HIPERTENSI TINJAUAN PUSTAKA A.

10 langsung, misalnya karena sifat kohesif, sifat kompresibilitas dan sifat aliran yang kurang baik sementara dosisnya besar serta memerlukan penambahan pewarna dalam bentuk larutan sehingga dibutuhkan bahan pengikat Ansel, 1989. Bahan yang akan dicetak dilembabkan dengan larutan pengikat sehingga serbuk terikat bersama dan terasa seperti tanah yang lembab. Kemudian serbuk tersebut dikeringkan dengan menggunakan oven, setelah kering ukurannya diperkecil dengan pengayakan dan siap untuk dicetak. Proses pembuatan tablet dengan metode ini meliputi beberapa tahap yaitu penimbangan, pencampuran awal, pembuatan larutan ikat, penambahan larutan ikat, pengayakan I, pengeringan, pengayakan II, pencampuran lubrikan dan pencetakan Ansel, 1989. b. Metode granulasi kering Granulasi kering adalah proses granulasi tanpa menggunakan cairan dan panas. Proses granulasi kering dilakukan dengan mengkompresi bahan kering menjadi tablet. Pembuatan tablet dengan metode ini meliputi beberapa tahap yaitu penghalusan, pencampuran awal, pengempaan, granulasi, pencampuran akhir dan pengempaan menjadi tablet Ansel, 1989.

D. HIPERTENSI

Dalam istilah kedokteran tekanan darah tinggi sering disebut dengan nama hipertensi. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai kenaikan tekanan darah arteri melebihi batas normal dan bertahan lama Mutschler, 1991. Guyton dan Hall 1997 menjelaskan bahwa seseorang dinyatakan menderita hipertensi jika tekanan arteri rata-rata lebih tinggi daripada batas atas yang dianggap normal dalam keadaan istirahat, yaitu lebih tinggi dari 110 mmHg. Nilai tersebut terjadi jika tekanan sistoliknya lebih besar dari kira-kira 135 mmHg sampai 140 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih besar dari 90 mmHg. Sedangkan menurut WHO, pada keadaan istirahat batas normal teratas untuk tekanan sistolik adalah 160 mmHg dan tekanan diastolik adalah 95 11 mmHg. Dalam mengukur tekanan darah untuk menentukan derajat klasifikasi hipertensi, terdapat beberapa batasan yang digunakan yaitu: Tabel 1. Klasifikasi hipertensi Kategori Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik Tingkat I Ringan 140 – 159 MmHg 90 – 99 MmHg Tingkat II Sedang 160 – 179 MmHg 100 – 109 MmHg Tingkat III Berat 180 – 209 MmHg 110 – 119 MmHg Tingkat IV Sangat Berat ≥ 210 MmHg ≥120 MmHg Sumber : The Joint National Committe-V, 1992 Tekanan darah adalah tekanan yang diperoleh darah untuk dapat mengalir melalui pembuluh darah. Ukuran tekanan darah dinyatakan dalam mmHg dimana Hg merupakan singkatan dari hydragyrum atau air raksa yang terdapat di dalam alat pengukur tekanan darah arteri yang disebut dengan alat Sphygmomanometer atau lebih dikenal dengan alat tensimeter Wijayakusuma dan Dalimartha, 2000. Tekanan darah mempunyai dua komponen kekuatan, yang pertama kekuatan pendorong yang disebut tekanan sistolik yang mempengaruhi darah karena kontraksi otot jantung dan yang kedua kekuatan penahan yang disebut tekanan diastolik pada dinding pembuluh darah yang lebih kecil yang mengalirkan darah serta mempercepat jalannya darah pada waktu jantung berelaksasi Tara dan Soetrisno, 2004. Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor genetik atau keturunan, stress, obesitas atau kegemukan serta adanya perubahan pola hidup masyarakat seperti mengkonsumsi makanan berlemak dan berkolesterol tinggi serta mengkonsumsi makanan yang mengandung garam berlebihan. 12

III. BAHAN DAN METODE A.

BAHAN DAN ALAT Pada penelitian ini digunakan bahan baku daun belimbing wuluh yang dideterminasi dari Sukabumi. Bahan kimia yang digunakan adalah etanol, maltodekstrin, laktosa, asam sitrat, asam tartarat, kalium bikarbonat, aspartam, PVP Polivinil Pirolidon dan Mg-stearat. Disamping itu digunakan pula bahan untuk analisis adalah toluene, HCl 5N, air suling, etanol 90 persen, heksan, K 2 SO 4 , HgO, H 2 SO 4 pekat, H 3 BO 3 dan HCl 0,02N. Alat yang digunakan adalah alat pengaduk, corong, kertas saring, evaporator, erlenmeyer, gelas piala, gelas ukur, freeze dryer, spray dryer, sudip, ayakan, oven dan alat destilat. Alat yang digunakan untuk analisis adalah cawan porselin, cawan aluminium, tanur, labu bersumbat, labu kjedahl, labu lemak, bulk density tester, flowmeter, pH-meter, jangka sorong, pnetrometer dan alat-alat gelas.

B. METODOLOGI

1. Ekstraksi daun belimbing wuluh

Daun belimbing wuluh terlebih dahulu dipisahkan dari tangkainya lalu dikeringkan dengan alat pengering blower selama 4 jam dengan suhu 40 o C. Selanjutnya digiling halus dengan mesin penggiling dan diayak dengan ayakan 50 mesh. Bubuk yang dihasilkan dianalisa komposisi kimianya Proksimat Analisis. Prosedur disajikan pada Lampiran 1. Bubuk daun belimbing wuluh dimaserasi secara berulang dengan menggunakan pelarut etil alkohol 70 persen. Proses maserasi dilakukan dengan alat ekstraksi yang terbuat dari stanless steel dan dilengkapi dengan agitator. Hasil ekstraksi disaring dan pelarutnya diuapkan dengan rotavapor sampai dihasilkan ekstrak kental. Ekstrak kental yang diperoleh dilakukan pengujian anti hipertensi dengan menggunakan metode berdarah Lampiran 2. Dari ekstrak kental kemudian ditambahkan bahan pengisi

Dokumen yang terkait

Efek Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut Jantan (Cavia Porcellus) Terisolasi

6 112 90

Formulasi Sediaan Gel Dari Ekstrak Etanol Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Dan Uji Aktivitasnya Terhadap Beberapa Bakteri Penyebab Jerawat

45 235 99

Pengaruh Pemberian Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) Terhadap Kadar Kadmium (Cd) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2010

7 59 114

Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap Mutu Karet

4 103 73

Uji Aktivitas Antibiofilm Sari Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Terhadap Biofilm Pseudomonas aeruginosa Secara In Vitro

7 24 91

PERBEDAAN BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK ETANOL 70% DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) SEBAGAI Perbedaan Berbagai Konsentrasi Ekstrak Etanol 70% Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) Sebagai Bahan Obat Kumur Terhadap Hambatan Pertumbuhan Bakte

0 2 13

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Terhadap Escherichia coli DAN Bacillus sp.

0 0 12

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Terhadap Staphylococcus aureus DAN Staphylococcus epidermidis.

0 0 13

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Terhadap Staphylococcus aureus DAN Staphylococcus epidermidis.

0 1 15

FORMULASI GEL DARI EKSTRAK ETANOL BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi Lina) SEBAGAI ANTI JERAWAT.

0 3 7