kekanak-kanakannya. Selain itu pada masa ini remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas, dan merasa kecewa.
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan “narastic”, yaitu mencintai
diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu
harus memilih yang mana: peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau meterialis, dan sebagainya. Remaja pria harus
membebaskan diri dari Oedipoes Complex perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa kanak-kanak dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan dari lawan jenis.
2. Remaja Pertengahan Middle Adolescence
Rentang usia pada masa remaja pertengahan yaitu 15-17 tahun. Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan tetapi pada masa remaja ini timbul
unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri. Remaja mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan melakukan perenungan terhadap
pemikiran filosofis dan etis. Maka dari perasaan yang penuh keraguan pada masa remaja awal maka pada
rentan usia ini mulai timbul kemantapan pada diri sendiri. Rasa percaya diri pada remaja menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk melakukan penilaian terhadap
tingkah laku yang dilakukannya. Selain itu pada masa ini remaja menemukan diri sendiri atau jati dirnya.
Universitas Sumatera Utara
3. Remaja Akhir Late Adolescence
Rentang usia pada masa remaja akhir yaitu 18-21 tahun. Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal dirinya dan ingin hidup dengan
pola hidup yang digariskan sendiri dengan keberanian. Remaja mulai memahami arah hidupnya dan menyadari tujuan hidupnya. Remaja sudah mempunyai pendirian
tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditemukannya.
2.13.Gizi Remaja Pra Reproduksi
Remaja mempunyai kebutuhan gizi yang spesial, karena pada saat remaja terjadi pertumbuhan yang pesat dan terjadi perubahan kematangan fisiologis
sehubungan dengan timbulnya masa pubertas. Perubahan pada masa remaja akan mempengaruhi kebutuhan, absorbsi, serta cara penggunaan zat gizi. Hal ini disertai
dengan pembesaran organ dan jaringan tubuh yang cepat. Perubahan hormon yang menyertai pubertas juga menyebabkan banyak perubahan fisiologis yang
memengaruhi kebutuhan gizi pada remaja Poltekkes Depkes Jakarta I, 2012. Laju pertumbuhan antara remaja perempuan dan remaja pria berbeda. Remaja
perempuan mengalami percepatan lebih dulu dibandingkan remaja pria, karena tubuh remaja perempuan dipersiapkan untuk reproduksi. Sementara remaja pria baru dapat
menyusul dua tahun kemudian. Pertumbuhan cepat ini juga ditandai dengan pertambahan yang pesat pada berat badan dan tinggi badan. Pertumbuhan fisik
menyebabkan remaja membutuhkan asupan nutrisi yang lebih besar dari pada masa
Universitas Sumatera Utara
anak-anak. Ditambah lagi pada masa ini, remaja sangat aktif dengan berbagai kegiatan, baik itu kegiatan sekolah maupun olahraga Arisman, 2004.
Menurut Poltekkes Jakarta I 2012 Kebutuhan gizi yang meningkat selama masa remaja adalah energi,protein, kalsium, besi dan seng. Kebutuhan energi pada
remaja per individu sulit ditentukan secara tepat, karena bergantung pada aktifitas fisik seperti olah raga. Dalam tabel angka kecukupan gizi 2004 AKG 2004
menganjurkan bahwa kecukupan gizi remaja pria usia 16-18 tahun adalah 2600 kkal hari dan untuk remaja perempuan usia 16-18 tahun adalah 2200 kkal hari. AKG
energi ini dianjurkan sekitar 60 berasal dari sumber karbohidrat yaitu: beras, terigu dan hasil olahannya mie, spagetti, makaroni, umbi-umbian ubi jalar, singkong,
jagung, gula dan lain-lain Proverawati, 2010. Kebutuhan protein juga meningkat pada masa remaja, karena proses
pertumbuhan terjadi dengan cepat. Pada akhir masa remaja, kebutuhan protein lebih besar pada remaja laki-laki, karena perbedaan komposisi tubuh. Kecukupan protein
harus memenuhi 12-14 dari pemasukan energi. Bila pemasukan energi tidak adekuat, maka protein akan digunakan sebagai sumber energi, dan hal ini akan
menyebabkan malnutrisi. Makanan bersumber protein hewani seperti daging dan ikan memiliki nilai biologis lebih tinggi dibandingkan dengan sumber protein nabati
seperti kacang-kacangan Almatsier, 2004. Kebutuhan mineral terutama kalsium, seng dan zat besi juga meningkat pada
masa remaja. Kalsium penting untuk kesehatan tulang khususnya dalam menambah masa tulang. Keterbatasan masa tulang selama remaja akan meningkatkan risiko
Universitas Sumatera Utara
osteoporosis pada kehidupan selanjutnya. Kebutuhan kalsium pada remaja usia 16-18 tahun adalah 1000 mg per hari AKG, 2004. Sumber kalsium yang paling baik
adalah susu dan hasil olahannya, sumber lainnya adalah ikan, kacang-kacangan dan sayuran.
Kebutuhan zat besi pada remaja juga meningkat karena terjadinya pertumbuhan cepat. Kebutuhan besi pada remaja laki-laki meningkat karena ekspansi
volume darah dan peningkatan konsentrasi hemoglobin Hb. Setelah dewasa, kebutuhan besi menurun. Pada perempuan, kebutuhan yang tinggi akan besi terutama
disebabkan kehilangan zat besi selama menstruasi. Hal ini mengakibatkan perempuan lebih rawan terhadap anemia besi dibandingkan laki-laki. Perempuan dengan
konsumsi besi yang kurang dan disertai dengan kehilangan besi yang meningkat, akan mengalami anemia gizi besi Proverawati, 2010.
Mineral Seng juga diperlukan untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja, terutama untuk remaja laki-laki. AKG seng adalah 17 mg per hari untuk
remaja laki-laki dan perempuan. Makanan yang mengandung seng adalah daging, hati, kerang, telur, serealia tumbuk dan kacang-kacangan Almatsier, 2004.
Vitamin, kebutuhan vitamin seperti thiamin B1, riboflavin B2 dan niacin pada remaja akan meningkat. Zat ini diperlukan untuk membantu proses metabolisme
energi.Konsumsi asam folatdapat mencegah anemia, kecukupan folat pada masa sebelum hamil dan selama hamil dapat mengurangi kejadian cacat otak dan kelainan
tulang belakang pada bayi. Vitamin A, C dan E juga dibutuhkan untuk pembentukan dan mendukung fungsi sel baru Poltekkes Depkes Jakarta I, 2012.
Universitas Sumatera Utara
Pada pedoman program perencanaan Gerakan 1000 HPK terdapat intervensi yang ditujukan untuk remaja, khususnya remaja perempuan. Dimana kegiatan yang
dilakukan adalah dengan memberikan pelatihan kepada remaja dalam rangka persiapan sebagai calon pengantin. Status gizi remaja putri atau pranikah memiliki
kontribusi besar pada keselamatan kehamilan dan kelahiran kelak. Untuk itu keadaan gizi remaja putri harus diperhatikan sedini mungkin untuk menghindari terjadinya
masalah kekurangan gizi. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa masalah keselamatan dan kesehatan
janin, BBLR dan anak pendek terkait dengan kesehatan dan status gizi remaja perempuan yang akan menjadi ibu. Remaja perempuan yang anemia dan kurus,
apabila hamil akan beresiko melahirkan BBLR dengan berbagai masalahnya. Selain itu masih tingginya perkawinan pada usia remaja 15-19 tahun di Indonesia yaitu
23,9. Menurut Romauli, S., dkk 2011 Adapun faktor yang mempengaruhi remaja
untuk menikah di usia muda adalah, pertama karena tingkat pendidikan, dimana makin rendah tingkat pendidikan, makin mendorong cepatnya perkawinan di usia
muda. Kedua adalah alasan ekonomi, yaitu apabila anak perempuan telah menikah, berarti orangtua bebas dari tanggung jawab, sehingga secara ekonomi mengurangi
beban, dengan kata lain sebagai jalan keluar dari berbagai kesulitan. Ketiga adalah adat istiadat atau pandangan masyarakat yang menganggap bahwa jika anak gadis
belum menikah di anggap sebagai aib keluarga, kedewasaan seseorang di nilai dari status perkawinan, status janda dinilai lebih baik dari pada perawan tua. Keempat
Universitas Sumatera Utara
adalah kepatuhan terhadap orang tua yaitu perkawinan dapat berlangsung karena adanya kepatuhan remaja terhadap orang tua.
Dalam rangka menyelamatkan 1000 HPK, perlu ada kebijakan yang mencegah usia menikah muda, remaja perempuan sebagai calon pengantin harus
sehat dan dalam status gizi baik, tidak kurus dan tidak anemi atau kekurangan gizi lainnya Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2013.
Kurang gizi di negara berkembang pada masa pra hamil dan ibu hamil akan berdampak pada anak yang IURG Intra Uterine Growth Retardation. Kondisi ini
hampir separuhnya terkait dengan status gizi ibu, yaitu berat badan ibu pra hamil yang tidak sesuai dengan tinggi badan atau bertubuh pendek, dan pertambahan berat
badan yang kurang selama kehamilannya. Ibu yang pendek waktu usia dua tahun cenderung bertubuh pendek pada usia dewasa dan apabila ibu hamil pendek akan
cenderung menghasilkan bayi BBLR Victoria dkk dalam Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat RI, 2013.
Kesiapan pengetahuan terhadap tumbuh kembang balita sangat diperlukan bagi seorang ibu, karena seorang ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan yang baik
akan menghasilkan tumbuh-kembang balita yang baik pula, khususnya pada periode usia tiga tahun pertama, karena kurun usia tersebut merupakan periode pertumbuhan
otak yang cepat. Mempersiapkan remaja sebagai calon ibu yang terdidik pada saatnya menjadi seorang ibu, dapat memberikan dampak baik pada perkembangan emosi,
intelektual,dan kognitif anaknya Nedra et al., 2006.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Siklus Gangguan Pertumbuhan Inter Generasi
Sumber : ACCSCN dalam Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat RI, 2013
Menurut UNICEF Indonesia 2012 Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan program kesehatan yang bersifat preventif dan
mempromosikan pentingnya gizi secara cepat yang dimulai dari masa remaja atau pra kehamilan. Meskipun nantinya perempuan yang akan memasuki masa kehamilan,
menyusui, melahirkan dan mendominasi dalam mengurus anak, namun bukan berarti promosi gizi atau pendidikan gizi tidak perlu diberikan kepada remaja laki-laki
sebagai calon suami dan calon ayah. Peran suami di Indonesia masih sangat kuat dalam mengambil keputusan
termasuk keputusan yang terkait dengan kesehatan. Apabila remaja laki-laki pernah mendapatkan pendidikan gizi atau materi gizi 1000 HPK sebelumnya, maka
diharapkan dapat membentuk perilaku yang postif seperti dukungan kepada istri dan Gangguan
Pertumbuhan Anak
Wanita dewasa kurang berat dan pendek
Kehamilan dini
Remaja kurang berat dan pendek
Berat bayi lahir rendah BBLR
Universitas Sumatera Utara
anaknya untuk selalu memperhatikan kesehatan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ishak dkk 2005 yang meneliti tentang keterlibatan
suami dalam menjaga kehamilan istri, hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan suami maka upaya mendukung istrinya untuk berkonsultasi
dan memilih persalinan ke tenaga kesehatan semakin besar dan lebih banyak memperhatikan gizi atau makanan istrinya selama hamil.
Memberikan pendidikan gizi sangat penting untuk meningkatkan perilaku gizi remaja. Banyak upaya yang bisa dilakukan seperti memanfaatkan media yang tersedia
untuk menyampaikan pesan gizi. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Khoirani, dkk 2012, yaitu dengan menerapkan permainan sebagai media promosi gizi ternyata
memiliki dampak positif terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan siswa tentang gizi seimbang. Diharapkan dengan adanya intervensi gizi yang diberikan
dapat meningkatkan perilaku remaja yang positif terhadap gizi dan kesehatan.
2.14. Landasan Teori
Menurut UNICEF Indonesia 2012 salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah gizi adalah dengan menerapkan program kesehatan yang
bersifat preventif dan mempromosikan pentingnya gizi secara cepat yang dimulai dari masa remaja. Pengetahuan gizi dan kesehatan pada masa remaja dapat ditingkatkan
melalui beberapa strategi, salah satunya adalah melalui pendekatan sekolah. Sekolah adalah perpanjangan tangan keluarga dalam meletakkan dasar
perilaku untuk kehidupan anak selanjutnya, termasuk pendidikan gizi. pendidikan
Universitas Sumatera Utara
gizi pada komunitas sekolah merupakan suatu cara yang efektif dalam upaya kesehatan masyarakat khususnya dalam pengembangan perilaku hidup sehat
Notoatmodjo, 2010. Menurut Craven dan Hirnle yang dikutip oleh Mubarak dkk 2007
menyatakan bahwa pendidikan kesehatan adalah upaya penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan
untuk meningkatkan fakta atau kondisi nyata, dengan cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri self direction, dan aktif memberikan informasi-informasi.
Dengan demikian pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan perilaku secara terencana pada diri individu, kelompok atau masyarakat untuk dapat lebih mandiri
dalam mencapai tujuan hidup sehat. Menurut Mubarak 2011 Perilaku merupakan seperangkat perbuatan atau
tindakan seseorang dalam melakukan respons terhadap sesuatu dan kemudian dijadikan kebiasaan karena adanya suatu nilai yang di yakini. Perilaku manusia pada
dasarnya terdiri atas komponen pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dengan kata lain perbuatan seseorang atau respon seseorang didasari oleh seberapa jauh
pengetahuannya terhadap rangsangan tersebut, bagaimana perasaan dan penerimannya, dan seberapa besar keterampilannya dalam melaksanakan atau
melakukan perbuatan yang diharapkan.
Universitas Sumatera Utara
2.15. Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep dalam penelitian ini menggambarkan bahwa yang akan diteliti adalah pengaruh pendidikan gizi 1000 HPK terhadap pengetahuan dan sikap
siswa mengenai gizi 1000 HPK. Pengetahuan siswa tentang
gizi 1000 HPK Pendidikan Gizi
1000 HPK
Sikap siswa tentang gizi 1000 HPK
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah quasy experimental dengan desain penelitian one group pre-testand post-test untuk mengetahui pengaruh pendidikan gizi 1000 HPK
terhadap pengetahuan dan sikap siswa SMA Negeri 1 Secanggang. Dalam desain ini kelompok perlakuan berperan sebagai kontrol atas dirinya sendiri Siagian, 2010.
Gambar 3.1. Model Rancangan Penelitian
Keterangan : O1 = Pre-test
X = Nilai pengamatan sebelum perlakuan
t
x = Intervensi yang dilakukan yaitu tentang pendidikan gizi 1000 HPK O2 = Post-test
Y = Nilai pengamatan sesudah perlakuan O1
t
x O2 X
Y
Universitas Sumatera Utara
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Secanggang atas dasar pertimbangan bahwa, SMA Negeri 1 Secanggang memiliki siswa terbanyak
dibandingkan siswa SMASederajat lain yang ada di Kecamatan Secanggang, merupakan satu-satunya sekolah negeri di Kecamatan Secanggang. Selain itu,
berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan mewawancarai tiga siswa di SMA Negeri 1 Secanggang, didapatkan bahwa pengetahuan ketiga siswa
tersebut masih rendah terkait gizi pada 1000 HPK.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2014 sampai dengan Juni 2014.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 1 Secanggang tahun ajaran 20132014 yang berjumlah 479 siswa.
Adapun jumlah seluruh siswa dari masing-masing kelas adalah sebagai berikut :
1. Kelas X sepuluh berjumlah 124 siswa. 2. Kelas XI IA Sebelas Ilmu Alam dan XI IS Sebelas Ilmu Sosial berjumlah
182 siswa.
Universitas Sumatera Utara
3. Kelas XII IA Dua belas Ilmu Alam dan XII IS Dua belas Ilmu Sosial berjumlah 173 siswa.
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X sepuluh SMA Negeri 1 Secanggang yang diambil dengan metode purposive sampling. Alasan pengambilan
siswa kelas X sepuluh sebagai sampel karena, dalam mata pelajaran biologi di kelas X sepuluh belum terdapat materi gizi, selain itu belum adanya pembagian jurusan
IA Ilmu Alam atau IS Ilmu Sosial, sehingga seluruh siswa memiliki karakteristik yang sama. Adapun jumlah siswa kelas X sepuluh di SMA Negeri 1 Secanggang
adalah sebagai berikut : 1. Jumlah siswa kelas X sepuluh 1 = 33
2. Jumlah siswa kelas X sepuluh 2 = 32 3. Jumlah siswa kelas X sepuluh 3 = 30
4. Jumlah siswa kelas X sepuluh 4 = 29 Total jumlah siswa kelas X sepuluh di SMA Negeri 1 Secanggang adalah
124 siswa, maka jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini adalah 124 siswa. Namun setelah berjalannya penelitian, terjadi drop out pada setiap kelas, yaitu
6 siswa yang tidak hadir pada saat pre-test, 11 siswa yang tidak lengkap mendapatkan materi gizi sampai empat pertemuan dan 5 siswa yang tidak hadir pada
saat post-test. Akhirnya, jumlah sampel yang berhasil mengikuti penelitian dari tahap awal sampai akhir adalah 102 siswa.
Universitas Sumatera Utara
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer dan Data Sekunder
Data primer yaitu data yang diperoleh hasil daripre-test dan post-test melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada siswa kelas X sepuluh SMA
Negeri 1 Secanggang, meliputi identitas responden, pengetahuan dan sikap tentang gizi 1000 HPK.
Pelaksanaan pengumpulan data primer dilakukan oleh peneliti dan dibantu dengan dua orang enumerator yang berlatar belakang pendidikan kesehatan. Sebelum
enumerator ke lapangan untuk mengumpulkan data, terlebih dahulu para enumerator dilatih tentang cara pengisian kuesioner dan pemakaian konsep atau defenisi yang
digunakan dalam kegiatan penelitian. Enumerator harus mengerti dan memahami seluruh isi kuesioner dan mengerti tata cara pelaksanaan kegiatan wawancara.
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari kantor kepala sekolah pada bagian tata usaha SMA Negeri 1 Secanggang. Data tersebut meliputi jumlah seluruh
siswa, jumlah siswa setiap kelas, dan data-data pendukung lainnya.
Uji instrumen penelitian berupa kuesioner yang digunakan dalam pengumpulan data pengetahuan dan sikap siswa diujicobakan terlebih dahulu
terhadap 30 orang responden di luar sampel penelitian, yaitu di SMA Amaliyah Desa Karang gading Kecamatan Secanggang dengan alasan sekolah tersebut masih terletak
dalam satu kecamatan dengan SMA Negeri 1 Secanggang, menggunakan kurikulum yang sama yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dan memiliki
Universitas Sumatera Utara
karakteristik yang sama dari segi demografi, jenis pekerjaan orang tua dan akses terhadap informasi.
Uji validitas instrumen menggunakan nilai Corrected Item-Total Correlation masing-masing butir pertanyaan. Item pertanyaan yang mencapai nilai korelasi
minimal 0,30 dianggap memuaskan atau valid Siswanto dkk, 2013. Untuk uji reliabilitas menggunakan nilai Croanbach’s Alpha. Menurut Aiken yang dikutip oleh
Siswanto dkk 2013 instrumen dinyatakan memiliki reliabilitas atau dapat diandalkan jika memiliki nilai Croanbach’s Alpha 0,65.
Hasil uji validitas untuk pertanyaan pengetahuan menunjukkan bahwa dari 40 pertanyaan pengetahuan terdapat 6 pertanyaan yang tidak valid dengan nilai
Corrected Item-Total Correlation 0,30 yaitu pertanyaan nomor 2, 6, 16, 28, 31, dan 36 oleh sebab itu, ke enam item pertanyaan tersebut dihapus dari kuesioner, sehingga
pertanyaan pengetahuan berjumlah 34 soal. Untuk uji reliabilitas didapatkan nilai Croanbach’s Alpha sebesar 0,896. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa
kuesioner pengetahuan adalah reliabel. Sedangkan, hasil uji validitas pernyataan sikap diperoleh bahwa dari 30 pernyataan terdapat 4 pernyataan yang tidak valid
dengan nilai Corrected Item-Total Correlation 0,30 yaitu pernyataan nomor 10, 13, 22, dan 25. Oleh sebab itu, ke empat item pernyataan tersebut dihapus dari kusioner,
sehingga pernyataan sikap berjumlah 26 soal. Untuk reliabilitas didapatkan nilai Croanbach’s Alpha sebesar 0,884, dapat disimpulkan bahwa kuesioner sikap adalah
reliabel. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 6.
Universitas Sumatera Utara
3.4.2. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tahap persiapan
Tahap persiapan berupa survei pendahuluan untuk mengetahui karakteristik responden, lokasi penelitian, mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam
penelitian, dan penyusunan rencana eksperimen yaitu membuat proposal, menyusun instrumen penelitian, menguji instrumen penelitian, seminar proposal, dan mengurus
perizinan, membuat jadwal pemberian materi gizi di sekolah dan pelaksanaan penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan Pre-test, kegiatan pre-test dilaksanakan pada tanggal 21 sd 23 April oleh
peneliti yang di bantu dengan dua orang enumerator. Pre-testdilakukan dengan mewawancarai siswa dengan menggunakan kuesioner. Setelah selesai melakukan
pre-test, tiga hari kemudian peneliti melakukan pendidikan gizi 1000 HPK kepada sampel penelitian.
Pendidikan gizi dibagi menjadi empat materi yaitu pengantar gizi pada 1000 HPK, gizi pada remaja, gizi pada masa kehamilan dan menyusui, IMD, ASI eksklusif
dan MP ASI. Pemberian materi dibagi menjadi empat pertemuan, dalam waktu 2 minggu dimana setiap pertemuan dilakukan selama 90 menit. Pemberian materi gizi
dimulai pada tanggal 26 April sd 7 Mei dengan rincian jadwal sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1. Jadwal Pemberian Materi Gizi 1000 Hari Pertama Kehidupan di SMA Negeri 1 Secanggang
PERTEMUAN KELAS
HARITANGGAL WAKTU
POKOK BAHASAN
I X 1
X 2 X 3
X 4 Sabtu, 2642014
Senin, 2842014 Sabtu, 2642014
Sabtu, 2642014 08.00-09.30
11.15-12.45 09.30-11.00
11.15-12.45 Pengantar gizi
pada 1000 HPK
II X 1
X 2 X 3
X 4 Senin, 2842014
Rabu, 304 2014 Senin, 2842014
Rabu, 3042014 09.30-11.00
08.00-09.30 08.00-09.30
09.30-11.00 Gizi pada masa
remaja
III X 1
X 2 X 3
X 4 Sabtu, 0352014
Senin, 0552014 Sabtu, 0352014
Sabtu, 0352014 08.00-09.30
11.15-12.45 09.30-11.00
11.15-12.45 Gizi pada masa
kehamilan dan menyusui
IV X 1
X 2 X 3
X 4 Senin, 0552014
Rabu, 0752014 Senin, 055 2014
Rabu, 0752014 09.30-11.00
08.00-09.30 08.00-09.30
09.30-11.00 IMD, ASI
eksklusif dan MP- ASI
Universitas Sumatera Utara
Materi gizi 1000 HPK diberikan sendiri oleh peneliti, yang dilakukan dengan metode ceramah dan diskusi menggunakan media berupa slide dan pemutaran video
yang berhubungan dengan gizi 1000 HPK. Video tentang 1000 Hari Pertama diterbitkan oleh World Vision Indonesia, video tentang anemia diterbitkan oleh
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, video tentang gizi pada ibu hamil di terbitkan oleh Cussons Mum and Me ID’s Channel, video tentang menyusui
diterbitkan oleh Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia AIMI yang bekerja sama dengan Save the Children, Video tentang IMD dan ASI eksklusif diterbitkan oleh
UNICEFyang bekerjasama dengan Depkes RI, dan video tentang MP ASI diterbitkan oleh Cussons Mum and Me ID’s Channel. Semua video tersebut di peroleh melalui
situs Youtube. Agar suara video dapat terdengar dengan jelas digunakan alat pengeras suara loudspeaker. Post-test dilakanakan pada tanggal 12 Mei sd 14 Mei 2014.
3. Tahap Akhir Setelah data terkumpul melalui Pre-test dan Post-test, dilakukan editing,
coding, dan entry data. Selanjutnya dilakukan analisis data dengan menggunakan fasilitas komputer.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
3.5.1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian dibedakan menjadi 2 dua yaitu variabel bebas independent dan variabel terikat dependent. Dalam penelitian ini variabel-variabel
tersebut yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Variabel bebas independent adalah pendidikan gizi 1000 HPK.
2. Variabel terikat dependent adalah pengetahuan dan sikap siswa mengenai
gizi1000 HPK. 3.5.2.
Definisi Operasional
1. Pendidikan Gizi 1000 HPK adalah penyebarluasan informasi tentang gizi pada masa 1000 HPK yang meliputi, pengantar gizi pada 1000 HPK, gizi pada
remaja, gizi pada masa kehamilan dan menyusui, IMD, ASI eksklusif dan MP ASI.
2. Pengetahuan siswa tentang gizi 1000 HPK adalah segala sesuatu yang diketahui siswa tentang gizi 1000 HPK.
3. Sikap siswa tentang gizi 1000 HPK adalah pandangan atau tanggapan siswa terhadap gizi 1000 HPK.
3.6. Metode Pengukuran
3.6.1. Pengetahuan
Pada komponen pengetahuan terdapat 34 item pertanyaan dengan tipe pilihan jawaban skala gutment yaitu benar dan salah. Diberi skor 1untuk jawaban yang benar
dan skor 0 untuk jawaban yang salah. Total skor pengetahuan tertinggi adalah 34 dan terendah adalah 0. Berdasarkan tipe jawaban di atas maka dapat dikategorikan tingkat
pengetahuan gizi responden dengan kriteria sebagai berikut Madanijah dalam Baliwati dkk, 2010.
Universitas Sumatera Utara
a. Tingkat pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh responden lebih besar dari 80 dijawab dengan benar, dengan total nilai 27,2.
b. Tingkat pengetahuan cukup, apabila nilai yang diperoleh responden lebih besar dari 60-80 dijawab dengan benar, dengan total nilai 20,4-27,2.
c. Tingkat pengetahuan kurang, apabila nilai yang diperoleh responden lebih kecil dari 60 dijawab dengan benar, dengan total nilai 20,4.
3.6.2. Sikap
Komponen sikap menggunakan skala Likert yakni dengan 3 tiga alternatif jawaban yaitu setuju S, ragu-raguRR dan tidak setuju TS. Sikap terdiri dari 26
pernyataan yang memuat pernyataan positif nomor 2, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 12, 13, 15, 16, 20, 21, 25, 26dan pernyataan negatif nomor 1, 3, 9, 11, 14, 17, 18, 19, 22, 23, 24.
Jawaban terhadap pernyataan positif diberi skor 2 untuk setuju, skor 1 untuk ragu- ragu dan skor 0 untuk tidak setuju. sebaliknya untuk tipe pernyataan negatif diberi
skor 2 untuk tidak setuju, skor 1 untuk ragu-ragu dan 0 untuk setuju. Total skor tertinggi adalah 52 dan terendah adalah 0. Sikap dikelompokkan menjadi dua kategori
yaitu Azwar, 1995: a. Sikap favorable mendukung jika skor Tresponden
≥ 50 mean skor T. b. Sikap unfavorable tidak mendukung jika skor Tresponden 50 mean skor
T. Rumus Skor-T :
X −
X
T= 50 +10 s
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : X = Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T
X
= Mean skor kelompok s = Deviasi standar skor kelompok
3.7. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji Paired sample t- test yaitu untuk membandingkan perbedaan total skor pengetahuan dan sikap siswa
tentang gizi 1000 HPK sebelum dan sesudah dilakukannya intervensi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows 15,0 dengan keputusan
uji statistik menggunakan taraf signifikan p, yaitu: 1. Jika p0,05 artinya ada pengaruh pendidikangizi 1000 HPK terhadap
pengetahuan dan sikap siswa SMA Negeri 1 Secanggang Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat.
2. Jika p0,05 artinya tidak ada pengaruh pendidikangizi 1000 HPK terhadap pengetahuan dan sikap siswa SMA Negeri 1 Secanggang Kecamatan
Secanggang Kabupaten Langkat. Analisis hasil juga dilakukan dengan cara distribusi frekuensi yang disajikan
dalam bentuk tabel dan gambar kemudian diinterpretasikan untuk menjawab tujuan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Secanggang
Sekolah SMA Negeri 1 Secanggang adalah sekolah yang didirikan oleh pemerintah pada tahun 1994. Sekolah yang beralamat di Jalan Besar Secanggang,
Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat ini merupakan satu-satunya sekolah SMA Negeri yang ada di Kecamatan Secanggang. Oleh sebab itu, sekolah ini selalu
menjadi tujuan bagi para siswa yang telah lulus SMP sederajat. Setiap tahun jumlah siswa di SMA Negeri 1 Secanggang terus meningkat. Sekolah ini merupakan sekolah
yang memiliki jumlah siswa terbanyak di bandingkan sekolah lainnya yang ada di Kecamatan Secanggang.
Tabel 4.1. Distribusi Siswa Berdasarkan Kelas dan Program Pengajaran di SMA Negeri 1 Secanggang Tahun Ajaran 20132014
Kelas Jumlah Kelas
Jumlah Siswa
X Sepuluh 4
124 XI IPA sebelas IPA
3 110
XI IPS sebelas IPS 2
72 XII IPA dua belas IPA
2 92
XII IPS dua belas IPS 2
81
Jumlah 13
479
Sumber : Profil Sekolah SMA Negeri 1 Secanggang Tahun Ajaran20132014 Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa jumlah siswa yang terdaftar di SMA
Negeri 1 Secanggang tahun ajaran 20132014 berjumlah 479 siswa yang tersebar dalam 13 kelas.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2. Distribusi Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin di SMA Negeri 1 Secanggang Tahun 20132014
Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki
150 31,3
Perempuan 329
68,7
Jumlah 479
100,0
Sumber : Profil Sekolah SMA Negeri 1 Secanggang Tahun 2014 Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah siswa perempuan lebih
banyak dibandingkan siswa laki-laki, dengan persentase 31,3 untuk siswa laki-laki dan 68,7 untuk siswa perempuan.
Fasilitas sekolah yang tersedia di SMA ini meliputi 13 ruang kelas, 1 ruang perpustakaan, 1 musholla, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang wakil kepala sekolah, 1
ruang tata usaha, 1 ruang guru, dan lapangan bola sebagai sarana olah raga. Sekolah ini juga memiliki 3 kantin yang terletak di dalam sekolah.
Ketenagaan di SMA Negeri 1 Secanggang berdasarkan profil sekolah tahun ajaran 2013-2014 berjumlah 39 orang, dengan rincian 1 orang kepala sekolah yaitu
Bapak Esnur Ridwan, M.Pd., 33 orang guru dan 5 orang tata usaha. Kurikulum yang digunakan di Sekolah ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan KTSP. Pembagian jurusan IPA dan IPS dilakukan pada kelas XI sebelas. Materi yang berkaitan dengan gizi di masukkan dalam mata pelajaran
biologi untuk kelas XI sebelas. Adapun materi gizi yang dipelajari adalah tentang fungsi makanan, zat-zat makanan dan peranannya dalam tubuh serta zat adiktif.
Universitas Sumatera Utara
4.2. Karakteristik Siswa Responden
Karakteristik siswa dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin dan umur. Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa, sebagian besar siswa berjenis kelamin perempuan
yaitu sebanyak 76 siswa 74,5. Untuk umur, sebagian besar siswa berumur 16 tahun, yaitu sebanyak 51 siswa 50,0 dan berumur 15 tahun sebanyak 43 siswa
42,2.
Tabel 4.3. Distribusi Karakteristik Siswa Kelas X Sepuluh SMA Negeri 1 Secanggang
No. Karakteristik Siswa
Jumlah n
1. Jenis Kelamin
Laki-laki 26
25,5 Perempuan
76 74,5
Total 102
100,0 2.
Umur
14 tahun 3
2,9 15 tahun
43 42,2
16 tahun 51
50,0 17 tahun
5 4,9
Total 102
100,0
4.3. Pengetahuan Siswa Sebelum dan Sesudah Pendidikan Gizi 1000 HPK
Berdasarkan hasil pre-test dan post-test dapat diketahui skor pengetahuan siswa sebelum dan sesudah diberikan pendidikan gizi. Dalam penelitian ini
pengetahuan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu pengetahuan baik 80 jawaban benar, cukup 60-80 jawaban benar dan kurang 60 jawaban benar. Berikut
dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1. Distribusi Pengetahuan Siswa Sebelum dan Sesudah diberikan Pendidikan Gizi 1000 HPK
Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa sebelum dilakukan pendidikan gizi 1000 HPK, sebagian besar siswa memiliki pengetahuan gizi yang masih kurang
yaitu sebanyak 57 siswa 55,9 dan hanya terdapat 4 siswa 3,9 yang memiliki pengetahuan baik, namun setelah dilakukan pendidikan gizi selama 2 minggu, jumlah
siswa yang memiliki pengetahuan baik meningkat menjadi 66 siswa 64,7 dan siswa yang memiliki pengetahuan kurang turun menjadi 8 siswa 7,8.
Peningkatan pengetahuan siswa setelah diberikan pendidikan gizi juga dapat terlihat dari perubahan skor rata-ratanya. Pada Tabel 4.4. dapat diketahui bahwa, rata-
rata skor pengetahuan siswa sebelum pendidikan gizi adalah 19,5392 dengan skor minimum 10,00 dan skor maksimum 29,00. Setelah dilakukan pendidikan gizi 1000
HPK terlihat bahwa rata-rata skor pengetahuan siswa meningkat menjadi 27,8431 dimana skor minimum yang diperoleh adalah 14,00 dan skor maksimum adalah
33,00.
10 20
30 40
50 60
70
Pre-test Post-test
4 66
41 28
57
8 Baik
Cukup Kurang
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4. Skor Pengetahuan Siswa Sebelum dan Sesudah Pendidikan Gizi 1000HPK
Pengetahuan Skor
X SD Minimum
Maksimum Sebelum
19,5392 4,12 10,00
29,00
Sesudah
27,8431 4,10 14,00
33,00 Peningkatan pengetahuan siswa sesudah dilakukan pendidikan gizi sangat
jelas terlihat pada gambar dan tabel di atas. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai kemampuan siswa dalam menjawab soal pengetahuan gizi, dapat dilihat dari hasil
pre-testdan post-testper item pertanyaan pada Tabel 4.5. berikut ini:
Tabel 4.5. Distribusi Jawaban Benar Berdasarkan Hasil Pre-test dan Post-test
Siswa per Item Pertanyaan Pengetahuan tentang Gizi 1000 HPK
No. Pertanyaan
Pre-test Post-test
n n
1. Definisi 1000 Hari Pertama Kehidupan
39 38,24
95 93,14
2. Sasaran intervensi gizi spesifik
89 87,25
92 90,20
3. Masalah Gizi yang terjadi di Indonesia saat ini
11 10,78
67 65,69
4. Tujuan utama gerakan 1000 HPK
87 85,29
95 93,14
5. Kegiatan yang termasuk dalam intervensi gizi
sensitif 14
13,73 31
30,39 6.
Remaja yang lebih beresiko anemia 37
36,27 71
69,61 7.
Masalah gizi yang sering terjadi pada remaja 41
40,20 90
88,24 8.
Penyebab Obesitas 96
94,12 100
98,04 9.
Dampak yang ditimbulkan jika remaja anemia 63
61,76 84
82,35 10. Penyebab anemia
44 43,13
68 66,67
11. Obesitas merupakan faktor resiko 63
61,76 80
78,43 12. Definisi Kurang Energi Kronis KEK
38 37,25
72 70,59
13. Ukuran Lingkar Lengan Atas LLA yang masuk dalam resiko KEK
66 64,71
87 85,29
14. Manfaat konsumsi kalsium 84
82,35 87
85,29 15. Dampak kekurangan asupan zink
52 50,98
75 73,53
16. Rentang Indeks Masa Tubuh IMT yang diakatakan normal
52 50,98
88 86,27
17. Kebutuhan gizi ibu hamil 86
84,31 91
89,22 18. Dampak kurang asupan gizi pada saat hamil
97 95,10
99 97,06
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5. Lanjutan
No. Pertanyaan
Pre-test Post-test
n n
19. Fungsi zat besi selama kehamilan
79 77,45
90 88,24
20. Jumlah tablet besi Fe yang di konsumsi selama
kehamilan 41
40,20 96
94,12 21.
Manfaat asam folat pada janin 74
72,55 91
89,22 22.
Sumber kalsium terbanyak 72
70,59 77
75,49 23.
Akibat kekurangan yodium pada saat hamil 79
77,45 100
98,04 24.
Makanan yang sebaiknya dihindari ibu hamil 100
98,04 100
98,04 25.
Definisi Inisiasi Menyusu Dini IMD 37
36,27 87
85,29 26.
Cairan ASI yang pertama kali keluar dari puting susu ibu
32 31,37
79 77,45
27. Manfaat cairan ASI yang pertama kali keluar
42 41,18
90 88,23
28. Umur bayi yang diberi ASI Eksklusif
32 31,37
82 80,39
29. Tambahan energi per hari pada ibu menyusui
44 43,14
52 50,98
30. Manfaat menyusui
31 30,39
66 64,71
31. Kelebihan ASI bagi kesehatan bayi
82 80,39
89 87,25
32. Usia bayi mulai diberi MP ASI
53 51,96
91 89,22
33. Akibat jika bayi terlalu cepat diberi MP ASI
62 60,78
90 88,24
34. Akibat jika bayi terlalu lama diberi MP ASI
74 72,55
86 84,31
Berdasarkan tabel 4.5. dapat dilihat bahwa sebagian besar pengetahuan siswa pada saat pre-test berada pada kateogri kurang 60 siswa yang mampu menjawab
dengan benar setiap item pertanyaan. Setelah dilakukan pendidikan gizi 1000 HPK, jumlah siswa yang mampu menjawab dengan benar meningkat pada setiap item
pertanyaan. Meskipun semua item pertanyaan mengalami peningkatan, namun ada dua pertanyaan yang masih berada pada kategori kurang, yaitu pertanyaan mengenai
kegiatan yang termasuk dalam intervensi gizi sensitif dan tambahan energi per hari yang diperlukan untuk ibu menyusui.
Jenis pertanyaan pengetahuan yang paling besar perubahannya 50 kenaikan siswa yang mampu menjawab dengan benar adalah pertanyaan mengenai
Universitas Sumatera Utara
definisi 1000 HPK, masalah gizi yangterjadi di Indonesia saat ini dan jumlah tablet besi Fe yang dikonsumsi selama kehamilan.
4.4. Sikap Siswa Sebelum dan Sesudah Pendidikan Gizi 1000 HPK
Berdasarkan hasil pre-test dan post-test dapat diketahui sikap siswa sebelum dan sesudah di beri pendidikan gizi. Dalam penelitian ini sikap dibagi menjadi dua
kategori yaitu, sikap mendukung favorable dan sikap tidak mendukung unfavorable. Berikut dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2.Distribusi Sikap Siswa Sebelum dan Sesudah diberikan Pendidikan Gizi 1000 HPK
Berdasarkan Gambar 4.2. dapat dilihat bahwa sebelum dilakukan pendidikan gizi, hanya 20 siswa 19,6 yang bersikap mendukung favorable terhadap gizi
1000 HPK. Namun, setelah dilakukan pendidikan gizi selama 2 minggu,
10 20
30 40
50 60
70 80
90
Pre-test Post-test
20 80
82
22 Mendukung
favorable Tidak mendukung
unfavorable
Universitas Sumatera Utara
terjadipeningkatan sikap siswa yang mendukung favorable yaitu menjadi 80 siswa 78,4.
Sikap siswa yang mengalami peningkatan setelah diberikan pendidikan gizi juga dapat dilihat dari skor rata-ratanya. Tabel 4.6 dibawah ini, menunjukkan bahwa
rata-rata skor sikap siswa sebelum pendidikan gizi adalah 37,3431 dengan skor minimum 22,00 dan skor maksimum 49,00. Setelah dilakukan pendidikan gizi 1000
HPK terlihat bahwa rata-rata skor sikap siswa meningkat menjadi 45,3922 dengan skor minimum 30,00 dan skor maksimum 52,00.
Tabel 4.6. Skor Sikap Siswa Sebelum dan Sesudah Pendidikan Gizi 1000HPK
Sikap Skor
X SD Minimum
Maksimum Sebelum
37,3431 4,94 22,00
49,00
Sesudah 45,3922 5,22
30,00 52,00
Peningkatan sikap siswa setelah dilakukan pendidikan gizi sangat jelas terlihat pada gambar dan tabel diatas. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai sikap siswa
sebelum dan sesudah pendidikan gizi, dapat dilihat dari hasil pre-test dan post-test siswa per item pernyataan pada Lampiran 7.
Pada Lampiran 7, dapat diketahui bahwa sebelum dilakukan pendidikan gizi, pada umumnya sikap siswa tentang pengaruh gizi pada 1000 HPK, peran remaja putri
dalam gerakan 1000 HPK, kebutuhan gizi pada remaja, kebutuhan gizi pada ibu hamilterkait pemenuhan zat besi dan asam folat, serta manfaat mengonsumsi
makanan bergizi selama kehamilan masih rendah. Disamping itu, sikap siswa tentang
Universitas Sumatera Utara
pemberian ASI eksklusif, fungsi pemberian MP ASI dan pembuatan MP ASI yang bervariasi juga masih rendah.
Setelah dilakukan pendidikan gizi, Sikap siswa mengalami peningkatan. Peningkatan yang paling besar terlihat pada sikap mengenai, ibu hamil yang harus
mengonumsi tablet Fe meskipun status gizinya baik, mengonsumsi 90 tablet Fe selama kehamilan, konsumsi makanan yang mengandung asam folat selama
kehamilan, tidak memberian susu botol segera setelah bayi lahir, dan ASI eksklusif. Meskipun semua item pertanyaan mengalami peningkatan, namun ada satu
pernyataan sikap yang masih berada pada kategori kurang, yaitu sikap mengenai fungsi pemberian MP ASI sebagai pengganti ASI.
4.5. Pengaruh Pendidikan Gizi 1000 HPK terhadap Pengetahuan Siswa
Berdasarkan hasil uji Paired sample t-test pada Tabel 4.7. dapat dilihat bahwa, selisih rata-rata antara pengetahuan sebelum dengan pengetahuan sesudah
adalah 8,30392. Pada uji Paired sample t-test ini juga menunjukkan nilai t = -25,257 dan nilai probabilitas p = 0,000. Oleh karena nilai p0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa secara nyata terdapat perbedaan rata-rata pengetahuan siswa sebelum dan sesudah diberikan pendidikan gizi 1000 HPK. Artinya bahwa, pendidikan gizi 1000
HPK berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan siswa.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7. Hasil Uji Paired Sample T-testPengetahuan Siswa
Sebelum dan Sesudah Pendidikan Gizi 1000 HPK
Pengetahuan Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean t
P
Pengetahuan sebelum -
Pengetahuan sesudah
-8,30392 3,32047
0,32878 -25,257
0,000
4.6. Pengaruh Pendidikan Gizi pada 1000 HPK terhadap Sikap Siswa
Berdasarkan hasil uji Paired Sample T-test pada Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa selisih rata-rata antara sikap sebelum dan sesudah diberikan pendidikan gizi adalah
8,04902. Pada uji Paired sample t-test ini juga menunjukkan nilai t= -16,350 dan nilai probabilitas p = 0,000. Oleh karena nilai p0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa secara nyata terdapat perbedaan rata-rata sikap responden sebelum dan sesudah diberikannya pendidikan gizi 1000 HPK. Artinya bahwa, pendidikan gizi
1000 HPK berpengaruh dalam meningkatkan sikap siswa.
Tabel 4.8. Hasil Uji Paired Sample T-test Sikap Siswa
Sebelum dan Sesudah Pendidikan Gizi 1000 HPK
Sikap Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean t
P Sikap sebelum -
Sikap sesudah -8,04902
4,97196 0,49230
-16,350 0,000
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Pengaruh Pendidikan Gizi 1000 HPK terhadap Pengetahuan Siswa
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa sebelum dilakukan pendidikan gizi proporsi siswa yang berpengetahuan kurang sebesar 55,9 dan skor
rata-rata pre-test siswa hanya sebesar 19,5392, hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan siswa tentang gizi pada 1000 HPK masih rendah. Pengetahuan gizi yang
rendah dapat disebabkan karena kurangnya informasi tentang gizi di sekolah, seperti mata pelajaran biologi pada kelas X sepuluh yang belum memuat materi gizi, tidak
tersedianya Unit Kesehatan Sekolah UKS dan Pusat Informasi dan Konseling Remaja PIK-R di sekolah serta tidak aktifnya organisasi kesehatan seperti palang
merah remaja PMR dan lain-lain. Menurut WHO dalam Notoatmodjo 2003, salah satu strategi untuk
perubahan perilaku adalah dengan pemberian informasi guna meningkatkan pengetahuan sehingga timbul kesadaran yang pada akhirnya orang akan berperilaku
sesuai dengan pengetahuannya tersebut. Salah satu cara pemberian informasi adalah dengan melakukan pendidikan gizi di sekolah.
Setelah dilakukan pendidikan gizi 1000 HPK yang dilakukan sebanyak empat pertemuan, terjadi peningkatan pengetahuan siswa, yang semula hanya 3,9 siswa
yang berpengetahuan baik kini meningkat menjadi 64,7 siswa. Peningkatan pengetahuan siswa juga terlihat dari skor rata-rata pengetahuan yang naik menjadi
Universitas Sumatera Utara
27,8431. Peningkatan pengetahuan ini karena adanya suatu informasi baru yang disampaikan kepada siswa melalui proses pendidikan, dimana informasi baru yang
didapat merupakan pengganti pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya atau merupakan penyempurnaan dari informasi sebelumnya Burner dalam Mubarak,
2011. Terdapat 34 jenis pertanyaan yang diberikan untuk mengetahui skor
pengetahuan gizi siswa Tabel 4.5. Jenis pertanyaan ini mencakup keseluruhan materi yang disampaikan, yaitu pengantar gizi 1000 HPK, gizi pada masa remaja, gizi
pada masa kehamilan, ASI dan MP ASI. Masing-masing item pertanyaan pengetahuan mengalami peningkatan. Peningkatan yang sangat signifikan terdapat
pada pertanyaan pengetahuan tentang definisi 1000 HPK, masalah gizi yang terjadi di Indonesia saat ini dan jumlah tablet besi Fe yang dikonsumsi selama kehamilan.
Meskipun semua item pertanyaan mengalami peningkatan, namun ada dua pertanyaan yang masih berada pada kategori kurang, yaitu pertanyaan mengenai
kegiatan yang termasuk dalam intervensi gizi sensitif dan tambahan energi per hari yang diperlukan untuk ibu menyusui. Kesulitan siswa dalam membedakan antara
kegiatan yang termasuk dalam intervensi gizi sensitif dengankegiatan yang termasuk dalam intervensi gizi spesifik dapat disebabkan karena pelafalan keduanya yang
hampir sama. Untuk pertanyaan tentang tambahan energi per hari pada ibu menyusui, yang masih termasuk dalam kategori kurang disebabkan karena siswa masih sulit
membedakan tambahan energi untuk ibu hamil dan ibu menyusui, hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang memilih jawaban 300 kkal tambahan energi untuk ibu
Universitas Sumatera Utara
menyusui, padahal tambahan energi 300 kkal merupakan tambahan energi yang diberikan untuk ibu hamil. Hal ini dapat disebabkan karena pemberian materi gizi
pada ibu hamil dan ibu menyusui dilakukan secara bersamaan. Notoatmodjo 2003 membagi pengetahuan menjadi 6 tingkatan, pada
penelitian ini pengetahuan siswa tentang gizi pada 1000 HPK masih sampai pada tahap tahu know. Hal ini terlihat dari kemampuan siswa dalam menjawab,
menguraikan dan mendefinisikan secara benar tentang gizi pada 1000 HPK. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji Paired sample t-test
diperoleh selisih rata-rata pengetahuan siswa sebelum dan sesudah pendidikan gizi adalah 8,30392. Hal ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan pendidikan gizi, rata-
rata skor pengetahuan siswa meningkat sebanyak 8 poin.Dari hasil uji Paired sample t-test ini juga didapatkan nilai p0,05. Maka, dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan secara nyata pengetahuan siswa tentang gizi pada 1000 HPK sebelum dan sesudah diberikan pendidikan gizi, sehingga dapat diartikan bahwa ada pengaruh
pendidikan gizi 1000 HPK dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Pemberian informasi dalam bentuk pendidikan gizi ternyata mampu
meningkatkan pengetahuan siswa. Peningkatan pengetahuan ini tidak terlepas dari metode dan media yang digunakan. Adapun metode yang digunakan yaitu metode
ceramah dan diskusi serta menggunakan media visual slide dan media audio visual pemutaran video.
Melakukan pendidikan gizi dengan metode ceramah dan diskusi ternyata mampu meningkatkan pengetahuan siswa tentang gizi pada 1000 HPK. Hal ini sesuai
Universitas Sumatera Utara
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Saleha 2009 dan Lubis, dkk 2013 yang membuktikan adanya pengaruh metode ceramah dan diskusi dalam peningkatan
skor pengetahuan siswa tentang kesehatan. Pendidikan kesehatan akan lebih efektif jika menggunakan media yang
banyak merangsang panca indera, terutama indera pengelihatan dan indera pendengaran. Beberapa media sengaja peneliti gunakan agar pesan gizi 1000 HPK
dapat dengan mudah dipahami dan mudah diingat oleh siswa, yaitu dengan menggunakan media visual berupa slide dan media audio visual berupa pemutaran
film yang berhubungan dengan gizi pada 1000 HPK. Dengan penggunaan metode dan media tersebut, terjadi peningkatan pengetahuan yang signifikan. Hal sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Haryoko 2009 yang menyatakan bahwa pemanfaatan media audio-visual lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa
dibandingkan dengan media konvensional. Menurut Daryanto 2010 semakin banyak indera yang digunakan untuk
menerima sesuatu, maka semakin banyak dan semakin jelas informasi yang disampaikan, sehingga audiens lebih mudah untuk menyerap informasi dan
mengingatnya. Karena kemampuan daya serap manusia adalah 82 melalui pengelihatan, 11 melalui pendengaran, dan 7 melalui indera lainnya.
Pendidikan gizi memberikan pengaruh dalam peningkatan pengetahuan siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ikada 2010 yang
membuktikan bahwa terdapat pengaruh pendidikan gizi dengan media buku cerita bergambar terhadap peningkatan pengetahuan gizi anak sekolah. Begitu juga
Universitas Sumatera Utara
penelitian yang dilakukan oleh Syarkowi 2008 yang menyatakan bahwa dengan melakukan pendidikan dan pelatihan gizi dapat meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan ibu dalam menyusun menu seimbang. Menurut Haryoko 2009 pendidikan pada hakikatnya adalah proses
komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan informasi atau pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, dan minat serta perhatian peserta didik.
Pendidikan gizi yang dilakukan di sekolah sangat efektif, mengingat sekolah merupakan kelompok yang terorganisasi dengan baik dan mudah dijangkau, selain itu
komposisi umur siswa yang berada pada rentang 14-17 tahun merupakan kelompok umur yang peka dan mudah menerima perubahan sehingga mudah untuk dibimbing,
diarahkan, dan ditanamkan kebiasan-kebiasaan baik Notoatmodjo, 2010. Menurut World Bank 2009, remaja atau kaum muda mulai membuat
keputusan mandiri tentang kesehatannya dan mulai membentuk serta mengadopsi perilaku yang akan memengaruhi kesehatannya. Oleh sebab itu, pendidikan gizi 1000
HPK sangat tepat diberikan pada usia remaja. Para siswa yang telah bertambah pengetahuannya mengenai gizi pada 1000 HPK diharapkan dapat menerapkan
pengetahuan tersebut dimasa yang akan datang sehingga dapat membantu dalam percepat perbaikan gizi di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
5.2. Pengaruh Pendidikan Gizi 1000 HPK terhadap SikapSiswa
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa, sebelum dilakukan pendidikan gizi hanya 19,6 siswa yang bersikap mendukung favorabletentang
gizi 1000 HPK dengan skor rata-rata sikap adalah 37,3431. Setelah di lakukan pendidikan gizi, sikap siswa yang mendukung mengalami peningkatan menjadi
78,4 dengan skor rata-rata sikap adalah 45,3922. Meningkatnya jumlah siswa dengan sikap yang mendukung favorable disebabkan karena adanya stimulus
berupa pendidikan gizi yang dilakukan dengan metode ceramah dan diskusi, serta menggunakan media visual slide dan audio visual pemutaran video. Hal serupa
juga dilakukan oleh Rahmawati dkk 2007 yang menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu balita gizi kurang dan gizi buruk
setelah diberikan penyuluhan dengan media audio visual maupun penyuluhan dengan modul. Terjadinya perubahan sikap setelah pendidikan gizi dipengaruhi oleh sejauh
mana isi komunikasi atau pesan diperhatikan, dipahami, dan diterima sehingga menimbulkan respon positif Hovland dkk dalam Azwar, 1995.
Terdapat 26 pernyataan yang diajukan untuk melihat sikap siswa mengenai gizi pada 1000 HPK. Pada lampiran 7 dapat dilihat bahwa, sebelum diberikan
pendidikan gizi sikap siswa masih tergolong rendah. Namun, setelah diberikan pendidikan gizi terlihat bahwa terjadi peningkatan sikap siswa, hal ini terlihat dari
berkurangnya pilihan terhadap jawaban ragu-ragu, sikap siswa yang awalnya tidak setuju pada pernyataan positif kini menjadi setuju, begitu pula sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
Perubahan sikap menurut Notoatmodjo 2003 terbagi menjadi empat tingkatan, pada penelitian ini sikap siswa sudah sampai pada tahap menghargai
valuing hal ini terlihat saat siswa memberikan pertanyaan kepada peneliti terkait materi gizi 1000 HPK saat proses belajar sedang berlangsung. Hal tersebut
menunjukkan bahwa siswa mempunyai keingintahuan yang kuat serta memiliki sikap yang positif terhadap gizi 1000 HPK.
Pengenalan tentang gizi sedini mungkin dapat menimbulkan sikap yang positif terhadap peserta didik karena telah lebih dahulu mengetahui manfaat dan
bahaya yang ditimbulkan jika tidak berperilaku sehat. Sikap merupakan reaksi yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus
atau objek. Sikap hanyalah kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek dengan suatu cara. Jadi, sikap adalah pandangan, pendapat, tanggapan
ataupun penilaian dan juga perasaan seseorang terhadap stimulus atau objek yang disertai dengan kecenderungan untuk bertindak Notoatmodjo, 2003.
Berdasarakan hasil analisis dengan menggunakan uji Paired samplet-test diperoleh selisih rata-rata sikap sebelum dan sesudah pendidikan gizi adalah sebesar
8,04902. Hal ini menunjukkan bahwa setelah diberikan pendidikan gizi, maka rata- rata kenaikan skor sikap siswa adalah sebanyak 8 poin. Pada uji Paired sample t-test
ini juga menunjukkan nilai p0,05. Maka, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan secara nyata sikap siswa tentang gizi pada 1000 HPK sebelum dan sesudah
pendidikan gizi, sehingga dapat diartikan bahwa ada pengaruh pendidikan gizi 1000 HPK terhadap peningkatan sikap siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian
Universitas Sumatera Utara
Sherman dan Ellen 2007 yang mengembangkan program pendidikan kesehatan dan gizi di sekolah, hasil menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kesadaran,
pengetahuan dan perilaku gizi yang lebih baik pada anak. Menurut Notoatmodjo 2003 perubahan sikap pada dasarnya dipengaruhi
oleh faktor pengetahuan dan keyakinan atau kepercayaan yang didapat dari hasil penginderaan, salah satunya didapatkan melalui pendidikan atau proses belajar.
Belajar adalah usaha untuk menguasai sesuatu yang berguna untuk hidup agar memperoleh keterampilan yang dibutuhkan manusia dalam hidup bermasyarakat.
Pendidikan gizi merupakan hal yang sangat penting untuk diajarkan sedini mungkin kepada anak, terutama anak usia sekolah. Anak sekolah tentu tidak dapat
diabaikan karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Oleh karena itu pendidikan gizi di sekolah dapat dijadikan investasi bagi pembangunan bangsa.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa, pendidikan gizi 1000 HPK berpengaruh secara signifikan terhadap
peningkatan pengetahuan dan sikap siswa SMA Negeri 1 Secanggang Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat.
Pengetahuan dan sikap mengalami peningkatan setelah diberikan pendidikan gizi dengan metode ceramah dan diskusi serta menggunakan media visual slide dan
media audio visual pemutaran video. Penggunaan metode dan media ini dapat merangsang banyak panca indera, sehingga siswa lebih mudah memahami dan
mengingat isi materi gizi 1000 HPK yang disampaikan. 6.2. Saran
1. Dinas Kesehatan diharapkan dapat bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Langkat agar materi gizi 1000 HPK dapat disisipkan dalam
kurikulum atau pembelajaran di tingkat SMA. 2. Puskesmas Secanggang diharapkan dapat menerapkan kegiatan Usaha
Kesehatan Sekolah UKS yang terjadwal dalam mensosialisasikan program gizi 1000 HPK kepada siswa di tingkat SMA, yang dapat dilakukan dengan
metode ceramah dan diskusi disertai dengan penggunaan media visual slide dan media audio visual pemutaran video.
Universitas Sumatera Utara
3. Pihak sekolah diharapkan dapat menerapkan pendidikan gizi kepada siswa dengan mengaktifkan berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan
dengan gizi dan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Adi, D.I., Aminuddin S., Sitti, N., 2012. Edukasi Gizi terhadap Pola Konsumsi Ibu Hamil Anemia dalam Upaya Perbaikan Kadar Hemoglobin di Puskesmas
Sudiang Raya Makasar. Media Gizi Masyarakat Indonesia, Vol. 2, No.1, Agustus 2012 : 17-21.
AIMI Save The Children. 2013. Benar Awalnya Lancar Menyusuinya. Di akses tanggal 20 Februari 2014, dari :
http:www.youtube.comwatch?v=CVIa8jo0rgI
Almatsier, S., 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Anas, U.H., 2013. Pengaruh Karakteristik Keluarga dan Pola Asuh terhadap Status
Gizi Balita pada Ibu Menikah Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Keude Geureubak Kecamatan Banda Alam Kabupaten Aceh Timur. Tesis. Medan :
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Arisman, 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC. Azwar, S., 1995. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar. BAPPENAS dan UNICEF, 2013. 1000 Hari Pertama Kehidupan. Buletin 2.
http:www.bappenas.go.idfiles631388480695Buletin2IND_1000HPK_2 013-10-03.pdf
Basit, A., 2012. Intervensi Pendidikan Gizi dalam Program Kelas Ibu-Balita dan Pemberian Zat Gizi Mikro Taburia terhadap Peningkatan StatusGizi Anak
Balita Gizi Buruk Usia 25-60 Bulan. Tesis. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
Bhandari, N., Sarmila, M., Rajiv, B.,Jose, M., Robert, E.B., 2004. An Educational Intervention to Promote Appropriate Complementary Feeding Practices and
Physical Growth in Infants and Young Children in Rural Haryana India. The Journal of Nutrition 134: 2342-2348.
Carnoto, 2000. Hubungan antara Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI dengan Status Gizi Bayi Umur 4-12 Bulan di Desa Gunan Kecamatan Slogohimo
Kabupaten Wonogiri. Semarang: FKM Universitas Diponegoro.
Universitas Sumatera Utara
Cussons Mum and Me ID’s Channel. 2013. Makanan Pendamping ASI. Di akses tanggal 3 Maret 2014, dari :
http:www.youtube.comwatch?v=hFVd2WVMhVk
___________ . 2013. Nutrisi untuk Ibu Hamil. Di akses tanggal 3 Maret 2014, dari : http:www.youtube.comwatch?v=Si7vrwsjEUc
Dali, N.A., Buhanuddin B., Ulfah N., 2013. Pengaruh Penerapan Muatan Lokal Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo Terhadap Perilaku Gizi
Siswa SMU di Kota Gorontalo Tahun 2013. Makasar. Daryanto, 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta : Gava Media.
Dinas Kesehatan. 2012. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat. Fadlyana, E. Larasati, S., 2009. Pernikahan Usia Dini dan Permasalahannya. Seri
Pediatri, Vol. 11, No. 2. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. 2013. Mencegah Anemia pada Remaja
Putri. Di akses tanggal 20 Februari 2014, dari:
http:www.youtube.comwatch?v=CTt1nCLFEOk Handy, F., 2010. Panduan Menyusui dan Makanan Sehat Bayi. Jakarta : Pustaka
Bunda. Haryanto, T., 2002. Pola Makan Anak Sekolah. Diakses tanggal 18 Januari 2014, dari
: www.gizi.net. Haryoko, S., 2009. Efektivitas Pemanfaatan Media Audio-Visual sebagai Alternatif
Optimalisasi Model Pembelajaran. Jurnal EdukasiElektro, Vol. 5, No.1, Maret 2009, hlm. 1-10.
Ikada, D.C., 2010. Tingkat Penerimaan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media Pendidikan Gizi dan Pengaruhnya terhadap Pengetahuan Gizi Anak Sekolah
Dasar. Bogor : Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Ishak, S., Wiludjeng, L. K., Maimunah, T., 2005. Keterlibatan Suami dalam Menjaga
Kehamilan Istri di Puskesmas Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh Provinsi Nangroe Aceh Darusalam. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol. 8, No.2
Desember 2005 :100-106
Kementerian Kesehatan RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Diakses 5 Maret 2014 dari:http:depkes.go.iddownloadsriskesdas2013Hasil20Riskesdas2020
13.pdf
Universitas Sumatera Utara
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat RI, 2012. Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasional Sadar Gizi dalam Rangka 1000
Hari Pertama Kehidupan. Diakses 12 Desember 2013 dari : http:www.bappenas.go.idfiles501388480466PEDOMAN_SUN_10_Sep
t_2013.pdf
___________ , 2013. Kerangka Kebijakan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka 1000 Hari Pertama Kehidupan Gerakan 1000 HPK.
Diakses 12 Desember 2013 darihttp:www.bappenas.go.idfiles771388480483KERANGKA_KEBIJ
AKAN_-_10_Sept_2013.pdf
Khoirani., Siagian, A., Ardiani, F., 2012. Pengaruh Permainan sebagai Media Promosi Terhadap Perilaku Gizi Seimbang pada Siswa SMA Negeri 1 Bagan
Sinembah Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir Riau Tahun 2012. Medan : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Kurniawan, D.E., 2013 . Perbedaan Pengaruh Penyuluhan Kesehatan menggunakan Media Visual dan Media Audio Visual terhadap Perubahan Sikap
Membuang Sampah pada Siswa di SMPN 1 Balung Kabupaten Jember. Malang : Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Brawijaya.
Latifah, L., Anggraeni, M. D., 2009 . Hubungan Kehamilan pada Usia Remaja dengan Kejadian Prematuritas, Berat Bayi Lahir Rendah dan Asfiksia.
Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman. Lubis, Zul S.A., Namora L.L., Eddy, S., 2013. Pengaruh Penyuluhan dengan Metode
Ceramah dan Diskusi terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Anak tentang PHBS di Sekolah Dasar Negeri 065014 Kelurahan Namogajah
Kecamatan Medan Tuntungan. Medan : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Lucie, S., 2005. Teknik Penyluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Bogor : Ghalia Indonesia
Lutfiah, Nalurita., Kesumasari, C., Indriasari, R., 2013. Studi Pengetahuan mengenai Masalah Gizi dan Status Gizi pada Remaja Putri di FKM UNHAS. Tesis.
Makassar : FKM UNHAS Madanijah, S. Pendidikan Gizi. Dalam Baliwati, Y.F., Khomsan, A., Dwiriani
C.M.,editor., 2010. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta : Penebar Swadaya Mariastuti, N., 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Memberikan
Makanan Pendamping ASI pada Bayi Umur 3-6 Bulan di Wilayah Upt.
Universitas Sumatera Utara
Puskesmas Abiansemal I Kecamatan Abiansemal Kota Bandung. Fakutas Kedokteran Universitas Udayana.
Mubarak, W.I., 2011. Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
Mubarak, W.I., Nurul, C., Khoirul, R., Supradi., 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta : Graha
Ilmu Nedra, W., Soedjatmiko dan Firmansyah. 2006. Kesiapan Fisik dan Pengetahuan
Remaja Perempuan sebagai Calon Ibu dalam Membina Tumbuh Kembang Balita dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Sari Pediatri. Vol.8, No.3,
Desember 2006: 209-217.
Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta __________ , 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta
Nurazizah, D., 2011. Pengaruh Penyuluhan melalui Media KIE mengenai ASI Eksklusif dan IMD terhadap Pengetahuan Ibu Hamil di kelurahan
Pengasinan Kecamatan Sawangan Depok. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Peraturan Presiden Nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi
Poltekkes Depkes Jakarta I, 2012. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika.
Proverawati, A., 2010. Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan. Yogyakarta: Muha Medika
Pudjiadi, S., 2005. Bayiku Sayang. Jakarta : Balai Penerbit FK UI Purwitasari, D. Dwi, M., 2009. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta :
Nuha Medika. Rahmawati, I., Toto, S., Ira, P., 2007. Pengaruh Penyuluhan dengan Metode Audio
Visual terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk di Kabupaten Kotawaringin Barat Provinsi
Kalimantan Tengah. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Vol. 4, No. 2, Nopember 2007: 69-77.
Universitas Sumatera Utara
Renyoet, S.B., Veni, H., Rochimiwati, Nur., 2013.Hubungan Pola Asuh dengan Kejadian Stunting Anak Usia 6-23 Bulan di Wilayah Pesisir Kecamatan
Tallo Makasar. Makasar : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
Romauli, S., Vindari A.V. 2011. Kesehatan Reproduksi buat Mahasiswi Kebidanan. Yogyakarta. Nuha Medika.
Rosa, D., 2012. Analisis Faktor Memengaruhi Usia Muda di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat. Tesis. Medan : Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara. Safitri, D., 2006. Prinsip Pemberian MP ASI. Diakses 18 Januari 2014, dari :
www.sehatgroup.web.idartikel.1404.asp. Saleha, S., 2009. Perbedaan Metode Diskusi dengan Metode Ceramah terhadap
Pengetahuan Siswa tentang Kesehatan Reproduksi Remaja. Jurnal Kesehatan, Vol. 2 No. 4.
Shariff, M., Zalilah, Samah, A., Bahaman, Paim, Laily, Ismail, Maznah, Kasim, Sham, M., Othman, Norlijah, Hashim, Normah, Buhari, Sabariah, S.,
Osman, J., Zubaidah, Hussein, M., Azhar, Z., 2008. Nutrition Education Intervention Improves Nutrition Knowledge, Attidude dan Practices of
Primary School Children: A Pilot Study. International Electronic Journal of Health Education, 11:119-132.
Sherman, J., Ellen, M., 2007. Developing a Nutrition and Health Education Program for Primary School in Zambia. J Nur Educ Behave. 39:335342.
Siagian, A., 2010. Epidemiologi Gizi. Jakarta: Erlangga Sibagariang, E.E., 2010. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Trans Info
Media. Simamora, R. H., 2009. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta : EGC.
Siswanto., Susila., Suyanto., 2013. Metodologi Penelitian Kesehatan dan Kedokteran. Yogyakarta : Bursa Ilmu.
Sudrajat, A., 2008. Komponen-komponen Kurikulum. Diakses 23 Januari 2014, dari : http:akhmadsudrajat.wordpress.com
Sugiono, 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.
Universitas Sumatera Utara
Suhardjo, 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta : Bumi Aksara. Supardi, S., Ondri, D.S., Mulyono, N., 2002. Pengaruh Metode Ceramah dan Media
Leaflet terhadap Perilaku Pengobatan Sendiri yang Sesuai dengan Aturan. Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 30, No. 3, 2002: 128-138
Supariasa, I. D. N., 2012. Pendidikan dan Konsultasi Gizi. Jakarta : EGC Syarkowi, A., 2008. Peningkatan Pengetahuan Gizi Masyarakat Melalui Pendidikan
dan Latihan. Forum Pendidikan, Volume 27, Nomor 2. Tim Penulis Poltekkes Depkes Jakarta I, 2012. Kesehatan Remaja Problem dan
Solusinya. Jakarta : Salemba Medika UNICEF Depkes RI. 2008. Inisiasi Dini Menyusu Air Susu Ibu. Di akses tanggal 3
Maret 2014, dari : http:www.youtube.comwatch?v=Fl8GaEPOW3Q UNICEF Indonesia, 2012. Ringkasan Kajian Kesehatan Ibu dan Anak. Diakses 28
Desember 2013, dari : www.unicef.or.id WHO, 2006. Iron dan Follate Suplementation. Departement of Making Pregnancy
Safer. Wismaati, D., 2013. Pengaruh Pemberian Penyuluhan Gizi pada Kelas Ibu Hamil
terhadap Pencapaian Nilai Hemoglobin Harapan. Magister Ilmu Gizi Universitas Diponegoro.
World Bank, 2009. Naskah Kebijakan Kesehatan dan Gizi di Sekolah. Diakses 23 Januari 2014, dari : www.wds.worldbank.org
.
, 2012. Scaling Up Nutrition SUN Movement Strategy 2012-2015. Diakses 28 Desember 2013, dari : www.scalingupnutrition.org.
World Vision Indonesia. 2012. 1000 Hari Pertama. Di akses tanggal 20 Februari 2014, dari : http:www.youtube.comwatch?v=Vufos5KJQyQ.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN
A. DATA SISWA
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Jumlah Anggota Keluarga : Uang saku
: Rp. hari
Kelas :
Alamat :
Pekerjaan Orang tua Ayah
: Ibu
: B.
PENGETAHUAN SISWA Petunjuk Pengisian :
Beri tanda silang X pada jawaban yang menurut Anda paling benar. 1. 1000 Hari Pertama Kehidupan adalah
a. Kehidupan mulai dari usia 1 tahun hingga 5 tahun b. Kehidupan mulai dari masa kehamilan hingga melahirkan
c. Kehidupan mulai dari masa kehamilan hingga anak berusia 2 tahun
2. Intervensi gizi secara spesifik ditujukan kepada a. Ibu hamil
b. Remaja c. Lansia lanjut usia
3. Permasalahan gizi yang terjadi di Indonesia saat ini adalah a. Gizi kurang
b. Gizi lebih c. Gizi kurang dan gizi lebih
4. Tujuan utama dari gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan adalah a. Mempercepat perbaikan gizi
PENGARUH PENDIDIKAN GIZI 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA NEGERI 1
SECANGGANG KECAMATAN SECANGGANG KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014
Universitas Sumatera Utara
b. Meningkatkan akses pangan c. Menurunkan angka kelahiran
5. Berikut ini yang termasuk kegiatan intervensi sensitif adalah a. Memberikan tablet besi pada ibu hamil
b. Suplemen vitamin A pada anak c. Pendidikan gizi pada remaja
6. Remaja yang lebih beresiko untuk menderita anemia adalah a. Remaja laki-laki
b. Remaja Perempuan c. Remaja laki-laki dan remaja perempuan
7. Masalah gizi yang sering terjadi pada remaja adalah a. Diare, demam berdarah, hipertensi
b. Anemia, gizi lebih, kurang energi kronis KEK c. Osteoporosis, rematik, diabetes
8. Kelebihan berat badan atau obesitas disebabkan karena a. Banyak makan dan aktifitas kurang
b. Banyak makan dan aktifitas banyak c. Sedikit makan dan aktifitas banyak
9. Apa yang terjadi jika seorang remaja mengalami anemia a. Sulit berkonsentrasi
b. Wajah tampak cerah c. Selera makan menurun
10. Anemia terjadi karena kurang asupan a. Vitamin B
b. Kalsium c. Zat besi
11. Obesitas merupakan faktor resiko terjadinya a. Penyakit jantung
b. Penyakit kerapuhan tulang osteoporosis c. Penyakit demam berdarah dengue
12. Kurang Energi Kronis adalah a. Kekurangan asupan zat besi dalam waktu yang lama
Universitas Sumatera Utara
b. Kekurangan gizi kalori dan protein yang berlangsung lama c. Kekurangan asupan kalsium dalam waktu yang lama
13. Seseorang beresiko Kurang Energi Kronis KEK jika ukuran lingkar lengan atasnya LLA
a. 23,5 cm b. 26,5 cm
c. 30,5 cm
14. Konsumsi kalsium penting untuk a. Kesehatan mata
b. Kesehatan tulang c. Kecerdasan otak
15. Kekurangan asupan Seng Zn pada remaja dapat menyebabkan a. Terhambatnya pertumbuhan dan kematangan seksual
b. Gangguan konsentrasi c. Resiko osteoporosis
16. Indeks Masa Tubuh IMT dikatakan normal jika berada pada rentang a. 17,0 - 18,4
b. 18,6 – 25,0 c. 25,1 – 27,0
17. Kebutuhan gizi pada ibu hamil a. Sama dengan kebutuhan gizi sebelum hamil
b. Menurun pada saat hamil c. Meningkat pada saat hamil
18. Asupan gizi yang kurang pada saat hamil dapat menyebabkan a. Bayi lahir dengan berat badan lebih
b. Bayi lahir dengan berat badan normal c. Bayi lahir dengan berat badan rendah
19. Fungsi zat besi Fe selama kehamilan adalah a. Untuk pembentukan organ janin dan pembentukan sel darah merah
b. Memperlancar proses melahirkan c. Mencegah susah buang air besar pada ibu hamil
20. Ibu hamil harus mengonsumsi tablet besi Fe sebanyak
Universitas Sumatera Utara
a. 50 tablet besi selama kehamilan b. 70 tablet besi selama kehamilan
c. 90 tablet besi selama kehamilan
21. Manfaat Asam folat pada janin yang dikandung adalah a. Mencegah cacat pada otak dan tulang belakang pada bayi
b. Sebagai sumber energi c. Mencegah anak menjadi pendek
22. Sumber kalsium banyak terdapat pada a. Manggis dan pepaya
b. Susu dan keju c. Tahu dan tempe
23. Kekurangan yodium pada masa kehamilan menyebabkan a. Anak kekurangan energi dan terlihat kurus
b. Anak menjadi pendek dan tidak cerdas c. Anak menjadi gemuk
24. Berikut ini adalah makanan yang sebaiknya di hindari oleh ibu hamil a. Kopi
b. Buah-buahan c. Sayuran
25. Inisiasi Menyusu Dini IMD adalah a. Bayi mendapatkan ASI hingga usia 2 tahun
b. Bayi diberi susu botol segera setelah lahir c. Bayi segera menyusu pada payudara ibu dalam satu jam pertama kelahirannya
26. Cairan ASI yang pertama kali keluar dari puting susu ibu adalah a. Pati
b. Kolostrum c. Lendir
27. Manfaat cairan ASI yang pertama keluar sangat berguna untuk a. Kekebalan tubuh bayi
b. Perkembangan bayi c. Pertumbuhan bayi
28. Umur bayi yang diberi ASI eksklusif yaitu
Universitas Sumatera Utara
a. 0 - 4 bulan b. 0 - 6 bulan
c. 0 -12 bulan
29. Tambahan kebutuhan energi per hari pada ibu menyusui adalah a. 500 kkal
b. 300 kkal c. 200 kkal
30. Manfaat menyusui bagi Ibu adalah a. Menimbulkan stress
b. Anak menjadi sehat c. Mempercepat penyembuhan rahim setelah melahirkan
31. Apakah kelebihan ASI bagi kesehatan bayi a. ASI membuat bayi tidak merasa lapar
b. Bayi tidak rewel c. Bayi lebih sehat karena ASI mengandung antibodi
32. Bayi mulai diberi makanan pendamping ASI MP ASI pada usia a. Segera setelah lahir
b. 4 bulan c. 6 bulan
33. Apa yang akan terjadi jika anak terlalu cepat diberikan MP ASI a. Kemampuan dalam mencerna makanan semakin baik
b. Anak menderita gangguan pada saluran pencernaan atau diare c. Tidak terjadi apa-apa
34. Apa yang akan terjadi jika anak terlalu lama diberikan MP ASI a. Kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi dan pertumbuhan anak terhambat
b. Kemampuan dalam mencerna makanan semakin baik c. Anak menderita gangguan pada saluran pencernaan atau diare
Universitas Sumatera Utara
C. SIKAP SISWA
Petunjuk pengisian : Berilah tanda checklist
√ pada pernyataan di bawah ini dengan
memilih Setuju S,Ragu-ragu RR atauTidak setuju TS Sesuai dengan pendapat Anda.
No Pernyataan
S RR
TS
1. Gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan tidak berpengaruh dalam
menentukan kualitas kehidupan seseorang di masa yang akan datang
2. Pendidikan gizi sangat diperlukan untuk menunjang program
gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan 3.
Remaja putri tidak perlu dilibatkan dalam gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
4. Tujuan konsumsi gizi pada remaja adalah untuk pertumbuhan fisik
dan perkembangan mental yang optimal 5.
Tidak sarapan pagi akan mempengaruhi konsentrasi belajar 6.
Makan berlebihan dan kurang aktifitas fisik dapat menyebabkan badan menjadi gemuk
7. Kebutuhan energi remaja laki-laki lebih tinggi dari pada remaja
perempuan 8.
Konsumsi susu sangat baik untuk menjaga kepadatan tulang 9.
Makanan yang mengandung protein tidak perlu dikonsumsi oleh remaja
10. Vitamin A, C dan E baik dikonsumsi untuk pembentukan dan mendukung fungsi sel baru
11. Mengetahui status gizi tidak terlalu penting selama kita merasa sehat
12. Konsumsi kalsium pada ibu hamil diperlukan untuk pembentukan tulang dan gigi serta persendian janin
13. Kebutuhan gizi pada ibu hamil harus lebih tinggi dari pada kebutuhan gizi sebelum hamil
14. Ibu hamil yang status gizinya baik tidak perlu mengonsumsi tablet besi Fe
15. Pangan hewani sangat baik dikonsumsi oleh ibu hamil karena tinggi zat besi
16. Wanita hamil harus menelan 90 tablet besi Fe selama kehamilan 17. Mengonsumsi makanan yang mengandung asam folat tidak
diperlukan jika ibu hamil dalam keadaan sehat 18. Mengonsumsi makanan bergizi selama kehamilan semata-mata
Universitas Sumatera Utara
hanya untuk kesehatan bayi yang dilahirkan 19. Memberikan susu botol kepada bayi segera setelah lahir sangat
baik untuk meningkatkan berat badannya 20. Cairan ASI yang pertama kali keluar sangat baik diberikan kepada
bayi karena banyak mengandung antibodi zat kekebalan tubuh 21. Bayi usia 0-6 bulan harus di beri ASI saja tanpa makanan lain
22. Bayi lebih baik diberi susu formula susu botol karena zat gizinya lebih tinggi dari pada ASI
23. Pemberian makanan pendamping ASI MP ASI adalah untuk menggantikan ASI
24. Makanan pendamping ASI MP ASI sebaiknya diberikan segera setelah bayi dilahirkan
25. Ibu menyusui perlu diberikan kapsul vitamin A 26. Pemberian Makanan Pendamping ASI MP ASI sebaiknya
diberikan dengan berbagai variasi makanan
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2 Materi Pendidikan Gizi
Pertemuan 1 : Pengantar Gizi 1000 HPK 1.
Pengertian 1000 HPK
Periode 1000 HPK adalah dimulai dari janin dalam kandungan sampai bayi berusia 2 tahun. Kekurangan gizi pada periode 1000 HPK tidak dapat diperbaiki
pada saat dewasa. Periode 1000 HPK telah dibuktikan secara ilmiah merupakan periode yang menentukan kualitas kehidupan seseorang, oleh karena itu periode
ini sering disebut sebagai “periode emas” atau “periode kritis”. Gerakan 1000 HPK ditujukan untuk percepatan perbaikan gizi.
2. Penyebab masalah gizi
Penyebab masalah gizi saling berkaitan diantaranya kurang akses untuk pangan yang bergizi, kurangnya pelayanan kesehatan untuk ibu dan anak termasuk
mendampingi ibu dalam menyiapkan MP ASI dan kurangnya akses terhadap sarana kesehatan seperti sanitasi dan penyediaan air bersih
3. Dampak kurang gizi pada awal kehidupan
- Gagal tumbuh: berat lahir rendah, pendek, kurus, kecil dan daya tahan tubuh rendah
- Hambatan terhadap perkembangan kognitif, nilai sekolah dan keberhasilan pendidikan
- Menurunkan produktivitas pada usia dewasa - Gangguan metabolik, resiko penyakit tidak menular diabetes tipe II, stroke,
penyakit jantung dll pada usia dewasa.
4. Masalah gizi di Indonesia
Saat ini Indonesia sedang mengalami masalah gizi ganda, yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Masalah gizi lebih di Indonesia sudah mencapai 12,2. Untuk masalah
gizi kurang terdapat 38,5 ibu hamil usia 15-19 tahun yang mengalami kurang energi kronis KEK, 37,1 ibu hamil yang anemia, 10,2 bayi yang lahir
dengan BBLR, 19,6 balita gizi kurang, dan 37,1balita pendek stunting.
Universitas Sumatera Utara
5. Mengatasi masalah gizi dengan gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan 1000