I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hama sebagai salah satu organisme pengganggu saat ini tidak hanya menjadi masalah pada sektor pertanian, melainkan telah merambah kepada
berbagai sektor lain diantaranya sektor pemukiman, industri pengolahan makananminuman dan sektor komersial. Persoalan hama juga masih menjadi
masalah yang penting dalam hubungannya dengan kualitas ekspor impor komoditi hasil pertanian.
Permasalahan hama dalam kehidupan manusia dan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan lingkungan, serta pentingnya
pest control yang merupakan salah satu cara menjaga kesehatan lingkungan dan sanitasi, mendorong semakin berkembangnya industri pest control di Indonesia.
Industri-industri yang bergerak di bidang pest control sudah cukup banyak, bahkan mencapai ratusan mulai dari skala kecil hingga skala besar.
Industri tersebut telah dapat ditemui diberbagai kota besar di Indonesia yang wilayah
kerjanya meliputi hampir seluruh kota-kota wilayah nusantara. Pasar bisnis pest
control di Indonesia masih sangat besar, mengingat pasarnya mencakup segmen industri pengolahan, perhotelan, restoran, perumahan, apartemen, pertokoan,
perkantoran dan pergudangan. Pada awal tahun 90-an semakin banyak pembangunan perumahan-perumahan baru yang membutuhkan jasa pest control.
Namun, tingkat kesadaran masyarakat di Indonesia untuk menggunakan jasa ini masih relatif rendah, kecuali di kelompok menengah-atas. Meski belum ada data
pasti, diprediksi baru sekitar 10 dari pasar potensial, yang memperhatikan pentingnya pest control Darandono, 2004.
Perusahaan-perusahaan jasa pest control saat ini dihadapkan pada situasi dimana masyarakat masih belum menilai jasa pest control sebagai kebutuhan yang
mendesak, selain itu pengetahuan tentang produk pest control dan manfaatnya masih tersegmentasi pada masyarakat kelas atas. Dilihat dari populasi masyarakat
Bogor potensi pasar masih besar namun belum banyak masyarakat yang menyadari pentingnya penggunaan jasa pest control.
Hal ini menyebabkan perusahaan-perusahaan
jasa pest control memerlukan kerja keras untuk
mempertahankan pelanggan yang sudah ada dan mencari pelanggan baru. Keadaan ini memaksa manajemen untuk berupaya menyiapkan, menyempurnakan
ataupun mencari strategi-strategi baru yang menjadikan perusahaan mampu bertahan dan berkembang dalam persaingan. Oleh karena itu perusahaan dalam
hal ini manajemen harus mengkaji ulang prinsip-prinsip yang selama ini digunakan agar dapat bertahan dan bertumbuh dalam persaingan yang semakin
ketat untuk dapat menghasilkan produk dan jasa bagi masyarakat. Tantangan-tantangan yang dihadapi perusahaan jasa pest control tidak
hanya berasal dari dalam perusahaan seperti tantangan sumberdaya manusia, terbatasnya modal dan menurunnya produktivitas tapi juga tantangan yang berasal
dari luar yang tidak dapat dikontrol oleh perusahaan.
Perubahan lingkungan eksternal akan memberi peluang sekaligus tantangan yang baru bagi perusahaan.
Era keterbukaan pasar dan keadaan yang tidak menguntungkan dengan adanya bermacam krisis, membuat perusahaan-perusahaan di Indonesia terpaksa harus
mengkaji kemampunanya untuk dapat memberikan nilai tambah Added value bagi stakeholder-nya. Perusahaan harus dapat mengembangkan kompetensi
dasarnya agar mampu bertahan dan tetap dapat mengembangkan pertumbuhan
perusahaannya. Menjadi unik dan memberikan nilai tambah yang sesuai bagi konsumen adalah ”tujuan” baru dalam pengembangan strategi perusahaan.
Perusahaan harus melakukan evaluasi terhadap strategi yang dilaksanakan saat ini dan melakukan tindakan mendasar dalam memformulasikan strategi yang tepat
untuk diimplementasikan dimasa yang akan datang. Kendala terbesar dari ketidak berhasilan suatu strategi umumnya adalah identifikasi lingkungan yang tidak tepat
dan kegagalan implementasi dari strategi itu sendiri. Bila kesalahan identifikasi lingkungan terjadi, hal ini lebih mudah diketahui dan diperbaiki dengan
melakukan identifikasi internal dan eksternal perusahaan, baik dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan
atau dilakukan dengan cara outsourching menggunakan jasa konsultan eksternal. Permasalahan akan lebih kompleks bila
yang terjadi adalah kegagalan implementasi strategi, artinya konsep strategi telah tepat namun tidak mampu diterapkan dalam tindakan nyata. Kegagalan tersebut
dapat disebabkan karena kurang dipahaminya strategi, kurangnya komunikasi internal, kelemahan eksekutif puncak, dan faktor-faktor lainnya.
Namun, kesalahan yang paling umum dilakukan perusahaan adalah tidak melakukan
manajemen dan pengendalian strategi yang tepat Rinaldi, 2005. Evaluasi strategi perusahaan secara terus-menerus akan berdampak pada
peningkatan kinerja perusahaan. Salah satu tahapan dalam mengevaluasi strategi yang digunakan perusahaan adalah melakukan pengukuran terhadap kinerja yang
dihasilkan pada suatu periode terhadap target yang ingin dicapai perusahaan pada periode yang bersangkutan. Alat dalam melakukan pengukuran kinerja yang tidak
tepat akan berakibat bias terhadap capaian kinerja dan fokus dari keberlangsungan operasi perusahaan berakibat pada tidak tercapainya visi dan misi perusahaan.
Banyak manajemen perusahaan tidak menyadari pentingnya suatu sistem manajemen sebagai suatu alat atau bagian di dalam pengukuran kinerja
perusahaan, baik itu kinerja keuangan maupun non-keuangan Mulyadi, 2001. Perusahaan memerlukan perubahan sistem manajemen yang dapat
mengikuti perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi dengan mengupayakan
perbaikan sistem
manajemen berbasis
kinerja secara
komprehensif. Sistem kinerja ini berguna untuk seluruh elemen perusahaan
dengan tujuan menyelaraskan visi dan misi kedalam suatu program yang jelas sehingga dapat dilakukan secara efektif. Suatu sistem kinerja harus dapat diukur
untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai oleh perusahaan dipandang dari berbagai perspektif.
PT Agricon Putra Citra Optima APCO merupakan salah satu perusahaan jasa pest control terbesar di Indonesia. Untuk menghadapi persaingan diantara
perusahaan sejenis, perusahaan perlu membenahi kinerja agar perusahaan lebih unggul diantara perusahaan sejenis tersebut dan memiliki posisi sebagai market
leader. Salah satu pengukuran kinerja pada sistem manajemen berbasis kinerja
adalah dengan pendekatan Balanced Scorecard. Pengukuran kinerja ini
merupakan hal yang sangat penting dalam pengelolaan usaha untuk mencapai keberhasilan. Sistem pengukuran kinerja yang efektif dapat mendorong seluruh
karyawan untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Tanpa pengukuran yang efektif, perusahaan tidak dapat mengevaluasi seberapa baik kinerja perusahaan
dan merekomendasikan tindakan korektif yang bersifat visioner. Balanced
Scorecard merupakan usulan sistem pengembangan manajemen modern ”baru”
yang tidak mengukur kinerja perusahaan melalui aspek keuangan saja tetapi juga mengukur dari aspek non keuangan. Pengukuran tersebut dilihat dari :
1. Perspektif Finansial yaitu mengukur dalam ukuran ekonomis hasil dari tindakan yang telah dilakukan.
2. Perspektif Pelanggan yaitu mengukur performance usaha menurut segmen pelanggan yang ditargetkan.
3. Perspektif Proses Bisnis Internal yaitu identifikasi proses internal kritikal yang dikontrol oleh perusahaan.
4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran yaitu identifikasi infrastrutur yang dibangun oleh perusahaan untuk menciptakan peningkatan dan pertumbuhan
jangka panjang.
1.2. Perumusan Masalah