3. Persepsi dan Sikap Kerja
Menurut Labovitz 1989, pengertian persepsi secara makro, merupakan pandangan organisasional yang berpengaruh; sedangkan secara
mikro, merupakan pandangan individu yang berorientasi pada proses. Jika tidak terkontrol, penyimpangan perseptual secara makro dapat
menghasilkan penurunan pada kualitas koordinasi dan komunikasi, dan sikap negatif pada individu dalam perusahaan. Suatu kesadaran, perasaan,
dan aksi yang tumbuh dan berkembang dari seorang individu, disebut dengan sikap Labovitz, 1989.
4. Dinamika Kelompok
Kelompok merupakan aspek yang memiliki kekuatan potensial untuk diorganisir oleh manajer dalam meningkatkan produktivitas dan
menurunkan biaya. Di dalam kehidupan terdapat dua jenis kelompok, yaitu kelompok formal dan informal. Homans dalam Labovitz, 1989
mendefinisikan kelompok kerja informal sebagai kelompok primer, yang dapat membantu memberikan dukungan dan membangun sikap, serta
berpengaruh besar terhadap perubahan perilaku. Menurut Schermerhorn 1989, ada satu bentuk kelompok tambahan dalam organisasi yaitu
kelompok psikologi, yang sangat penting bagi seorang manajer. Suatu kelompok dapat dikatakan sebagai kelompok psikologi apabila anggota
kelompok sadar akan kebutuhan satu dengan lainnya dan saling memberikan kontribusi potensial, dan mencapai interaksi dengan level
tinggi dan identifikasi dalam pencarian tujuan bersama. Keuntungan dari adanya kelompok kerja informal, antara lain
kemampuannya untuk memadukan sistem formal dalam melaksanakan tugas, kemampuannya dalam membantu manajemen seperti membantu
supervisor dalam mengontrol kegiatan kerja, kemampuannya sebagai ‘ketup’ dari masalah rasa frustasi dan emosional karyawan Labovitz,
1989.
5. Manajemen Efektif
Cara anda dalam mengorganisir personel dan proses kerja, berkomunikasi pada rantai perusahaan, serta sikap dan perilaku kerja akan
memberikan dampak pada efektivitas manajerial. Manajer juga dapat meningkatkan produktivitas dengan gaya kepemimpinannya, yaitu
leadership atau bosship. Namun dalam pelaksanaannya, Managing For Productivity
lebih fokus pada bosship dibandingkan dengan leadership. Stogdill dalam Libovitz, 1989 mendefinisikan kepemimpinan
leadership sebagai suatu proses untuk mempengaruhi pengaturan kelompok dalam usahanya menata dan mencapai tujuan perusahaan.
Sedangkan bosship lebih mengarah pada kekuatan mengatur untuk melakukan sesuatu. Seorang bosship harus memiliki kekuasaan dalam
memberikan penghargaan, kekuasaan untuk memaksa, kekuasaan memerintah, kekuasaan ahli, dan kekuasaan legitimasi.
Schermerhorn 1989 menjelaskan, bahwa seorang manajer yang efektif akan menggunakan kekuasaannya untuk mencapai sukses atas
pengaruh yang diberikan dalam pekerjaan. Dalam memaksimalkan kekuasaan pada situasi leadership, manajer harus dapat menggunakan
kesempatan dari kekuasaan yang ada pada posisinya, dan hal tersebut harus dijadikan sebagai dasar dari kekuasaan personel.
Managerial power = position power + personal power. Menurut Siagian 2005, salah satu tipologi umum yang dikenal
ialah dengan mengatakan bahwa para pemimpin pada dasarnya dapat dikategorikan pada lima tipe:
1. tipe otokratik,
2. gaya paternalistik,
3. gaya kharismatik,
4. gaya Laissez Faire,
5. gaya demokratik.
6. Partisipasi dan Produktivitas