalui pendengaran dan 82
melalui pengelihatan Daryanto, 2010. Maka, tidak heran jika media audio-visual lebih efektif karena media audio-visual lebih banyak merangsang indera, dimana
semakin banyak indera yang dirangsang, maka semakin mudah pula responden mengerti pesan yang disampaikan dan lebih mudah untuk diingat.
2.4.Materi dalam Pendidikan Kesehatan
Menurut Supariasa 2012 materi pendidikan kesehatan yang disampaikan harus dalam bahasa yang mudah dipahami oleh sasaran, tidak menggunakan istilah
yang sulit untuk dipahami, pesan tidak bertele-tele, dan dapat dilaksanakan oleh sasaran sesuai dengan kompetensi yang mereka miliki. Materi pendidikan kesehatan
yang disampaikan harus dikuasai pemateri agar pemateri dapat tampil dengan percaya diri.
Menurut Sudrajat 2008 untuk menentukan materi pembelajaran perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Sahih valid; dalam arti materi yang dituangkan dalam pembelajaran benar- benar telah teruji kebenaran dan kesahihannya. Di samping itu, juga materi
yang diberikan merupakan materi yang aktual, tidak ketinggalan zaman, dan memberikan kontribusi untuk pemahaman ke depan.
2. Tingkat kepentingan; materi yang dipilih benar-benar diperlukan peserta didik. Mengapa dan sejauh mana materi tersebut penting untuk dipelajari.
3. Kebermaknaan; materi yang dipilih dapat memberikan manfaat akademis maupun non akademis. Manfaat akademis yaitu memberikan dasar-dasar
pengetahuan dan keterampilan yang akan dikembangkan lebih lanjut pada jenjang pendidikan lebih lanjut. Sedangkan manfaat non akademis dapat
mengembangkan kecakapan hidup dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Layak dipelajari; materi memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit maupun
aspek kelayakannya terhadap pemanfaatan materi dan kondisi setempat. 5. Menarik minat; materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat
memotivasi peserta didik untuk mempelajari lebih lanjut, menumbuhkan rasa ingin tahu sehingga memunculkan dorongan untuk mengembangkan sendiri
kemampuan mereka.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Perilaku Gizi