6 gas CO
2
. CO
2
yang terbentuk dapat memberikan rasa segar, sehingga rasa getir dapat tertutupi dengan adanya CO
2
dan pemanis Juniawan, 2004. Reaksi ini dikehendaki terjadi secara spontan ketika effervescent
dilarutkan ke dalam air. Garam-garam effervescent biasanya diolah dari suatu kombinasi asam sitrat dan asam tartarat daripada hanya satu macam
asam saja, karena penggunaan bahan asam tunggal saja akan menimbulkan kesukaran. Apabila asam tartarat sebagai asam tunggal, granul yang
dihasilkan akan mudah kehilangan kekuatannya dan akan menggumpal. Asam sitrat saja akan menghasilkan campuran lekat dan sukar menjadi
granul Ansel, 1989. Reaksinya adalah sebagai berikut : H
3
C
6
H
5
O
7
.H
2
O + 3 NaHCO
3
Na
3
C
6
H
5
O
7
+ 4 H
2
O + 3 CO
2
asam sitrat Na-bikarbonat Na-sitrat
H
2
C
4
H
4
O
6
+ 2 NaHCO
3
Na
2
C
4
H
4
O
6
+ 2 H
2
O + 2 CO
2
asam tartarat Na-bikarbonat Na-tartarat
Gambar 1. Reaksi asam-basa pada sediaan effervescent Ansel, 1989 Pemilihan tablet effervescent untuk sediaan karena tablet effervescent
memiliki kelebihan dalam hal ketepatan dosis, stabilitas dan kepraktisannya. Keuntungan lain adalah kemungkinan penyiapan larutan
dalam waktu seketika yang mengandung dosis obat yang tepat Banker dan Anderson, 1994. Tablet effervescent lebih praktis dan mudah
digunakan Lieberman, et al, 1989.
2. Bahan Baku
Pada umumnya bahan baku tablet effervescent terdiri dari zat aktif dan bahan pembantu yang terdiri dari :
a. Sumber asam
Senyawa asam dapat diperoleh dari tiga sumber utama yaitu asam makanan, asam anhibrida dan garam asam. Asam makanan
paling sering dan umum digunakan pada makanan serta secara alami terdapat pada makanan contohnya asam sitrat, asam tartarat, asam
malat, asam fumarat, asam adipat dan asam suksinat Mohrle, 1989.
7 Asam sitrat memiliki kelarutan yang tinggi dalam air dan mudah
diperoleh dalam bentuk granular. Alasan inilah yang menyebabkan mengapa asam sitrat lebih sering digunakan sebagai sumber asam
dalam proses pembuatan tablet effervescent Rohdiana, 2002. b.
Sumber basa Senyawa karbonat yang paling banyak digunakan dalam
formulasi effervescent adalah garam karbonat kering karena kemampuannya menghasilkan CO
2
. Sumber karbonat yang yang biasa digunakan adalah natrium bikarbonat, natrium karbonat, kalium
hydrogen karbonat dan kalium bikarbonat Mohrle, 1989.
c. Bahan pengisi
Bahan pengisi diperlukan bila dosis obat tidak cukup untuk membuat bulk penuh. Pengisi juga dapat ditambahkan karena alasan
untuk memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung atau untuk memacu aliran Banker dan Anderson, 1994. Bahan ini juga
dimaksudkan untuk mencapai bobot tablet dan volume yang diinginkan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan pengisi adalah netral terhadap bahan yang berkhasiat, inert stabil secara
farmakologi serta tidak boleh berbahaya atau tidak tercampur dengan bahan berkhasiat. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah mudah larut
sehingga dapat membentuk larutan yang jernih Banker dan Anderson, 1994.
Beberapa contoh bahan pengisi adalah laktosa, laktosa anhidrat, laktosa spray dried, mannitol, sorbitol, sukrosa Lieberman, et al,
1990. Laktosa merupakan bahan pengisi yang paling banyak digunakan karena tidak bereaksi dengan hampir semua bahan obat
yang digunakan dalam bentuk hidrat atau anhidrat dan dapat larut air Banker dan Anderson, 1994.
d. Bahan pengikat
Bahan pengikat berfungsi sebagai perekat yang mengikat komponen dalam bentuk serbuk menjadi granul sampai tablet pada
8 proses pengempaan Rohdiana, 2002. Bahan pengikat juga berfungsi
sebagai pengikat komponen-komponen tablet sehingga produk tidak pecah ketika dikempa.
Pemakaian bahan pengikat disesuaikan dengan bahan aktif, dalam pembuatan tablet effervescent bahan pengikat yang biasa
digunakan adalah PVP Polivinil Pirolidon. Polivinil pirolidon adalah pengikat yang serbaguna dan salah satu yang paling banyak digunakan,
mudah larut dalam air, alkohol dan pelarut organik lain. Polivinil pirolidon biasanya digunakan sebagai pengikat di dalam tablet
effervescent dan tablet kunyah karena pembuatan dengan pengikat ini
mempunyai daya simpan yang lebih lama Mohrle, 1989. e.
Bahan pelincir Bahan pelincir memenuhi fungsi berbeda, antara lain berfungsi
sebagai bahan pengatur aliran, bahan pelincir dan bahan pemisah bentuk. Bahan pengatur aliran berfungsi memperbaiki daya luncur
massa yang ditabletasi, bahan pelicin berfungsi untuk memudahkan pendorongan tablet ke atas dan ke ruang cetak melalui pengurangan
gesekan antara dinding dalam lubang ruang cetak dan permukaan sisi tablet, sedangkan bahan pemisah bentuk berguna untuk
menghindarkan lengketnya massa tablet pada stempel dan pada dinding dalam ruang cetak Rohdiana, 2002.
Zat pelincir yang paling banyak dipakai yaitu talk, asam stearat, garam stearat dan derivatnya. Bentuk garam yang paling banyak
dipakai adalah kalsium dan magnesium stearat Banker dan Anderson, 1994. Magnesium stearat [MgC
18
H
38
O
2 2
] merupakan salah satu zat pelincir yang digunakan dalam tablet. Antirekat pelincir yaitu zat
yang meningkatkan aliran bahan memasuki cetakan tablet dan mencegah lekatnya bahan pada cetakan serta membuat tablet menjadi
lebih bagus dan mengkilat Lieberman, et al, 1989. f.
Pemanis Pemberi rasa pada sediaan farmasi digunakan untuk bentuk-
bentuk sediaan cair. Seluruh pengecap rasa dimulut berlokasi pada
9 lidah dan mengadakan respon dengan cepat terhadap sediaan yang
diminum. Obat dalam bentuk cair berhubungan langsung dengan pengecap rasa. Penambahan zat pemberi rasa ke dalam sediaan obat
dimaksudkan untuk menyembunyikan rasa obat yang tidak disukai. Pemanis yang biasa digunakan adalah sakarin, sukrosa dan aspartam
Ansel, 1989. Aspartam adalah senyawa metil ester dipeptida yang memiliki daya kemanisan 120 – 280 kali lebih manis dari gula tebu
Ansel, 1989. Aspartam merupakan salah satu bahan tambahan makanan yang telah mengalami test dan percobaan yang mendalam
serta menyeluruh Winarno dan Rahayu, 1994.
3. Pembuatan Tablet Effervescent