pada kemampuan komunikasi. Sehingga akan dibutuhkan suatu keputusan, seperti pernyataan di bawah ini.
- Metode pelatihan apa yang digunakan,
- Berapa waktu yang dibutuhkan,
- Berapa banyak peserta yang akan dilatih pada saat yang sama,
- Apakah pelatihan dilaksanakan selama waktu kerja perusahaan,
- Apakah pelatihan merupakan kehendak peserta sendiri atau perintah
atasan, -
Lokasi pelatihan on atau off-site.
B. IDENTIFIKASI TUJUAN PELATIHAN
Penetapan tujuan pelatihan Managing For Productivity secara keseluruhan, melibatkan diskusi dan keputusan dari perusahaan,
penyelenggara dan instruktur. Sedangkan tujuan pelatihan setiap session ditetapkan oleh instruktur, yang diimplementasikan pada saat proses pelatihan.
Berdasarkan tujuan pelatihan Managing For Productivity yang berupaya meningkatkan efektivitas perusahaan, diharapkan pelatihan ini
mampu memperbaiki kinerja dan produktivitas organisasional, departemen, dan individu, melalui kemampuan manajerial yang dimiliki pekerja. Maka
serangkaian session yang terdapat di dalam pelatihan Managing For Productivity
disusun sebagai upaya peningkatan kemampuan manajemen koordinasi, pembentukan sikap, bekerja sama, delegasi, leadership, adaptasi,
komunikasi, influence, partisipasi dalam aktivitas kelompok kerja. Wexley dan Latham 1991, berpendapat bahwa tujuan pelatihan
secara umum adalah meningkatkan pengetahuan dan keahlian. Namun selain itu adapula tujuan spesifik dari usaha pelatihan, yaitu memperbaiki tingkat
kesadaran diri individual, meningkatkan satu atau lebih bidang ahli kemampuan individual, dan meningkatkan motivasi individual untuk menjadi
pekerja yang lebih baik.
C. DESAIN PROGRAM PELATIHAN
Program pelatihan Managing For Productivity didesain oleh Manufacturing Training Manager
selaku penyelenggara bekerja sama dengan instruktur pelatihan. Desain pelatihan yang menyangkut materi, metode
penyajian, instruktur serta fasilitas pelatihan, dibuat berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Materi yang digunakan adalah manager’s work book Managing For Productivity
, karya George H. Labovitz, yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Pelatihan dilaksanakan dengan menggunakan metode
presentasi aktif, diskusi, dan simulasi. General Manager Customer Service dipilih sebagai instruktur pelatihan Managing For Productivity, karena
pengalaman selama lebih dari 25 tahun dan pengalamannya sebagai instruktur untuk program pelatihan yang sama. Selama proses pelatihan, instruktur yang
merupakan General Manager Customer Service dibantu oleh Manufacturing Training Manager
beserta staf. Sedangkan untuk fasilitas pelatihan, Manufacturing Training Manager
mempersiapkannya dengan bantuan staf.
Gambar 1. Posisi Meja Semi Lingkaran pada proses Pelatihan
Instruktur
Menurut Blanchard dan James 2004, pada tahap desain pelatihan terdapat pedoman tentang apa yang dibutuhkan setelah menetapkan kebutuhan
pelatihan pekerja. Kebutuhan pelatihan, pembelajaran teori, dan pemahaman merupakan batas yang ditetapkan departemen personalia dalam langkah
pertamanya pada tahap desain pelatihan—tujuan pembelajaran. Tujuan tersebut digunakan untuk mengarahkan desain pelatihan muatan materi,
metode, material, dan lainnya. Tentunya, perencanaan pelatihan harus sudah mempertimbangkan segala sesuatu biaya, waktu, fasilitas, dan lainnya yang
dimiliki perusahaan.
D. PELAKSANAAN PELATIHAN