Formulasi Tablet Effervescent Dari Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) Sebagai Anti Hipertensi

(1)

FORMULASI TABLET EFFERVESCENT DARI EKSTRAK

DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.)

SEBAGAI ANTI HIPERTENSI

Oleh

IFFA LUTHFIYA HIDAYATI

F34102052

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

Iffa Luthfiya Hidayati. F34102052. Formulasi Tablet Effervescent dari Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Sebagai Anti Hipertensi. Di bawah bimbingan H. Abdul. Aziz Darwis dan Tri Marwati. 2007.

RINGKASAN

Kecenderungan untuk memanfaatkan bahan alami sebagai obat mulai digemari masyarakat. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi efek samping dari penggunaan obat-obatan sintetik. Daun belimbing wuluh merupakan salah satu bahan alami yang dapat dimanfaatkan sebagai obat. Salah satu khasiat yang dimiliki daun belimbing wuluh adalah sebagai obat hipertensi. Dalam penelitian ini, pemanfaatan daun belimbing wuluh dikaji untuk dimanfaatkan sebagai obat anti hipertensi dalam bentuk sediaan tablet effervescent. Tablet effervescent dipilih sebagai sediaan obat karena sangat praktis dalam penggunaannya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik produk tablet

effervescent dan mendapatkan formulasi tablet effervescent ekstrak daun belimbing wuluh terbaik dilihat dari karakteristik fisik dan sifat organoleptik. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan konsentrasi effervescent mix (40%, 45%, 50% dan 55%).

Ekstraksi daun belimbing wuluh dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol. Ekstrak kental yang dihasilkan dari proses maserasi diuji dengan menggunakan hewan uji (metode berdarah) sebagai anti hipertensi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak daun belimbing wuluh (dosis 30 mg/kg BB) dapat menurunkan tekanan darah. Dosis tersebut digunakan dalam formulasi tablet effervescent. Pembuatan tablet effervescent menggunakan ekstrak kering daun belimbing wuluh yang diperoleh dari hasil pengering semprot dengan penambahan maltodektrin 10%. Proses pembuatan tablet effervescent dilakukan dengan menggunakan metode granulasi basah. Pengujian yang dilakukan meliputi analisis granul dan analisis tablet effervescent.

Hasil pengujian waktu alir, sudut diam dan kompresibilitas granul menunjukkan bahwa granul yang dihasilkan masih sesuai dengan kriteria (baik). Karakteristik tablet effervescent yang dihasilkan, memiliki nilai pH sebesar 4.55-5.20 (pH kontrol 4.5), kadar air sebesar 1.38-2.01% (kadar air kontrol 4.55-5.20%) dan kadar abu sebesar 21.64-23.89% (kadar abu kontrol 27.10%). Waktu larut tablet

effervescent sekitar 3.93-4.75 menit (waktu larut kontrol 2.24 menit), kekerasan tablet berkisar 0.06-0.16/g.mm,dtk (kekerasan kontrol adalah 0 (keras)) serta diameter dan tebal tablet sebesar 2.79-2.84 cm dan 0.65-0.70 cm (diameter dan tebal tablet kontrol adalah 2.53 dan 0.66 cm). Warna tablet effervescent

berdasarkan oHue menunjukkan warna yellowred (79.63-80.61o).

Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa variasi konsentrasi effervescent mix berpengaruh nyata terhadap nilai pH, kadar air, kadar abu, waktu larut, kekerasan, diameter dan ketebalan tablet. Analisa non-parametik (Friedman test) menunjukkan bahwa variasi konsentrasi effervescent mix berpengaruh nyata terhadap penampakan tablet, warna, aroma dan rasa seduhan tablet effervescent. Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa tablet effervescent yang paling disukai adalah tablet effervescent dengan konsentrasi effervescent mix 40% dengan perbandingan effervescent mix 18:28:54.


(3)

Iffa Luthfiya Hidayati. F34102052. Formulation of Effervescent Tablets From Bilimbi (Averrhoa bilimbi L.) Leaves Extract As Anti Hypertension. Supervised by H. Abdul Aziz Darwis and Tri Marwati. 2006.

SUMMARY

Utilization of natural resource as medicine become interesting scientists concern. It may reduce the negative effects by using of synthetic medicine. Bilimbi leaves was one of natural materials which was able to be exploited as medicine. One of the benefits from bilimbi leaves was used as hypertension medicine. In this research, exploring bilimbi leaves studied as hypertension medicine in the form of effervescent tablets. The chosen of effervescent tablet form was because it’s practical usage.

The purposes of this research were to determine the effervescent tablets product characteristic and to obtain the best formulation of the effervescent tablets from bilimbi leaves extract based on its physical character and organoleptic test. The design of this research was completely randomized design with the variation of effervescent mix concentration (40%, 45%, 50% and 55%).

Extraction of bilimbi leaves was conducted with maceration method using ethanol solvent. Viscous bilimbi leaves extract, which was the result from maceration process, was test by bloody method using animal experiment as anti hypertension substance. The result showed that bilimbi leaves extract (dosage of 30 mg/kg weight-body) can decrease blood tension. The dosage was used in the effervescent tablets formulation. The production of the effervescent tablets used dry bilimbi leaves extract produced by spray dryer with an addition of 10% maltodextrin. Effervescent tablets were made by wet granulation method. The effervescent tablets testing consist of granule analysis and effervescent tablets analysis.

The result of flow time, silent angle and compressibility granule test showed that the effervescent granule has good characteristics. The effervescent tablet has pH value of 4.55-5.20 (control 4.5), water content of 1.38-2.01% (control 5.20%) and ash content of 21.64-23.89% (control 27.10%). Effervescent tablet dissolution time of 3.93-4.75 minute (control 2.24 minute), hardness tablets of 0.06-0.16/g.mm.dtk (control 0 (hard)) and also diameter and thickness tablets of 2.79-2.84 cm and 0.65-0.70 cm (control 2.53 and 0.66 cm). Effervescent tablet has yellow red color (79.63-80.61o) based on oHue colorimeter test.

The ANOVA result showed that the variation of effervescent mix concentration significantly influenced the pH value, water content, ash content, dissolution time, hardness, diameter and thickness of tablet. Non-parametric analysis of organoleptic test showed that the variation of effervescent mix concentration significantly influenced the tablet’s appearance, color, flavor and taste. The organoleptic test result showed that the best panelist responded was for effervescent tablets with 40% effervescent mix concentration (comparison of effervescent mix was 18:28:54).


(4)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul “Formulasi Tablet Effervescent Dari Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Sebagai Anti Hipertensi” adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan dosen Pembimbing Akademik, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya.

Bogor, 2 Februari 2007 Yang membuat pernyataan,

Iffa Luthfiya Hidayati F34102052


(5)

FORMULASI TABLET EFFERVESCENT DARI EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.)

SEBAGAI ANTI HIPERTENSI

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

IFFA LUTHFIYA HIDAYATI

F34102052

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(6)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

FORMULASI TABLET EFFERVESCENT DARI EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.)

SEBAGAI ANTI HIPERTENSI

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

IFFA LUTHFIYA HIDAYATI

F34102052

Dilahirkan pada tanggal 23 Februari 1984 di Ngawi

Tanggal lulus : 26 Januari 2007

Menyetujui, Bogor, 5 Februari 2007

Prof. Dr. Ir. A. Aziz Darwis, MSc Ir. Tri Marwati, MSi Pembimbing Akademik I Pembimbing Akademik II


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ngawi pada tanggal 23 Februari 1984. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Drs. Imam Tauhid dan Siti Komariyah. Pada tahun 1996, penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Muhammadiyah Ponorogo. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah di SLTPN 1 Ponorogo pada tahun 1999. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMUN 1 Ponorogo dan lulus pada tahun 2002.

Penulis melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri Institut Pertanian Bogor tahun 2002 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama kuliah di IPB, penulis pernah bekerja sebagai pengajar di Bimbingan Belajar DMC Bogor (2006).

Penulis melaksanakan praktek lapang pada tahun 2005 dengan topik “Mempelajari Aspek Teknologi Proses Kemasan dan Penyimpanan ‘Wafer Cream’ di Selamat Biscuit Indonesia, Sidoarjo Jawa Timur”. Untuk menyelesaikan tugas akhir ini, penulis melakukan penelitian yang ditulis dalam skripsi berjudul ”Formulasi Tablet Effervescent Dari Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Sebagai Anti Hipertensi”.


(8)

KATA PENGANTAR

Assalammu ‘alaikum wr wb.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian penulis selama delapan bulan di Laboratorium Balai Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian, Cimanggu dan Laboratorium Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Skripsi ini berjudul “Formulasi Tablet Effervescent Dari Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Sebagai Anti Hipertensi”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini menyajikan studi tentang pembuatan tablet effervescent dari ekstrak daun belimbing wuluh sebagai alternatif obat hipertensi. Tablet

effervescent yang dihasilkan dilakukan pengujian karakteristik fisik dan organoleptik untuk mengetahui penerimaan konsumen terhadap produk. Hasil studi ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai acuan pustaka yang membantu dalam pembuatan tablet effervescent yang dapat berkhasiat sebagai obat.

Wassalammu ‘alaikum wr wb.

Bogor, 2 Februari 2007


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi berjudul “Formulasi Tablet Effervescent Dari Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Sebagai Anti Hipertensi”. Ucapan terima kasih ditujukan penulis kepada Ayah (Drs. Imam Tauhid), ibu (Siti Komariyah) serta adik-adikku (Arini Aula Rusydati dan Husna Umiyati Kholidah) yang telah memberikan doa, kasih sayang dan dukungan dalam pelaksanaan dan penyelesaian studi.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis telah mendapatkan banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Abdul Aziz Darwis, MSc selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingannya selama penulis menyelesaikan studi di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Ir. Tri Marwati, MSi selaku pembimbing II dan Dr. Ir. Ani Suryani, DEA selaku dosen penguji yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hernani, Ibu Wiwin Winarni, para laboran di Balai Litbang Pasca Panen Pertanian, para laboran di Laboratorium TIN. Selain itu kepada Rini Budiarti, Fitriati, Andri Susanto, Rosi Cisadesi, Hari Soesanto, Farikin, Wahyudin dan Roza Cyntia sebagai teman satu penelitian, teman-teman TIN ’39 dan teman-teman di Wisma Gajah dan Maharlika Atas serta semua pihak yang belum belum disebutkan, yang telah banyak membantu selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ika Christina, Nurul Catur Febriana, Ika Lailiana, Okiana Winarni, Fery Mutia, Inda Setyawati, Maria Ulfah, Jenni Eva dan Rahmi Oktarina atas bantuan yang diberikan kepada penulis, semangat dan dukungannya.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

A. BELIMBING WULUH ... 3

B. KOMPOSISI KIMIA DAN KHASIAT BELIMBING WULUH ... 4

C. TABLET EFFERVESCENT ... 5

1. Definisi ... 5

2. Bahan Baku ... 6

3. Pembuatan Tablet Effervescent ... 9

D. HIPERTENSI ... 10

III.BAHAN DAN METODE ... 12

A. BAHAN DAN ALAT ... 12

B. METODOLOGI ... 12

1. Ekstraksi Daun Belimbing Wuluh ... 12

2. Penentuan Formulasi Tablet Effervescent ... 14

3. Pembuatan Tablet Effervescent ... 14

a. Analisis granul ... 16

b. Analisis tablet effervescent ... 17

c. Uji organoleptik ... 19

C. RANCANGAN PERCOBAAN ... 19

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

A. ANALISA MUTU BAHAN ... 20

B. PEMBUATAN EKSTRAK KERING ... 22


(11)

FORMULASI TABLET EFFERVESCENT DARI EKSTRAK

DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.)

SEBAGAI ANTI HIPERTENSI

Oleh

IFFA LUTHFIYA HIDAYATI

F34102052

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

Iffa Luthfiya Hidayati. F34102052. Formulasi Tablet Effervescent dari Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Sebagai Anti Hipertensi. Di bawah bimbingan H. Abdul. Aziz Darwis dan Tri Marwati. 2007.

RINGKASAN

Kecenderungan untuk memanfaatkan bahan alami sebagai obat mulai digemari masyarakat. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi efek samping dari penggunaan obat-obatan sintetik. Daun belimbing wuluh merupakan salah satu bahan alami yang dapat dimanfaatkan sebagai obat. Salah satu khasiat yang dimiliki daun belimbing wuluh adalah sebagai obat hipertensi. Dalam penelitian ini, pemanfaatan daun belimbing wuluh dikaji untuk dimanfaatkan sebagai obat anti hipertensi dalam bentuk sediaan tablet effervescent. Tablet effervescent dipilih sebagai sediaan obat karena sangat praktis dalam penggunaannya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik produk tablet

effervescent dan mendapatkan formulasi tablet effervescent ekstrak daun belimbing wuluh terbaik dilihat dari karakteristik fisik dan sifat organoleptik. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan konsentrasi effervescent mix (40%, 45%, 50% dan 55%).

Ekstraksi daun belimbing wuluh dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol. Ekstrak kental yang dihasilkan dari proses maserasi diuji dengan menggunakan hewan uji (metode berdarah) sebagai anti hipertensi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak daun belimbing wuluh (dosis 30 mg/kg BB) dapat menurunkan tekanan darah. Dosis tersebut digunakan dalam formulasi tablet effervescent. Pembuatan tablet effervescent menggunakan ekstrak kering daun belimbing wuluh yang diperoleh dari hasil pengering semprot dengan penambahan maltodektrin 10%. Proses pembuatan tablet effervescent dilakukan dengan menggunakan metode granulasi basah. Pengujian yang dilakukan meliputi analisis granul dan analisis tablet effervescent.

Hasil pengujian waktu alir, sudut diam dan kompresibilitas granul menunjukkan bahwa granul yang dihasilkan masih sesuai dengan kriteria (baik). Karakteristik tablet effervescent yang dihasilkan, memiliki nilai pH sebesar 4.55-5.20 (pH kontrol 4.5), kadar air sebesar 1.38-2.01% (kadar air kontrol 4.55-5.20%) dan kadar abu sebesar 21.64-23.89% (kadar abu kontrol 27.10%). Waktu larut tablet

effervescent sekitar 3.93-4.75 menit (waktu larut kontrol 2.24 menit), kekerasan tablet berkisar 0.06-0.16/g.mm,dtk (kekerasan kontrol adalah 0 (keras)) serta diameter dan tebal tablet sebesar 2.79-2.84 cm dan 0.65-0.70 cm (diameter dan tebal tablet kontrol adalah 2.53 dan 0.66 cm). Warna tablet effervescent

berdasarkan oHue menunjukkan warna yellowred (79.63-80.61o).

Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa variasi konsentrasi effervescent mix berpengaruh nyata terhadap nilai pH, kadar air, kadar abu, waktu larut, kekerasan, diameter dan ketebalan tablet. Analisa non-parametik (Friedman test) menunjukkan bahwa variasi konsentrasi effervescent mix berpengaruh nyata terhadap penampakan tablet, warna, aroma dan rasa seduhan tablet effervescent. Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa tablet effervescent yang paling disukai adalah tablet effervescent dengan konsentrasi effervescent mix 40% dengan perbandingan effervescent mix 18:28:54.


(13)

Iffa Luthfiya Hidayati. F34102052. Formulation of Effervescent Tablets From Bilimbi (Averrhoa bilimbi L.) Leaves Extract As Anti Hypertension. Supervised by H. Abdul Aziz Darwis and Tri Marwati. 2006.

SUMMARY

Utilization of natural resource as medicine become interesting scientists concern. It may reduce the negative effects by using of synthetic medicine. Bilimbi leaves was one of natural materials which was able to be exploited as medicine. One of the benefits from bilimbi leaves was used as hypertension medicine. In this research, exploring bilimbi leaves studied as hypertension medicine in the form of effervescent tablets. The chosen of effervescent tablet form was because it’s practical usage.

The purposes of this research were to determine the effervescent tablets product characteristic and to obtain the best formulation of the effervescent tablets from bilimbi leaves extract based on its physical character and organoleptic test. The design of this research was completely randomized design with the variation of effervescent mix concentration (40%, 45%, 50% and 55%).

Extraction of bilimbi leaves was conducted with maceration method using ethanol solvent. Viscous bilimbi leaves extract, which was the result from maceration process, was test by bloody method using animal experiment as anti hypertension substance. The result showed that bilimbi leaves extract (dosage of 30 mg/kg weight-body) can decrease blood tension. The dosage was used in the effervescent tablets formulation. The production of the effervescent tablets used dry bilimbi leaves extract produced by spray dryer with an addition of 10% maltodextrin. Effervescent tablets were made by wet granulation method. The effervescent tablets testing consist of granule analysis and effervescent tablets analysis.

The result of flow time, silent angle and compressibility granule test showed that the effervescent granule has good characteristics. The effervescent tablet has pH value of 4.55-5.20 (control 4.5), water content of 1.38-2.01% (control 5.20%) and ash content of 21.64-23.89% (control 27.10%). Effervescent tablet dissolution time of 3.93-4.75 minute (control 2.24 minute), hardness tablets of 0.06-0.16/g.mm.dtk (control 0 (hard)) and also diameter and thickness tablets of 2.79-2.84 cm and 0.65-0.70 cm (control 2.53 and 0.66 cm). Effervescent tablet has yellow red color (79.63-80.61o) based on oHue colorimeter test.

The ANOVA result showed that the variation of effervescent mix concentration significantly influenced the pH value, water content, ash content, dissolution time, hardness, diameter and thickness of tablet. Non-parametric analysis of organoleptic test showed that the variation of effervescent mix concentration significantly influenced the tablet’s appearance, color, flavor and taste. The organoleptic test result showed that the best panelist responded was for effervescent tablets with 40% effervescent mix concentration (comparison of effervescent mix was 18:28:54).


(14)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul “Formulasi Tablet Effervescent Dari Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Sebagai Anti Hipertensi” adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan dosen Pembimbing Akademik, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya.

Bogor, 2 Februari 2007 Yang membuat pernyataan,

Iffa Luthfiya Hidayati F34102052


(15)

FORMULASI TABLET EFFERVESCENT DARI EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.)

SEBAGAI ANTI HIPERTENSI

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

IFFA LUTHFIYA HIDAYATI

F34102052

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(16)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

FORMULASI TABLET EFFERVESCENT DARI EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.)

SEBAGAI ANTI HIPERTENSI

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

IFFA LUTHFIYA HIDAYATI

F34102052

Dilahirkan pada tanggal 23 Februari 1984 di Ngawi

Tanggal lulus : 26 Januari 2007

Menyetujui, Bogor, 5 Februari 2007

Prof. Dr. Ir. A. Aziz Darwis, MSc Ir. Tri Marwati, MSi Pembimbing Akademik I Pembimbing Akademik II


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ngawi pada tanggal 23 Februari 1984. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Drs. Imam Tauhid dan Siti Komariyah. Pada tahun 1996, penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Muhammadiyah Ponorogo. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah di SLTPN 1 Ponorogo pada tahun 1999. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMUN 1 Ponorogo dan lulus pada tahun 2002.

Penulis melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri Institut Pertanian Bogor tahun 2002 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama kuliah di IPB, penulis pernah bekerja sebagai pengajar di Bimbingan Belajar DMC Bogor (2006).

Penulis melaksanakan praktek lapang pada tahun 2005 dengan topik “Mempelajari Aspek Teknologi Proses Kemasan dan Penyimpanan ‘Wafer Cream’ di Selamat Biscuit Indonesia, Sidoarjo Jawa Timur”. Untuk menyelesaikan tugas akhir ini, penulis melakukan penelitian yang ditulis dalam skripsi berjudul ”Formulasi Tablet Effervescent Dari Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Sebagai Anti Hipertensi”.


(18)

KATA PENGANTAR

Assalammu ‘alaikum wr wb.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian penulis selama delapan bulan di Laboratorium Balai Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian, Cimanggu dan Laboratorium Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Skripsi ini berjudul “Formulasi Tablet Effervescent Dari Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Sebagai Anti Hipertensi”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini menyajikan studi tentang pembuatan tablet effervescent dari ekstrak daun belimbing wuluh sebagai alternatif obat hipertensi. Tablet

effervescent yang dihasilkan dilakukan pengujian karakteristik fisik dan organoleptik untuk mengetahui penerimaan konsumen terhadap produk. Hasil studi ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai acuan pustaka yang membantu dalam pembuatan tablet effervescent yang dapat berkhasiat sebagai obat.

Wassalammu ‘alaikum wr wb.

Bogor, 2 Februari 2007


(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi berjudul “Formulasi Tablet Effervescent Dari Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Sebagai Anti Hipertensi”. Ucapan terima kasih ditujukan penulis kepada Ayah (Drs. Imam Tauhid), ibu (Siti Komariyah) serta adik-adikku (Arini Aula Rusydati dan Husna Umiyati Kholidah) yang telah memberikan doa, kasih sayang dan dukungan dalam pelaksanaan dan penyelesaian studi.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis telah mendapatkan banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Abdul Aziz Darwis, MSc selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingannya selama penulis menyelesaikan studi di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Ir. Tri Marwati, MSi selaku pembimbing II dan Dr. Ir. Ani Suryani, DEA selaku dosen penguji yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hernani, Ibu Wiwin Winarni, para laboran di Balai Litbang Pasca Panen Pertanian, para laboran di Laboratorium TIN. Selain itu kepada Rini Budiarti, Fitriati, Andri Susanto, Rosi Cisadesi, Hari Soesanto, Farikin, Wahyudin dan Roza Cyntia sebagai teman satu penelitian, teman-teman TIN ’39 dan teman-teman di Wisma Gajah dan Maharlika Atas serta semua pihak yang belum belum disebutkan, yang telah banyak membantu selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ika Christina, Nurul Catur Febriana, Ika Lailiana, Okiana Winarni, Fery Mutia, Inda Setyawati, Maria Ulfah, Jenni Eva dan Rahmi Oktarina atas bantuan yang diberikan kepada penulis, semangat dan dukungannya.


(20)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

A. BELIMBING WULUH ... 3

B. KOMPOSISI KIMIA DAN KHASIAT BELIMBING WULUH ... 4

C. TABLET EFFERVESCENT ... 5

1. Definisi ... 5

2. Bahan Baku ... 6

3. Pembuatan Tablet Effervescent ... 9

D. HIPERTENSI ... 10

III.BAHAN DAN METODE ... 12

A. BAHAN DAN ALAT ... 12

B. METODOLOGI ... 12

1. Ekstraksi Daun Belimbing Wuluh ... 12

2. Penentuan Formulasi Tablet Effervescent ... 14

3. Pembuatan Tablet Effervescent ... 14

a. Analisis granul ... 16

b. Analisis tablet effervescent ... 17

c. Uji organoleptik ... 19

C. RANCANGAN PERCOBAAN ... 19

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

A. ANALISA MUTU BAHAN ... 20

B. PEMBUATAN EKSTRAK KERING ... 22


(21)

1. Analisis Granul ... 24

2. Analisis Tablet Effervescent ... 27

3. Uji Organoleptik ... 36

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

A. KESIMPULAN ... 41

B. SARAN ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43


(22)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Klasifikasi hipertensi... 11 Tabel 2. Formulasi tablet effervescent daun belimbing wuluh ... 14 Tabel 3. Hubungan antara sudut diam dan sifat alir... 16 Tabel 4. Kriteria kompresibilitas granul ... 17 Tabel 5. Kriteria warna berdasarkan oHue ... 18 Tabel 6. Hasil analisa proksimat daun belimbing wuluh ... 21 Tabel 7. Rendemen dan karakteristik fisik ekstrak kering daun belimbing

wuluh ... 23 Tabel 8. Hasil pengujian waktu alir granul ... 25 Tabel 9. Hasil pengujian sudut diam granul... 26 Tabel 10. Hasil pengujian kompresibilitas granul... 26 Tabel 11. Hasil pengujian diameter dan tablet effervescent ... 31 Tabel 12. Hasil pengujian warna (colorimeter) ... 35


(23)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Reaksi asam-basa pada sediaan effervescent ... 6 Gambar 2. Diagram alir proses ekstraksi daun belimbing wuluh ... 13 Gambar 3. Diagram alir proses pembuatan tablet effervescent ... 15 Gambar 4. Daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) ... 20 Gambar 5. Bubuk daun belimbing wuluh ... 20 Gambar 6. Ekstrak kental daun belimbing wuluh ... 23 Gambar 7. Ekstrak kering hasil pengering semprot ... 24 Gambar 8. Granul effervescent ... 24 Gambar 9. Tablet effervescent masing-masing formulasi ... 27 Gambar 10. Grafik pengujian nilai pH tablet effervescent ... 28 Gambar 11. Grafik pengujian kadar air tablet effervescent ... 29 Gambar 12. Grafik pengujian kadar abu tablet effervescent ... 31 Gambar 13. Grafik pengujian kekerasan tablet effervescent ... 33 Gambar 14. Grafik pengujian waktu larut tablet effervescent ... 34 Gambar 15. Histogram uji kesukaan terhadap penampakan tablet

effervescent ... 37 Gambar 16. Histogram uji kesukaan terhadap warna seduhan tablet

effervescent ... 38 Gambar 17. Histogram uji kesukaan terhadap aroma seduhan tablet

effervescent ... 39 Gambar 18. Histogram uji kesukaan terhadap rasa seduhan tablet


(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Analisa proksimat daun belimbing wuluh ... 48 Lampiran 2. Diagram alir pengujian anti hipertensi ... 51 Lampiran 3. Contoh pembacaan kymograf pada pengujian anti hipertensi ... 52 Lampiran 4. Hasil analisis ragam pengujian granul effervescent ... 53 Lampiran 5. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap pH

tablet effervescent ... 54 Lampiran 6. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap kadar

air tablet effervescent ... 55 Lampiran 7. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap kadar

abu tablet effervescent ... 56 Lampiran 8. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap

tebal tablet effervescent ... 57 Lampiran 9. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap

diameter tablet effervescent ... 58 Lampiran 10. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap

kekerasan tablet effervescent ... 59 Lampiran 11. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap waktu

larut tablet effervescent ... 60 Lampiran 12. Lembar kuesioner uji kesukaan dan kode sampel ... 61 Lampiran 13. Rekapitulasi nilai kesukaan parameter penampakan tablet

effervescent ... 62 Lampiran 14. Hasil uji Friedman dan uji frekuensi kesukaan terhadap

parameter penampakan tablet effervescent ... 63 Lampiran 15. Rekapitulasi nilai kesukaan parameter warna seduhan tablet

effervescent ... 64 Lampiran 16. Hasil uji Friedman dan uji frekuensi kesukaan terhadap

warna seduhan tablet effervescent ... 65 Lampiran 17. Rekapitulasi nilai kesukaan parameter aroma seduhan tablet

effervescent ... 66 Lampiran 18. Hasil uji Friedman dan uji frekuensi kesukaan terhadap

aroma seduhan tablet effervescent ... 67 Lampiran 19. Rekapitulasi nilai kesukaan parameter rasa seduhan tablet

effervescent ... 68 Lampiran 20. Hasil uji Friedman dan uji frekuensi kesukaan terhadap

rasa seduhan tablet effervescent ... 69 Lampiran 21. Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk


(25)

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Obat-obatan dikelompokkan dalam bentuk obat sintetik dan obat alami. Penggunaan obat sintetik dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya karena zat aktifnya berasal dari senyawa kimia sedangkan resiko penggunaan bahan alami relatif lebih kecil. Oleh karena itu terjadi kecenderungan untuk kembali menggunakan obat yang berasal dari alam. Salah satu sumber alami yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat adalah daun tanaman belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.).

Daun belimbing wuluh dapat berkhasiat sebagai ekspektoran, antipiretik dan anti hipertensi. Menurut Hernani, et al. (2005), daun belimbing wuluh mengandung senyawa phytol yang terbukti dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Berdasarkan penelitian terdahulu, daun belimbing wuluh juga memiliki kadar kalium yang cukup tinggi, yaitu 1,689 ± 0,007 % (b.k) (Winarni dan Marwati, 2005). Kalium tersebut merupakan mineral yang dapat melancarkan pengeluaran air seni (diuretik) sehingga dapat menurunkan tekanan darah.

Ketersediaan obat hipertensi saat ini kebanyakan berbentuk kapsul dan tablet. Obat berbentuk kapsul dan tablet membutuhkan waktu yang lama untuk diabsorbsi oleh tubuh dan rasanya kurang disenangi. Untuk mengurangi rasa obat yang kurang disukai oleh konsumen dapat dibuat bentuk sediaan yang menarik dan memiliki rasa yang manis. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, pemanfaatan daun belimbing wuluh diteliti untuk dimanfaatkan sebagai obat anti hipertensi dalam sediaan obat yang lebih praktis dalam bentuk tablet

effervescent.

Tablet effervescent adalah tablet yang menghasilkan gas (CO2) sebagai hasil reaksi kimia bahan-bahan penyusun tablet dengan cairan pelarutnya (air). Tablet effervescent merupakan tablet yang digunakan untuk membuat minuman ringan secara praktis. Kepraktisannya adalah tablet dapat melarut sendiri dengan adanya gas CO2 yang membantu proses pelarutan. Bentuk sediaan seperti ini dapat meningkatkan tingkat kesukaan produk dan mempengaruhi aspek psikologis konsumen. Disamping itu, kesannya sebagai


(26)

obat juga akan berkurang karena rasanya yang dapat menutupi rasa pahit sehingga dapat menarik minat konsumen yang tidak suka mengkonsumsi obat-obatan.

Pembuatan tablet effervescent dari ekstrak daun belimbing dilakukan dengan menyusun formula menggunakan berbagai bahan disamping daun belimbing wuluh itu sendiri. Formula yang dihasilkan diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif lain sediaan obat hipertensi.

B. TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik produk tablet

effervescent dan untuk mendapatkan formulasi tablet effervescent ekstrak daun belimbing wuluh terbaik dilihat dari karakteristik fisik dan sifat organoleptik yang disukai oleh konsumen. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif sediaan obat hipertensi yang berasal dari bahan alam, sehingga dapat bermanfaat bagi bidang kesehatan dan farmasi serta menambah daya guna daun belimbing wuluh.


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. BOTANI

Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) termasuk pohon yang tingginya mencapai 10 m dengan batang yang tidak begitu besar dan mempunyai garis tengah sekitar 30 cm. Pohon ini ditanam sebagai pohon buah. Pohon yang berasal dari benua Amerika ini membutuhkan tempat tumbuh yang cukup lembab dan tidak dinaungi oleh pohon lain.

Klasifikasi ilmiah untuk belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) adalah : Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Sub-divisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua) Ordo : Oxalidales

Famili :Oxalidaceae

Genus : Averrhoa

Spesies : A. bilimbi L. (belimbing wuluh)

Belimbing wuluh mempunyai batang kasar berbenjol-benjol, percabangan sedikit dan arahnya condong ke atas. Cabang muda berambut halus seperti beludru dan berwarna coklat muda. Daunnya berupa daun majemuk menyirip ganjil dengan 21-45 pasang anak daun. Anak daun bertangkai pendek, bentuknya bulat telur sampai jorong, ujung runcing, pangkal membundar, tepi rata dan mempunyai panjang 2-10 cm, lebar 1-3 cm, warnanya hijau, permukaan bawah hijau muda.

Bunga berbentuk malai, berkelompok, keluar dari batang atau percabangan yang besar. Bunganya kecil-kecil berbentuk bintang dan warnanya ungu kemerahan. Buahnya berupa buah buni, bentuknya bulat lonjong bersegi, warnanya hijau kekuningan, bila masak berair banyak, rasanya asam dan bijinya berbentuk bulat telur serta gepeng (Arland, 2006).


(28)

B. KOMPOSISI KIMIA DAN KHASIAT BELIMBING WULUH

Daun belimbing wuluh yang digunakan dalam penelitian mempunyai sifat khas seperti asam, kelat dan menetralkan (Anonim, 2006). Kandungan simplisia daun belimbing wuluh terdiri dari tanin, sulfur, asam format, peroksidase, calsium oksalat dan kalium sitrat (Forum Komunikasi Fakultas Pertanian UGM, 2006).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Winarti dan Marwati (2006), senyawa dengan limpahan tertinggi pada daun belimbing wuluh antara lain propil asetat, dietil phtalat, phytol dan asam ferulat, sedangkan senyawa minor terdiri dari asam kaprat, heksadekanoat dan etil palmitat. Komponen kimia lain yang teridentifikasi dalam daun belimbing wuluh adalah p-nitro-m-methylphenyl benzenesulfonate, acetic acid ethyl ester, acetic acid prophyl ester, butyl ethyl ether, methyl benzene dan 1,2-benzenedicarboxylilic acid diethyl ester (Cyntia, 2006).

Bagian tanaman belimbing wuluh yang sering dimanfaatkan sebagai obat adalah bagian bunga, daun dan buah. Bagian buah dan bunga berkhasiat sebagai ekspektoran. Selain itu, buahnya dapat digunakan sebagai bahan obat tradisional seperti, batuk, sariawan, gusi berdarah, jerawat, panu, tekanan darah tinggi (hipertensi) serta dapat memperbaiki fungsi pencernaan. Bagian daun berkhasiat sebagai antipiretik dan ekspektoran serta dapat digunakan sebagai obat rematik (Anonim, 2006).

Khasiat lain yang terdapat dalam daun belimbing wuluh adalah sebagai penurun tekanan darah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hernani, et al (2005) dengan menggunakan hewan uji kucing teranestesi diketahui bahwa penggunaan ekstrak daun belimbing wuluh pada dosis 37.5 mg/kg BB dapat menurunkan tekanan darah kucing sebesar 75.88 mmHg. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hutahaean (2003) terhadap hewan uji tikus putih galur wistar jantan, hasil penelitian menunjukkan bahwa penyuntikan dengan ekstrak daun belimbing wuluh secara intraperitoneal dapat menurunkan tekanan darah tikus dari tekanan darah normal (hipotensif). Dosis ekstrak yang digunakan adalah 1 ml/kg bb, 2 ml/kg bb, 4 ml/kg bb, dan


(29)

8 ml/kg bb, masing-masing dapat menurunkan tekanan arteri rata-rata sebesar 2.49 mmHg; 2.58 mmHg; 3.73 mmHg; dan 3.02 mmHg (Hutahean, 2003).

Pemanfaatan daun belimbing wuluh sebagai obat hipertensi masih terbatas dan kebanyakan yang dimanfaatkan adalah buah belimbing wuluh. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hernani, et al (2005), pemberian ekstrak daun belimbing wuluh terbukti dapat menurunkan tekanan darah hewan uji dan terbukti lebih baik dibandingkan dengan pemberian ekstrak buahnya. Ketika ekstrak buah diinjeksikan terhadap hewan uji, daya kerja jantung meningkat dibandingkan bila menggunakan ekstrak daun.

C. TABLET EFFERVESCENT 1. Definisi

Tablet adalah sediaan obat padat takaran tunggal. Sediaan ini dicetak dengan mesin bertekanan tinggi dengan bahan serbuk kering, kristal atau granulat dan umumnya dengan penambahan bahan pembantu. Bentuk sediaan tablet terbukti sangat menguntungkan karena harganya murah. Bentuk tablet takarannya tepat, pengemasannya mudah, tranportasi dan penyimpanannya praktis (stabilitas obatnya terjaga dalam sediaannya) (Voight,1994).

Effervescent didefinisikan sebagai bentuk sediaan yang menghasilkan gelembung sebagai hasil reaksi kimia dalam larutan. Dalam ilmu kedokteran campuran effervescent sangat populer. Flavored beverage effervescent adalah sediaan effervescent yang digunakan unuk membuat minuman ringan secara praktis, yaitu dengan cara mencampurkan tablet

effervescent ke dalam air. Gas yang dihasilkan saat pelarutan adalah karbondioksida (CO2) sehingga dapat memberikan efek sparkle atau rasa

seperti air soda (Mohrle, 1989).

Tablet effervescent merupakan tablet berbuih yang dibuat dengan cara kompresi granul yang mengandung garam effervescent atau bahan-bahan lain yang mampu melepaskan gas ketika bercampur dengan air (Ansel, 1989). Reaksi yang terjadi pada pelarutan effervescent adalah reaksi antara senyawa asam dan senyawa karbonat untuk menghasilkan


(30)

gas CO2. CO2 yang terbentuk dapat memberikan rasa segar, sehingga rasa

getir dapat tertutupi dengan adanya CO2 dan pemanis (Juniawan, 2004).

Reaksi ini dikehendaki terjadi secara spontan ketika effervescent

dilarutkan ke dalam air. Garam-garam effervescent biasanya diolah dari suatu kombinasi asam sitrat dan asam tartarat daripada hanya satu macam asam saja, karena penggunaan bahan asam tunggal saja akan menimbulkan kesukaran. Apabila asam tartarat sebagai asam tunggal, granul yang dihasilkan akan mudah kehilangan kekuatannya dan akan menggumpal. Asam sitrat saja akan menghasilkan campuran lekat dan sukar menjadi granul (Ansel, 1989). Reaksinya adalah sebagai berikut :

H3C6H5O7.H2O + 3 NaHCO3 Na3C6H5O7 + 4 H2O + 3 CO2 asam sitrat Na-bikarbonat Na-sitrat

H2C4H4O6 + 2 NaHCO3 Na2C4H4O6 + 2 H2O + 2 CO2 asam tartarat Na-bikarbonat Na-tartarat

Gambar 1. Reaksi asam-basa pada sediaan effervescent (Ansel, 1989) Pemilihan tablet effervescent untuk sediaan karena tablet effervescent

memiliki kelebihan dalam hal ketepatan dosis, stabilitas dan kepraktisannya. Keuntungan lain adalah kemungkinan penyiapan larutan dalam waktu seketika yang mengandung dosis obat yang tepat (Banker dan Anderson, 1994). Tablet effervescent lebih praktis dan mudah digunakan (Lieberman, et al, 1989).

2. Bahan Baku

Pada umumnya bahan baku tablet effervescent terdiri dari zat aktif dan bahan pembantu yang terdiri dari :

a. Sumber asam

Senyawa asam dapat diperoleh dari tiga sumber utama yaitu asam makanan, asam anhibrida dan garam asam. Asam makanan paling sering dan umum digunakan pada makanan serta secara alami terdapat pada makanan contohnya asam sitrat, asam tartarat, asam malat, asam fumarat, asam adipat dan asam suksinat (Mohrle, 1989).


(31)

Asam sitrat memiliki kelarutan yang tinggi dalam air dan mudah diperoleh dalam bentuk granular. Alasan inilah yang menyebabkan mengapa asam sitrat lebih sering digunakan sebagai sumber asam dalam proses pembuatan tablet effervescent (Rohdiana, 2002).

b. Sumber basa

Senyawa karbonat yang paling banyak digunakan dalam formulasi effervescent adalah garam karbonat kering karena kemampuannya menghasilkan CO2. Sumber karbonat yang yang biasa

digunakan adalah natrium bikarbonat, natrium karbonat, kalium

hydrogen karbonat dan kalium bikarbonat (Mohrle, 1989). c. Bahan pengisi

Bahan pengisi diperlukan bila dosis obat tidak cukup untuk membuat bulk (penuh). Pengisi juga dapat ditambahkan karena alasan untuk memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung atau untuk memacu aliran (Banker dan Anderson, 1994). Bahan ini juga dimaksudkan untuk mencapai bobot tablet dan volume yang diinginkan.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan pengisi adalah netral terhadap bahan yang berkhasiat, inert (stabil) secara farmakologi serta tidak boleh berbahaya atau tidak tercampur dengan bahan berkhasiat. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah mudah larut sehingga dapat membentuk larutan yang jernih (Banker dan Anderson, 1994).

Beberapa contoh bahan pengisi adalah laktosa, laktosa anhidrat, laktosa spray dried, mannitol, sorbitol, sukrosa (Lieberman, et al,

1990). Laktosa merupakan bahan pengisi yang paling banyak digunakan karena tidak bereaksi dengan hampir semua bahan obat yang digunakan dalam bentuk hidrat atau anhidrat dan dapat larut air (Banker dan Anderson, 1994).

d. Bahan pengikat

Bahan pengikat berfungsi sebagai perekat yang mengikat komponen dalam bentuk serbuk menjadi granul sampai tablet pada


(32)

proses pengempaan (Rohdiana, 2002). Bahan pengikat juga berfungsi sebagai pengikat komponen-komponen tablet sehingga produk tidak pecah ketika dikempa.

Pemakaian bahan pengikat disesuaikan dengan bahan aktif, dalam pembuatan tablet effervescent bahan pengikat yang biasa digunakan adalah PVP (Polivinil Pirolidon). Polivinil pirolidon adalah pengikat yang serbaguna dan salah satu yang paling banyak digunakan, mudah larut dalam air, alkohol dan pelarut organik lain. Polivinil pirolidon biasanya digunakan sebagai pengikat di dalam tablet

effervescent dan tablet kunyah karena pembuatan dengan pengikat ini mempunyai daya simpan yang lebih lama (Mohrle, 1989).

e. Bahan pelincir

Bahan pelincir memenuhi fungsi berbeda, antara lain berfungsi sebagai bahan pengatur aliran, bahan pelincir dan bahan pemisah bentuk. Bahan pengatur aliran berfungsi memperbaiki daya luncur massa yang ditabletasi, bahan pelicin berfungsi untuk memudahkan pendorongan tablet ke atas dan ke ruang cetak melalui pengurangan gesekan antara dinding dalam lubang ruang cetak dan permukaan sisi tablet, sedangkan bahan pemisah bentuk berguna untuk menghindarkan lengketnya massa tablet pada stempel dan pada dinding dalam ruang cetak (Rohdiana, 2002).

Zat pelincir yang paling banyak dipakai yaitu talk, asam stearat, garam stearat dan derivatnya. Bentuk garam yang paling banyak dipakai adalah kalsium dan magnesium stearat (Banker dan Anderson, 1994). Magnesium stearat [Mg(C18H38O2)2] merupakan salah satu zat

pelincir yang digunakan dalam tablet. Antirekat (pelincir) yaitu zat yang meningkatkan aliran bahan memasuki cetakan tablet dan mencegah lekatnya bahan pada cetakan serta membuat tablet menjadi lebih bagus dan mengkilat (Lieberman, et al, 1989).

f. Pemanis

Pemberi rasa pada sediaan farmasi digunakan untuk bentuk-bentuk sediaan cair. Seluruh pengecap rasa dimulut berlokasi pada


(33)

lidah dan mengadakan respon dengan cepat terhadap sediaan yang diminum. Obat dalam bentuk cair berhubungan langsung dengan pengecap rasa. Penambahan zat pemberi rasa ke dalam sediaan obat dimaksudkan untuk menyembunyikan rasa obat yang tidak disukai. Pemanis yang biasa digunakan adalah sakarin, sukrosa dan aspartam (Ansel, 1989). Aspartam adalah senyawa metil ester dipeptida yang memiliki daya kemanisan 120 – 280 kali lebih manis dari gula tebu (Ansel, 1989). Aspartam merupakan salah satu bahan tambahan makanan yang telah mengalami test dan percobaan yang mendalam serta menyeluruh (Winarno dan Rahayu, 1994).

3. Pembuatan Tablet Effervescent

Proses pembuatan tablet effervescent diperlukan kondisi yang berbeda dengan pembuatan tablet pada tablet konvensional. Pembuatan tablet effervescent diperlukan kondisi khusus yaitu pada kelembaban relatif kurang lebih 25% (Mohrle, 1989). Pembuatan tablet effervescent

dibuat memakai dua metode umum yaitu metode granulasi basah dan metode granulasi kering.

a. Metode granulasi basah

Granulasi adalah suatu proses pengubahan partikel-partikel serbuk menjadi bulatan-bulatan dalam bentuk beraturan yang disebut granul. Butiran yang diperoleh memiliki daya lekat dan sifat alir yang baik. Ukuran granul biasanya berkisar antara ayakan 4-12, walaupun demikian granul dari macam-macam ukuran lubang ayakan dapat dibuat tergantung pada tujuan pemakaiannya (Ansel, 1989).

Granul yang baik memiliki bentuk dan warna yang sedapat mungkin homogen, memiliki sifat alir yang baik, memiliki distribusi ukuran partikel yang sempit dan mengandung komponen berbentuk serbuk, menunjukkan kekompakan mekanis yang memuaskan dan tidak terlalu kering serta mudah hancur di dalam air (Voight, 1994).

Metode ini adalah metode yang paling tua dan masih banyak digunakan. Metode ini digunakan bila bahan obat tidak dapat dicetak


(34)

langsung, misalnya karena sifat kohesif, sifat kompresibilitas dan sifat aliran yang kurang baik sementara dosisnya besar serta memerlukan penambahan pewarna dalam bentuk larutan sehingga dibutuhkan bahan pengikat (Ansel, 1989).

Bahan yang akan dicetak dilembabkan dengan larutan pengikat sehingga serbuk terikat bersama dan terasa seperti tanah yang lembab. Kemudian serbuk tersebut dikeringkan dengan menggunakan oven, setelah kering ukurannya diperkecil dengan pengayakan dan siap untuk dicetak. Proses pembuatan tablet dengan metode ini meliputi beberapa tahap yaitu penimbangan, pencampuran awal, pembuatan larutan ikat, penambahan larutan ikat, pengayakan I, pengeringan, pengayakan II, pencampuran lubrikan dan pencetakan (Ansel, 1989).

b. Metode granulasi kering

Granulasi kering adalah proses granulasi tanpa menggunakan cairan dan panas. Proses granulasi kering dilakukan dengan mengkompresi bahan kering menjadi tablet. Pembuatan tablet dengan metode ini meliputi beberapa tahap yaitu penghalusan, pencampuran awal, pengempaan, granulasi, pencampuran akhir dan pengempaan menjadi tablet (Ansel, 1989).

D. HIPERTENSI

Dalam istilah kedokteran tekanan darah tinggi sering disebut dengan nama hipertensi. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai kenaikan tekanan darah arteri melebihi batas normal dan bertahan lama (Mutschler, 1991).

Guyton dan Hall (1997) menjelaskan bahwa seseorang dinyatakan menderita hipertensi jika tekanan arteri rata-rata lebih tinggi daripada batas atas yang dianggap normal dalam keadaan istirahat, yaitu lebih tinggi dari 110 mmHg. Nilai tersebut terjadi jika tekanan sistoliknya lebih besar dari kira-kira 135 mmHg sampai 140 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih besar dari 90 mmHg. Sedangkan menurut WHO, pada keadaan istirahat batas normal teratas untuk tekanan sistolik adalah 160 mmHg dan tekanan diastolik adalah 95


(35)

mmHg. Dalam mengukur tekanan darah untuk menentukan derajat klasifikasi hipertensi, terdapat beberapa batasan yang digunakan yaitu:

Tabel 1. Klasifikasi hipertensi

Kategori Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik Tingkat I / Ringan 140 – 159 MmHg 90 – 99 MmHg Tingkat II / Sedang 160 – 179 MmHg 100 – 109 MmHg Tingkat III / Berat 180 – 209 MmHg 110 – 119 MmHg Tingkat IV / Sangat Berat ≥ 210 MmHg ≥120 MmHg

Sumber : The Joint National Committe-V, 1992

Tekanan darah adalah tekanan yang diperoleh darah untuk dapat mengalir melalui pembuluh darah. Ukuran tekanan darah dinyatakan dalam mmHg dimana Hg merupakan singkatan dari hydragyrum atau air raksa yang terdapat di dalam alat pengukur tekanan darah arteri yang disebut dengan alat

Sphygmomanometer atau lebih dikenal dengan alat tensimeter (Wijayakusuma dan Dalimartha, 2000).

Tekanan darah mempunyai dua komponen kekuatan, yang pertama kekuatan pendorong yang disebut tekanan sistolik yang mempengaruhi darah karena kontraksi otot jantung dan yang kedua kekuatan penahan yang disebut tekanan diastolik pada dinding pembuluh darah yang lebih kecil yang mengalirkan darah serta mempercepat jalannya darah pada waktu jantung berelaksasi (Tara dan Soetrisno, 2004).

Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor genetik atau keturunan, stress, obesitas atau kegemukan serta adanya perubahan pola hidup masyarakat seperti mengkonsumsi makanan berlemak dan berkolesterol tinggi serta mengkonsumsi makanan yang mengandung garam berlebihan.


(36)

III. BAHAN DAN METODE

A. BAHAN DAN ALAT

Pada penelitian ini digunakan bahan baku daun belimbing wuluh yang dideterminasi dari Sukabumi. Bahan kimia yang digunakan adalah etanol, maltodekstrin, laktosa, asam sitrat, asam tartarat, kalium bikarbonat, aspartam, PVP (Polivinil Pirolidon) dan Mg-stearat. Disamping itu digunakan pula bahan untuk analisis adalah toluene, HCl 5N, air suling, etanol 90 persen, heksan, K2SO4, HgO, H2SO4 pekat, H3BO3 dan HCl 0,02N.

Alat yang digunakan adalah alat pengaduk, corong, kertas saring, evaporator, erlenmeyer, gelas piala, gelas ukur, freeze dryer, spray dryer, sudip, ayakan, oven dan alat destilat. Alat yang digunakan untuk analisis adalah cawan porselin, cawan aluminium, tanur, labu bersumbat, labu kjedahl, labu lemak, bulk density tester, flowmeter, pH-meter, jangka sorong,

pnetrometer dan alat-alat gelas.

B. METODOLOGI

1. Ekstraksi daun belimbing wuluh

Daun belimbing wuluh terlebih dahulu dipisahkan dari tangkainya lalu dikeringkan dengan alat pengering (blower) selama 4 jam dengan suhu 40oC. Selanjutnya digiling halus dengan mesin penggiling dan diayak dengan ayakan 50 mesh. Bubuk yang dihasilkan dianalisa komposisi kimianya (Proksimat Analisis). Prosedur disajikan pada Lampiran 1.

Bubuk daun belimbing wuluh dimaserasi secara berulang dengan menggunakan pelarut etil alkohol 70 persen. Proses maserasi dilakukan dengan alat ekstraksi yang terbuat dari stanless steel dan dilengkapi dengan agitator. Hasil ekstraksi disaring dan pelarutnya diuapkan dengan rotavapor sampai dihasilkan ekstrak kental. Ekstrak kental yang diperoleh dilakukan pengujian anti hipertensi dengan menggunakan metode berdarah (Lampiran 2). Dari ekstrak kental kemudian ditambahkan bahan pengisi


(37)

untuk dikeringkan dengan alat pengering semprot menjadi ekstrak kering. Proses ekstraksi daun belimbing wuluh dapat dilihat pada Gambar 2.

Daun belimbing wuluh

Pengeringan (50oC, 4 jam)

Penggilingan dan penyaringan

(50 mesh)

Pelarutan dengan etanol (1:5 b/v)

Pengadukan (4 jam, 200rpm)

Penyaringan Ampas

Filtrat

Pemekatan (rotary evaporator, 50oC)

Ekstrak Kental Pengisian (homogenizer)

Pengeringan (pengering semprot, 180oC)

Ekstrak Kering

Gambar 2. Diagram alir proses ekstraksi daun belimbing wuluh (Hernani, et al, 2005)


(38)

2. Penentuan Formulasi Tablet Effervescent

Penentuan formulasi tablet effervescent yang digunakan dalam penelitian merupakan modifikasi formulasi dari Juniawan (2004). Modifikasi dilakukan terhadap jenis ekstrak dan jumlah asam sitrat, asam tartarat dan kalium bikarbonat (effervescentmix). Ekstrak yang digunakan berdasarkan perhitungan :

30 mg/kg BB kucing dikonversi terhadap BB manusia = 13 (Lampiran 21) 30 x 2 = 60 mg x 13 = 780 mg : 70 kg = 11 mg/kg BB manusia

Rata-rata BB manusia adalah 50 kg.

11 mg/ kg BB manusia x 50 kg = 550 mg = 0.55 g ≈ 0.5 g ekstrak

Perlakuan yang dicobakan pada penelitian ini adalah konsentrasi

effervescent mix terhadap berat total tablet. Perbandingan asam sitrat : asam tartarat : kalium bikarbonat yang digunakan pada formulasi adalah 18 : 28 : 54. Ada empat taraf formulasi yang dicobakan dengan formulasi terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Formulasi tablet effervescent daun belimbing wuluh.

Bahan F1 (%) F2 (%) F3 (%) F4 (%)

Ekstrak 3,4 3,4 3,4 3,4

Laktosa 55,3 50,3 45,3 40,3

Asam sitrat 7,2 8,1 9 9,9 Asam tartarat 11,2 12,6 14 15,4 Kalium bikarbonat 21,6 24,3 27 29,7 Mg stearat 0,1 0,1 0,1 0,1

Aspartam 1 1 1 1

PVP 0,2 0,2 0,2 0,2

Keterangan : F1 = konsentrasi effervescent mix 40% F2 = konsentrasi effervescent mix 45% F3 = konsentrasi effervescent mix 50% F4 = konsentrasi effervescent mix 55%

3. Pembuatan Tablet Effervescent

Pembuatan tablet effervescent dari ekstrak daun belimbing wuluh dimulai dengan pembuatan granul terlebih dahulu sebelum dikempa. Tablet effervescent dalam penelitian ini dibuat dengan menggunakan metode granulasi basah yang meliputi tahapan penimbangan, pencampuran


(39)

awal, penambahan larutan pengikat, pengayakan I, pengeringan, pengayakan II, pencampuran lubrikan dan pencetakan tablet. Proses pembuatan tablet effervescent dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Diagram alir proses pembuatan tablet effervescent

(Said, 2005)

Pengujian yang dilakukan meliputi analisis granul dan analisis tablet

effervescent. Oleh karena belum adanya standar untuk tablet effervescent, maka untuk menentukan formulasi terbaik digunakan kontrol tablet

effervescent komersial. Kontrol yang digunakan adalah tablet effervescent

komersial dengan merek ”A” untuk obat panas dalam (tahun 2006).

Ekstrak kering

PVP

Granul kering

Granul effervescent

Tablet effervescent

Laktosa, aspartam, kalium bikarbonat

Asam sitrat, asam tartarat Pencampuran

Pengayakan ayakan no.12

Pencetakan tablet Pengeringan (oven, 50oC, 18 jam)

Pengayakan ayakan no.14


(40)

a. Analisis granul

1) Uji Waktu Alir (Wells, 1987)

Granul seberat 25 g dituang pelan-pelan ke dalam corong pengukur lewat tepi corong. Tutup corong dibuka pelan-pelan, granul dibiarkan mengalir keluar. Waktu dicatat dengan stopwatch

sampai semua granul mengalir keluar. Waktu alir dihitung dengan satuan g/dtk. Pengukuran waktu alir menggunakan flowmeter. Waktu alir yang baik adalah kurang dari 10 g/dtk.

2) Sudut Diam (Wells, 1987)

Granul yang jatuh dari sifat alir dan diukur tinggi kerucut yang terbentuk dan panjang dari granul kemudian diukur sudut diamnya dengan rumus :

h tg a = r

a = inv tg a = sudut diam h = tinggi kerucut r = jari-jari kerucut

Tabel 3. Hubungan antara sudut diam dan sifat alir

Sudut Diam Sifat Alir

<25o Sangat baik

25-30o Baik

30-40o Cukup

>40o Buruk

Sumber : Wells (1987)

3) Kompresibilitas Granul(Wells, 1987)

Granul seberat 50 g dituang pelan-pelan ke dalam gelas ukur dan dicatat sebagai Vo (ml). Gelas ukur dipasang pada alat bulk density tester dan motor dihidupkan. Perubahan volum dicatat setelah pengetapan (Vt) dengan t = 10, 50 dan 100 ketukan. Pengurangan volume granul akibat pengetapan dinyatakan dengan rumus :


(41)

(Vo - Vk)

Kompresibilitas Granul = x 100% Vo

Vo = Volume awal

Vk = Volume setelah ketukan Tabel 4. Kriteria Kompresibilitas granul

Nilai (%) Kriteria

5-15 Istimewa 12-16 Baik 18-21 Sedang 23-35 Jelek 33-38 Sangat jelek

> 40 Sangat jelek sekali

Sumber : Wells (1987)

b. Analisis tablet effervescent

1) Nilai pH (Modifikasi Khairani, 2002)

Sebuah tablet dilarutkan dalam 200 ml air kemudian diambil 100 ml untuk diukur pH-nya menggunakan pH-meter.

2) Kadar Air Metode Oven (Apriyantono, et al, 1989)

Bahan sebanyak 2 g yang telah digerus dan ditimbang, dimasukkan dalam cawan porselin yang telah ditera kemudian diratakan. Cawan kemudian dimasukkan dalam oven suhu 105oC selama 3 jam, ulangi pengerjaan sampai didapat bobot tetap. Kadar air dihitung terhadap sampel.

berat awal – berat akhir

Kadar Air = x 100% berat awal

3) Kadar Abu (Depkes, 1989)

Bahan sebanyak 2 g atau 3 g yang telah digerus dan ditimbang, dimasukkan dalam cawan porselin yang telah dipijarkan dan ditera kemudian diratakan. Zat kemudian dipijarkan perlahan-lahan sampai arang habis kemudian didinginkan dan ditimbang. Jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, maka ditambahkan air panas dan disaring melalui kertas saring bebas abu. Sisa zat dan kertas saring dipijarkan kembali dalam cawan


(42)

yang sama. Filtrat dimasukkan dalam cawan dan diuapkan kemudian dipijarkan hingga bobot tetap dan ditimbang. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.

berat abu (g)

Kadar Abu = x 100% berat sampel (g)

4) Penampakan Tablet

Sebuah tablet diukur diameter dan tebalnya menggunakan jangka sorong. Pengukuran dilakukan 3 kali di tempat yang berbeda.

5) Kekerasan tablet (Kailaku, 2002)

Pengukuran kekerasan dilakukan dengan menggunakan

pnetrometer. Sebuah tablet diletakkan di bawah jarum pnetro kemudian ditekan selama 10 detik dan dibaca hasilnya dalam skala. 6) Waktu Larut (Said, 2005)

Sebuah tablet dimasukkan dalam air dengan volume 200 ml dalam gelas piala 500 ml. Waktu melarut tablet dicatat dengan

stopwatch sampai tablet hancur dan larut. 7) Warna (Colorimeter) (Febriyanti, 2003)

Pengukuran warna dilakukan dengan menggunakan

colorimeter. Pengukuran warna dilakukan dua kali di tempat yang berbeda. Hasil yang didapat adalah nilai L, a, b dan oHue. Nilai

o

Hue diperoleh dari rumus :

o

Hue = arc tg (b/a)

Tabel 5. Kriteria warna berdasarkan oHue

Warna oHue

Red purple 342-18 Yellow red 54-90 Yellow green 126-162 Green 162-198 Blue green 198-234 Blue 234-270 Blue purple 270-306 Purple 306-342


(43)

c. Uji Organoleptik

Uji organoleptik yang akan dilakukan adalah uji penerimaan dimana setiap panelis diharuskan mengemukakan tanggapan pribadinya terhadap produk yang disajikan. Uji penerimaan yang dilakukan adalah uji hedonik dengan menggunakan 30 panelis.

Pada uji ini, panelis diminta mengungkapkan tanggapan pribadinya terhadap warna, aroma dan rasa dari sampel tablet

effervescent yang diberikan. Tanggapan tersebut dapat berupa tanggapan suka maupun tidak suka. Skala kesukaan yang digunakan adalah 1-7, dimana angka 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = agak tidak suka, 4 = netral, 5 = agak suka, 6 = suka, 7 = sangat suka (Rahayu, 1998). Data yang diperoleh, ditabulasikan dan dianalisis dengan analisis statistik non-parametik Friedman.

C. RANCANGAN PERCOBAAN

Model rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan menggunakan empat taraf yaitu konsentrasi effervescent mix (40%, 45%, 50% dan 55%). Masing-masing taraf terdiri dari 2 kali ulangan.

Model matematik : Yij = µ +τi + εij

Keterangan :

Yij : variable yang akan dianalisis i : 1,2,….k

j : 1,2,….n

µ : rataan umum

αi : efek blok ke-i

τi : efek perlakuan ke-i


(44)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. ANALISIS MUTU BAHAN

Daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) yang digunakan adalah semua daun yang terdapat dalam satu pohon dan yang berwarna hijau. Daun belimbing wuluh dideterminasi dari Sukabumi. Tampilan daun belimbing wuluh dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)

Daun dipisahkan dari tangkainya dan dikeringkan kemudian digiling halus sambil diayak dengan ayakan 50 mesh. Proses penggilingan daun dapat mempengaruhi ekstraksi. Menurut Ketaren dan Suastawa (1994), daya ekstraksi akan semakin meningkat dengan semakin kecilnya ukuran bahan, karena kontak antara bahan dan pelarut merupakan proses osmosis yang berjalan lambat. Bubuk daun yang dihasilkan dianalisis komposisi kimianya (proksimat analisis). Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 5. dan tampilan bubuk daun dapat dilihat pada Gambar 5.


(45)

Tabel 6. Hasil analisis proksimat daun belimbing wuluh.

Karakteristik Daun Depkes (1989)

Rendemen, % 64.26 -

Kadar air, % 8.80 -

Kadar abu, % 7.86 Maks, 7.5

Kadar abu tak larut asam, % 0.35 Maks, 1

Kadar sari larut dalam air, % 18.17 Min, 18

Kadar sari larut dalam alkohol, % 15.90 Min, 11

Lemak, % 1.72 -

Protein, % 9.57 -

Karbohidrat, % 72.05 -

Dari hasil pengujian dapat dilihat bahwa rendemen yang dihasilkan dari daun kering menjadi bubuk kering sebesar 64.26%. Kadar air yang terkandung dalam bahan cukup rendah yaitu sebesar 8.8%. Kadar air yang tinggi akan menyebabkan bahan menjadi mudah rusak ketika disimpan karena adanya pertumbuhan mikroba dan aktivitas enzim penyebab kerusakan. Batas kadar air minimal dimana mikroba masih dapat tumbuh adalah 14-15% (Fardiaz, et al, 1992). Penurunan kadar air sampai mencapai 8.8% melalui proses pengeringan yang memakan waktu relatif lama.

Hasil analisis kadar abu yang diperoleh sebesar 7.86%. Nilai tersebut diatas standar yang ditentukan yaitu tidak lebih dari 7.5%. Kadar abu yang tinggi dapat disebabkan oleh tingginya kandungan mineral pada bahan yang dapat dipengaruhi pada lahan tanam atau proses pemupukan selama tanam. Komponen-komponen yang terdapat dalam abu (senyawa anorganik) alami adalah silikat, kalium, natrium, kalsium, magnesium, mangan, besi dan lain-lain. Kadar abu merupakan parameter yang menunjukkan banyaknya bahan anorganik yang terdapat dalam bahan (Apriyantono, et al, 1989).

Pengujian kadar abu tidak larut asam dilakukan untuk melihat adanya kandungan mineral yang tidak larut asam (HCl). Dari hasil pengujian diketahui bahwa kadar abu tidak larut asam dalam bahan sesuai dengan kriteria mutu (tidak lebih dari 1%) yaitu sebesar 0.35%. Nilai kadar abu tidak larut asam sesuai dengan kriteria mutu yang dapat disebabkan oleh pencucian air panas secara berulang-ulang sampai jernih sehingga menyebabkan kandungan mineral dalam bahan berkurang.


(46)

Hasil pengujian kadar sari yang larut dalam air sebesar 18.17%, dan nilai tersebut sesuai dengan kriteria mutu yang ditentukan yaitu tidak kurang dari 18%. Pada pengujian kasar sari yang larut etanol didapatkan nilai sebesar 15.9%. Nilai tersebut juga sesuai dengan kriteria mutu yang ditetapkan yaitu tidak kurang dari 11%. Nilai kadar sari larut air yang lebih besar menunjukkan zat-zat yang berkhasiat yang ada dalam daun belimbing wuluh dapat larut lebih baik dalam air dibandingkan dengan etanol. Kadar sari yang larut dalam air atau alkohol menunjukkan adanya zat berkhasiat yang dapat terlarut dalam pelarut yang digunakan. Semakin tinggi kadar yang dihasilkan berarti semakin tinggi kandungan zat berkhasiatnya (Gaman dan Sherington, 1992).

Kadar lemak yang terdapat dalam daun belimbing wuluh tergolong cukup rendah yaitu sebesar 1.72%. Lemak atau minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh. Minyak nabati mengandung asam-asam lemak essensial seperti asam linoleat, linolenat dan arakhidonat yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol dan minyak juga pelarut vitamin A, D, E dan K (Tejasari, 2003).

Dari hasil pengujian diketahui bahwa kadar protein yang dihasilkan adalah sebesar 9.57%. Protein merupakan zat gizi yang berfungsi sebagai zat pembangun, zat pengatur dan penghasil kalori. Protein adalah kombinasi dari jumlah dan jenis asam amino. Kadar karbohidrat daun belimbing wuluh cukup tinggi yaitu sebesar 72.05%. Karbohidrat adalah kelompok nutrien yang penting dalam susunan makanan sebagai sumber energi yang mengandung unsur karbon, hidrogen dan oksigen (Gaman dan Sheringgton, 1992).

B. PEMBUATAN EKSTRAK KERING

Pembuatan ekstrak kering dimulai dari proses ekstraksi yang menghasilkan ekstrak kental. Tampilan ekstrak kental daun belimbing wuluh disajikan pada Gambar 6.


(47)

Gambar 6. Ekstrak kental daun belimbing wuluh

Ekstrak kental yang dihasilkan terlebih dahulu dilakukan pengujian antihipertensi terhadap hewan uji dengan metode berdarah (Djatmiko, 2001). Hasil pengujian menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak daun belimbing wuluh (dosis 30 mg/kg BB) dapat menurunkan tekanan darah (Hernani, et al, 2006). Contoh pembacaan kymograf pada pengujian anti hipertensi disajikan pada Lampiran 3.

Ekstrak kental dikeringkan dengan menggunakan pengering semprot (spray dryer) dengan penambahan bahan pengisi (maltodekstrin) menjadi ekstrak kering. Suhu yang digunakan pada pengering semprot adalah suhu inlet 180oC dan suhu outlet 112oC (trial and error). Pada kombinasi kedua suhu ini, serbuk yang dihasilkan berwarna coklat tua dan tidak terlalu lengket. Jika suhu inlet yang dipakai lebih rendah dari suhu tersebut, ekstrak yang dihasilkan banyak yang lengket dalam alat sehingga dapat mengurangi rendemen. Rendemen dan karakteristik fisik ekstrak kering daun belimbing wuluh dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rendemen dan karakteristik fisik ekstrak kering daun belimbing wuluh

Penambahan Maltodekstrin

Rendemen (%)

Karakteristik fisik

0% 11.27 warna coklat kehitaman, lengket 5% 37.83 warna hijau tua, tidak terlalu lengket 10% 37.90 warna hijau tua, tidak terlalu lengket

Berdasarkan hasil pengujian, karakteristik ekstrak kering tanpa penambahan bahan pengisi adalah berwarna coklat dan lengket dalam alat sehingga mengurangi rendemen. Penggunaan bahan pengisi 5% dan 10% tidak


(48)

berbeda dilihat dari penampakan warna tetapi rendemen yang dihasilkan lebih banyak yang menggunakan bahan pengisi 10% sehingga konsentrasi ini (10%) yang dipilih untuk formulasi dalam pembuatan sediaan effervescent. Hal ini didasarkan pada keringnya serbuk yang dihasilkan sehingga akan mempermudah pencampuran dan rendemen yang dihasilkan lebih banyak. Tampilan ekstrak kering disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7. Ekstrak kering hasil pengering semprot

C. PENGUJIAN TABLET EFFERVESCENT 1. Analisis Granul

Secara visual granul tablet effervescent disajikan pada Gambar 8. Analisis granul dilakukan untuk mengetahui baik tidaknya granul sebelum dikempa dengan alat cetak.

Gambar 8. Contoh granul effervescent

Granul yang baik adalah granul yang seragam ukurannya dan berbentuk granulat. Pada Gambar 8. menunjukkan bahwa granul yang dihasilkan seragam ukurannya dan berbentuk granulat tetapi warna granul masih kurang seragam. Granul yang seragam menunjukkan sifat alir yang sesuai dengan kriteria Wells (1987). Keseragaman granul akan meningkatkan laju alir dan kompresibilitas saat dilakukan evaluasi granul.


(49)

a. Waktu alir

Pada penentuan waktu alir yang diukur adalah waktu yang diperlukan oleh sejumlah granul untuk mengalir melalui corong. Hasil pengujian waktu alir dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 8. Hasil pengujian waktu alir granul

Konsentrasi effervescent mix Waktu alir (g/dtk)

40 % 6.66a

45 % 6.63a

50 % 6.54a

55 % 7.13a

Keterangan : superskrip yang sama pada kolom menunjukkan tidak berbeda nyata (p<0,05).

Dari hasil pengujian diketahui bahwa waktu alir granul berkisar dari 6.54 - 7.13 g/dtk. Hasil tersebut memenuhi syarat granul yang ditentukan oleh Wells (1987) yaitu kurang dari 10 g/dtk. Analisis ragam (Lampiran 4a) menunjukkan bahwa variasi konsentrasi

effervescent mix tidak berpengaruh nyata terhadap waktu alir (p > 0.05).

Waktu alir yang pendek akan mempermudah proses transportasi bahan terhadap alat cetak. Kesempurnaan aliran akan menghasilkan bentuk dan bobot yang seragam dari tablet (Lachman, et al, 1989). Perbedaan laju alir granul effervescent dipengaruhi oleh keseragaman bentuk granul. Pencampuran bahan-bahan yang dilakukan secara homogen akan memberikan bentuk granul yang seragam. Selain itu pengayakan dua kali membantu memudahkan pembentukan campuran yang homogen. Semakin seragam bentuk granul maka akan semakin cepat waktu yang dibutuhkan granul ketika melewati corong alat

flowmeter (Meirina, 2006).

b. Sudut diam

Sudut diam merupakan sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel bentuk kerucut dengan bidang horisontal bila sejumlah serbuk atau granul dituang dalam alat pengukur. Besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh bentuk, ukuran dan kelembaban granul (Lieberman,


(50)

et al, 1989). Sudut diam diperoleh dengan cara mengukur diameter dan tinggi tumpukan kerucut. Hasil pengujian sudut diam granul disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil pengujian sudut diam granul

Konsentrasi effervescent mix Sudut Diam (o)

40% 25.36a

45% 25.80a

50% 26.45a

55% 27.09a

Keterangan : superskrip yang sama pada kolom menunjukkan tidak berbeda nyata (p<0,05).

Dari hasil pengujian diketahui bahwa sudut diam yang dibentuk oleh granul berkisar 25.36o - 27.09o. Nilai ini termasuk dalam kriteria baik (Tabel 2). Berdasarkan analisis ragam (Lampiran 4b) diketahui bahwa variasi konsentrasi effervescent mix tidak berpengaruh nyata terhadap sudut diam (p > 0.05). Hal ini dapat disebabkan karena waktu alir yang diperoleh juga hampir sama pada masing-masing perlakuan. Sudut diam dan waktu alir saling berhubungan.

c. Kompresibilitas granul

Kompresibilitas menunjukkan penurunan volume granul akibat ketukan atau getaran. Faktor-faktor yang berpengaruh adalah bentuk, kerapatan dan ukuran partikel (Fudholi, 1983). Hasil pengujian kompresibilitas granul disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil pengujian kompresibilitas granul

Konsentrasi effervescent mix Kompresibilitas Granul (%)

40% 11.34a

45% 13.84a

50% 11.11a

55% 13.73a

Keterangan : superskrip yang sama pada kolom menunjukkan tidak berbeda nyata (p<0,05).

Nilai kompresibilitas granul berkisar dari 11.11 - 13.84%. Kompresibilitas ini termasuk ketentuan kriteria baik (Tabel 3). Analisis ragam (Lampiran 4c) menunjukkan bahwa variasi konsentrasi


(51)

effervescent mix tidak berpengaruh nyata terhadap kompresibilitas granul (p > 0.05).

Nilai kompresibilitas yang berbeda dapat disebabkan adanya larutan pengikat PVP yang mempunyai sifat dapat mempertahankan kestabilan dan kekompakan granul. Larutan pengikat pada jumlah yang sama pada keempat perlakuan yang berbeda memberikan indek kompresibilitas yang sama. Kompresibilitas yang jelek akan berpengaruh pada saat pencetakan tablet, tablet akan kurang kompak pada saat dicetak (Hasanah, 2006).

2. Analisis Tablet Effervescent

Granul yang telah homogen langsung dicetak sesuai dengan ukuran dan bentuk yang diinginkan. Tablet yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Tablet effervescent masing-masing formulasi

a. Nilai pH

Makanan yang mempunyai pH rendah biasanya tidak dapat ditumbuhi bakteri, tetapi dapat menjadi rusak karena pertumbuhan khamir dan kapang. Dari hasil pengujian, pH tablet effervescent

berkisar dari 4.55 - 5.20.

Analisis ragam (Lampiran 5a) menunjukkan bahwa variasi konsentrasi effervescent mix berpengaruh nyata terhadap nilai pH (p <


(52)

0.05). Dengan uji lanjut Duncan (Lampiran 5b), dapat diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi effervescent mix maka semakin tinggi nilai pH tablet effervescent. Nilai pH pada konsentrasi 40% berbeda nyata dengan konsentrasi 45%, 50% dan 55%.

Nilai pH tertinggi terdapat pada konsentrasi effervescent mix

55% sebesar 5.20 dan nilai pH yang terendah terdapat pada konsentrasi

effervescent mix 40% sebesar 4.55. Nilai pH tersebut masih sesuai dengan pH kontrol yaitu sebesar 4.5. Grafik pengujian nilai pH tablet

effervescent disajikan pada Gambar 10.

5.20d 5.00c

4.75b 4.55a

4.20 4.40 4.60 4.80 5.00 5.20 5.40

40 45 50 55

Konsentrasi effervescent mix (%)

N

ila

i p

H

Keterangan : superskrip yang berbeda pada grafik menunjukkan berbeda nyata (p<0,05).

Gambar 10. Grafik pengujian nilai pH tablet effervescent

Kenaikan pH dapat disebabkan oleh pemakaian kalium bikarbonat yang terurai menjadi K+ bebas. Ion tersebut berikatan dengan asam organik dan membentuk garam sehingga aktivitas ion H+nya pada asam organik hilang. Hilangnya aktivitas ion H+ dalam larutan menyebabkan aktivitas ion OH- yang lebih dominan sehingga produk bersifat basa (Dede, 2005). Oleh karena itu makanan yang mempunyai pH yang relatif rendah lebih tahan selama penyimpanan dibanding dengan makanan yang mempunyai pH netral atau mendekati netral (Fardiaz, 1989).


(53)

b. Kadar air

Kadar air merupakan salah satu parameter mutu yang penting bagi produk kering karena akan menentukan daya tahan dan daya simpan produk. Dari hasil pengujian diketahui bahwa kadar air dari tablet berkisar antara 1.38 - 2.01%.

Analisis ragam (Lampiran 6a) menunjukkan bahwa variasi konsentrasi effervescent mix berpengaruh nyata pada kadar air (p < 0.05). Dengan uji lanjut Duncan (Lampiran 6b) menunjukkan bahwa konsentrasi 40% berbeda nyata dengan konsentrasi 55%.

Semakin tinggi konsentrasi effervescent mix semakin tinggi pula kadar airnya. Nilai kadar air ini masih di bawah kontrol (5.20%), tetapi bukan berarti nilai kadar air kontrol tinggi. Hal ini dapat disebabkan karena terlalu lama tablet berhubungan dengan udara sekitar sehingga cepat meresap dalam tablet. Kadar air tertinggi terdapat pada konsentrasi effervescent mix 55% dan kadar air terendah terdapat pada konsentrasi effervescent mix 40%. Grafik pengujian kadar air tablet

effervescent disajikan pada Gambar 11.

2.01b

1.63ab 1.57ab

1.38a

1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00 2.20

40 45 50 55

Konsentrasi effervescent mix (%)

Ka

d

a

r Ai

r (%

)

Keterangan : superskrip yang berbeda pada grafik menunjukkan berbeda nyata (p<0,05).

Gambar 11. Grafik pengujian kadar air tablet effervescent

Air dapat menyebabkan sistem effervescent menjadi tidak stabil. Kehadiran air dalam jumlah banyak dapat mengaktifkan sistem

effervescent dan dapat bereaksi sebelum waktunya (Lieberman, et al, 1989). Senyawa dalam bentuk granul atau serbuk akan berubah


(54)

menjadi ion-ion dengan adanya air sehingga mudah bereaksi. Air menyebabkan tablet menjadi mengembang dan lembek. Menurut Lieberman, et al (1989), tablet effervescent bersifat mudah menyerap air dan akan menyerap cukup air sehingga memicu kerusakan jika tidak dikemas dengan benar.

c. Kadar abu

Sebagian besar bahan makanan yaitu sekitar 90% terdiri dari bahan organik dan air. Sisanya terdiri atas unsur mineral (zat anorganik). Pada proses pembakaran, bahan organik terbakar tetapi zat anorganiknya tidak terbakar, oleh karena itu disebut abu. Kadar abu suatu bahan makanan menggambarkan banyaknya mineral yang terbakar menjadi zat yang tidak dapat menguap. Dari hasil pengujian dapat diketahui bahwa kadar abu tablet effervescent berkisar antara 21.64 - 23.89%.

Analisis ragam (Lampiran 7a) diketahui bahwa variasi konsentrasi effervescent mix berpengaruh nyata terhadap nilai kadar abu. Dengan uji lanjut Duncan (Lampiran 7b) menunjukkan bahwa konsentrasi 40% berbeda nyata dengan konsentrasi 50% dan konsentrasi 55.

Kadar abu tablet effevescent tertinggi terdapat pada konsentrasi

effervescent mix 55% dan kadar air terendah terdapat pada konsentrasi

effervescent mix 40%. Nilai kadar abu tersebut masih sesuai dengan kontrol yaitu 27.10%. Grafik pengujian kadar abu tablet effervescent


(55)

21.64a

23.25ab

23.48b

23.89b

21.00 21.50 22.00 22.50 23.00 23.50 24.00

40 45 50 55

Konsentrasi effervescent mix (%)

Ka

d

a

r Ab

u

(%

)

Keterangan : superskrip yang berbeda pada grafik menunjukkan berbeda nyata (p<0,05).

Gambar 12. Grafik pengujian kadar abu tablet effervescent

Kadar abu semakin tinggi dengan semakin tinggi konsentrasi

effervescent mix. Kenaikan kadar abu dapat disebabkan oleh kandungan mineral dalam tablet. Mineral yang ada dalam tablet

effervescent dapat berasal dari ekstrak daun belimbing wuluh maupun dari bahan baku kalium bikarbonat. Semakin tinggi konsentrasi kalium bikarbonat maka jumlah kalium akan semakin besar (Khairani, 2002). Semakin besar kadar abu suatu bahan makanan maka semakin tinggi mineral yang terkandung didalamnya (Winarno, 1992).

d. Diameter dan tebal tablet

Hasil pengukuran diameter dan tebal tablet disajikan pada Tabel 11. Alat untuk mengukur diameter dan tebal tablet adalah jangka sorong.

Tabel 11. Hasil pengujian diameter dan tebal tablet effervescent Konsentrasi effervescent mix Diameter (cm) Tebal (cm)

40% 0.70a 2.79a

45% 0.69b 2.81a

50% 0.65b 2.81b

55% 0.70c 2.84a


(56)

Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa diameter tablet

effervescent berkisar 2.79 - 2.84 cm. Nilai tersebut masih sesuai dengan kontrol yang memiliki diameter tablet sebesar 2.53 cm. Analisis ragam (Lampiran 8a) menunjukkan bahwa variasi konsentrasi

effervescent mix berpengaruh nyata terhadap diameter tablet (p < 0.05). Dengan uji lanjut Duncan (Lampiran 8b), diperoleh hasil bahwa diameter tablet pada konsentrasi 40% berbeda nyata dengan semua variasi konsentrasi effervescent mix, konsentrasi 45% tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 50% dan konsentrasi 55% berbeda nyata dengan semua konsentrasi effervescent mix. Hal ini dapat disebabkan karena pengolesan Mg-stearat pada bagian dalam cetakan yang dilakukan dengan tangan.

Tebal tablet effervescent yang diperoleh dari hasil pengujian berkisar 0.65 - 0.70 cm. Nilai tersebut masih sesuai dengan kontrol yaitu 0.66 cm. Analisis ragam (Lampiran 9a) menunjukkan bahwa variasi konsentrasi effervescent mix berpengaruh nyata terhadap tebal tablet (p < 0.05). Dengan uji lanjut Duncan (Lampiran 9b) diperoleh hasil bahwa konsentrasi 50% berbeda nyata dengan konsentrasi 40%, 45% dan 55%. Ketebalan tablet dipengaruhi tekanan pada saat mencetak tablet. Alat yang digunakan untuk mencetak tablet dibantu dengan tekanan tangan. Perbedaan diameter dan tebal tablet yang dihasilkan apabila dilihat dari segi fisik atau secara kasat mata tidak terlalu berpengaruh terhadap bentuk tablet.

e. Kekerasan

Kekerasan bahan didefinisikan sebagai daya tahan terhadap deformasi. Sifat ini dipengaruhi oleh kadar air, suhu dan umur bahan. Hubungan kekerasan dan daya hancur serta kecepatan melarut obat sangat dekat. Dari hasil pengujian diketahui bahwa nilai kekerasan tablet berkisar 0.06 - 0.16/g.mm.dtk.

Analisis ragam (Lampiran 10a) menunjukkan bahwa variasi konsentrasi effervescent mix berpengaruh nyata terhadap nilai


(1)

65 Lampiran 16. Hasil statistik non-parametik Friedman dan uji frekuensi kesukaan

terhadap warna seduhan tablet effervescent

Lampiran 16a. Uji statistik non-parametik Friedman terhadap warna seduhan tablet effervescent

Friedman Test Ranks

1.14 1.86 Konsentrasi

effervescent mix Skor Warna

Mean Rank

Test Statisticsa 120 69.774 1 .000 N

Chi-Square df

Asymp. Sig. Friedman Test a.

Lampiran 16b. Uji frekuensi kesukaan terhadap warna seduhan tablet effervescent

Skor Warna * Perlakuan Crosstabulation Count

0 2 2 1 5

5 4 6 7 22

7 8 10 6 31

10 9 4 9 32

7 7 8 7 29

1 0 0 0 1

30 30 30 30 120

2 3 4 5 6 7 Skor Warna

Total

40% 45% 50% 55%

Perlakuan


(2)

effervescent

PANELIS Kode Sampel

463 256 354 128

1 2 2 2 2

2 4 5 5 4

3 4 3 3 4

4 3 3 3 3

5 5 4 6 4

6 2 2 2 2

7 2 2 2 2

8 3 4 3 4

9 5 4 3 3

10 4 1 3 4

11 4 4 5 4

12 6 3 5 4

13 2 2 2 2

14 3 4 3 4

15 4 3 4 4

16 1 1 2 2

17 4 4 4 4

18 4 4 4 4

19 4 4 2 4

20 4 4 4 4

21 5 4 4 4

22 3 5 4 4

23 4 4 5 4

24 4 2 5 5

25 2 2 4 3

26 4 5 4 4

27 4 3 5 3

28 4 5 5 4

29 4 4 4 4


(3)

67 Lampiran 18. Hasil statistik non-parametik Friedman dan uji frekuensi kesukaan

terhadap aroma seduhan tablet effervescent

Lampiran 18a. Uji statistik non-parametik Friedman terhadap warna seduhan tablet effervescent

Friedman Test Ranks

1.27 1.73 Konsentrasi

effervescent mix Skor Aroma

Mean Rank

Test Statisticsa 120 34.087 1 .000 N

Chi-Square df

Asymp. Sig. Friedman Test a.

Lampiran 18b. Uji frekuensi kesukaan terhadap aroma seduhan tablet effervescent

Skor Aroma * Perlakuan Crosstabulation Count

0 2 0 1 3

6 6 6 5 23

4 5 6 4 19

19 13 9 16 57

1 4 8 3 16

0 0 1 1 2

30 30 30 30 120

1 2 3 4 5 6 Skor Aroma

Total

40% 45% 50% 55%

Perlakuan


(4)

effervescent

PANELIS Kode Sampel

463 256 354 128

1 3 5 3 3

2 4 5 5 5

3 5 2 3 2

4 6 2 2 3

5 5 5 6 5

6 4 2 5 4

7 2 2 2 1

8 3 3 4 4

9 2 4 4 5

10 3 5 1 3

11 4 4 3 3

12 3 3 3 4

13 2 2 2 2

14 4 4 5 3

15 5 3 3 3

16 1 1 5 6

17 5 5 5 4

18 5 4 4 5

19 4 5 3 3

20 3 2 3 5

21 5 6 5 6

22 3 5 5 6

23 4 4 4 4

24 2 3 2 3

25 1 1 3 1

26 3 4 5 4

27 5 5 4 5

28 4 3 3 3

29 3 3 4 3


(5)

69 Lampiran 20. Hasil statistik non-parametik Friedman dan uji frekuensi kesukaan

terhadap rasa seduhan tablet effervescent

Lampiran 20a. Uji statistik non-parametik Friedman terhadap rasa seduhan tablet

effervescent

Friedman Test Ranks

1.27 1.73 Konsentrasi

effervescent mix Skor Rasa

Mean Rank

Test Statisticsa 120 30.375 1 .000 N

Chi-Square df

Asymp. Sig. Friedman Test a.

Lampiran 20b. Uji frekuensi kesukaan terhadap rasa seduhan tablet effervescent

Skor Rasa * Perlakuan Crosstabulation Count

2 2 1 2 7

2 6 4 4 16

11 6 9 8 34

6 6 6 7 25

6 9 9 8 32

3 1 1 1 6

30 30 30 30 120

1 2 3 4 5 6 Skor Rasa

Total

40% 45% 50% 55%

Perlakuan


(6)

konversi dosis (Laurence dan Bacharah, 1964).

20g mencit

200g tikus

400g marmot

1,5kg kelinci

2,0kg kucing

4,0kg kera

12,0kg anjing

70,0kg manusia 20g

Mencit

1,0 7,0 12,25 27,8 29,7 64,1 124,2 387,9

200g Tikus

0,14 1,0 1,74 3,9 4,2 9,2 17,8 56,10

400g Marmot

0,08 0,57 0,1 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5 1,5kg

Kelinci

0,04 0,25 0,44 1,0 1,08 2,4 4,5 14,2 2,0kg

Kucing

0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,0 4,0

Kera

0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1 12,0kg

Anjing

0,008 0,06 0,1 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1

70,0kg manusia


Dokumen yang terkait

Efek Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut Jantan (Cavia Porcellus) Terisolasi

6 112 90

Formulasi Sediaan Gel Dari Ekstrak Etanol Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Dan Uji Aktivitasnya Terhadap Beberapa Bakteri Penyebab Jerawat

45 235 99

Pengaruh Pemberian Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) Terhadap Kadar Kadmium (Cd) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2010

7 59 114

Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap Mutu Karet

4 103 73

Uji Aktivitas Antibiofilm Sari Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Terhadap Biofilm Pseudomonas aeruginosa Secara In Vitro

7 24 91

PERBEDAAN BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK ETANOL 70% DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) SEBAGAI Perbedaan Berbagai Konsentrasi Ekstrak Etanol 70% Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) Sebagai Bahan Obat Kumur Terhadap Hambatan Pertumbuhan Bakte

0 2 13

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Terhadap Escherichia coli DAN Bacillus sp.

0 0 12

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Terhadap Staphylococcus aureus DAN Staphylococcus epidermidis.

0 0 13

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Terhadap Staphylococcus aureus DAN Staphylococcus epidermidis.

0 1 15

FORMULASI GEL DARI EKSTRAK ETANOL BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi Lina) SEBAGAI ANTI JERAWAT.

0 3 7