Tabel 11 Penggunaan lahan Desa Kopo Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor tahun 2011
Ha
No Fungsi Lahan
Luas Lahan 1
Sawah 42
2 Rumah dan Pekarangan
102 3
Ladang 120
4 Empang dan Pemakaman
6 5
Lainnya 183
Total Wilayah 453
Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Barat, 2012
4.1.2 Sumberdaya Manusia
Desa Kopo memiliki penduduk sebanyak 18 648 jiwa yang terdiri dari 9 088 orang laki-laki dan 9 560 orang perempuan. Jumlah penduduk menurut
golongan usia dapat dilihat pada Tabel 12. Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa jumlah penduduk terbesar ada pada golongan umur angkatan kerja diatas
15 tahun. Gambaran ini menunjukan bahwa mayoritas penduduk Desa Kopo berada pada usia produktif.
Tabel 12 Komposisi penduduk berdasarkan golongan usia Desa Kopo tahun 2011
Orang
No Golongan Umur
Jumlah 1
0-9 3 535
2 10-19
3 589 3
20-29 3 514
4 30-39
2 948 5
40+ 5 062
Jumlah 18 648
Sumber: Balai Pusat Statistik Jawa Barat, 2012
Tingkat pendidikan mayoritas penduduk di Desa Kopo adalah SD seperti yang terlihat pada Tabel 13. Hal ini dikarenakan Desa Kopo belum menyediakan
fasilitas pendidikan sehingga mengakibatkan biaya pendidikan menjadi mahal dan tidak terjangkau oleh penduduk.
Tabel 13 Komposisi penduduk bedasarkan tingkat pendidikan Desa Kopo tahun 2011
Orang
No Tingkat Pendidikan
Jumlah 1
BelumTidakSekolah 3 840
2 SD
11 188 3
SLTP 4 240
4 SLTA
240 5
AkademiDIII dan Perguruan Tinggi 185
Jumlah 19 693
Sumber:Badan Pusat Statistik Jawa Barat, 2012
4.2 Karakteristik Responden 4.2.1 Karakteristik Umum Petani Berdasarkan Keanggotaan Kelompok Tani
dan Status Kepemilikan Lahannya. 4.2.1.1 Umur Petani
Berdasarkan Tabel 14 terlihat bahwa mayoritas petani memiliki umur sekitar 41-50 tahun. Secara keseluruhan, petani anggota kelompok tani penyewa
lahan menjadi petani terbanyak dengan golongan umur 41-50 tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa seluruh responden petani padi Desa Kopo berada dalam
umur produktif dan siap untuk berusahatani. Tingkatan umur ini juga berpengaruh dalam penggunaan faktor produksi dan pendapatan petani, dimana para petani
memiliki kemampuan berpikir secara matang dalam penggunaan faktor produksi, tenaga yang cukup untuk berusahatani dan untuk meningkatkan pendapatan
usahataninya. Berdasarkan asumsi tersebut, petani anggota kelompok tani penyewa lahan yang memiliki jumlah petani usia produktif terbanyak dan merata
memiliki tingkat produksi dan pendapatnan yang lebih tinggi dibandingkan dengan petani karakteristik lainnya.
Tabel 14 Umur petani padi sampel Desa Kopo berdasarkan keanggotaan kelompok tani dan status kepemilikan lahan
No Selang Umur
Petani Tahun Keanggotaan Kelompok Tani
Anggota Total
Orang Non Anggota
Total Orang
Pemilik Orang
Penyewa Orang
Pemilik Orang
Penyewa Orang
1 21-30
1 2
3 2 4
6 2
31-40 7
9 16 4
4 8
3 41-50
8 10
18 3 5
8 4
51-60 2
2 4 3
4 7
5 61-70
2 3
5 0 1
1 6
71-80 1
1 0 Total
21 26
47 12 18
30 Sumber: Data Primer Diolah, 2013
4.2.1.2 Tingkat Pendidikan Formal Petani
Berdasarkan Tabel 15 terlihat bahwa mayoritas petani memiliki tingkat pendidikan formal setara SD. Secara keseluruhan, petani anggota kelompok tani
penyewa lahan memiliki jumlah petani dengan tingkat pendidikan SD terbanyak serta petani dengan tingkat pendidikan SMA terbanyak. Hal ini dapat diduga
bahwa petani anggota kelompok tani penyewa lahan memiliki tingkat pengetahuan yang cukup jika dibandingkan dengan karakteristik petani lainnya
untuk menjalankan usahatani dan memiliki tingkat produksi dan pendapatan yang tinggi.
Tabel 15 Tingkat pendidikan formal petani padi sampel Desa Kopo berdasarkan keanggotaan kelompok tani dan status kepemilikan lahan
No Tingkat
Pendidikan Petani
Keanggotaan Kelompok Tani Anggota
Total Orang
Non Anggota Total
Orang Pemilik
Lahan Orang
Penyewa Lahan
Orang Pemilik
Lahan Orang
Penyewa Lahan
Orang 1
Tidak Sekolah 1
1 2
SD 18
24 42
12 18
30 3
SMP 1
1 4
SMA 1
2 3
Total 21
26 47
12 18
30 Sumber: Data Primer Diolah, 2013
4.2.1.3 Lama Pengalaman Berusahatani Petani Padi
Berdasarkan Tabel 16 terlihat bahwa mayoritas petani memiliki lama pengalaman berusahatani sekitar 0-10 tahun. Secara keseluruhan, petani anggota
kelompok tani penyewa lahan menjadi jumlah petani terbanyak dengan lama pengalaman bertani sekitar 0-10 tahun. Hal ini mengasumsikan bahwa dengan
cukup banyak petani dengan berbagai macam selang lama pengalaman bertani yang cukup, petani anggota kelompok tani penyewa lahan, memiliki tingkat
produksi dan pendapatan yang tinggi jika dibandingkan dengan karakteristik petani lainnya.
Tabel 16 Lama pengalaman berusahatani petani padi sampel Desa Kopo berdasarkan keanggotaan kelompok tani dan status kepemilikan lahan
No Lama
Pengalaman Tahun
Keanggotaan Kelompok Tani Anggota
Total Orang
Non Anggota Total
Orang Pemilik
Lahan Orang
Penyewa Lahan
Orang Pemilik
Lahan Orang
Penyewa Lahan
Orang 1
0-10 12
21 33
12 13
25 2
11-20 5
2 7
5 5
3 21-30
2 3
5 4
31-40 2
2 Total
21 26
47 12
18 30
Sumber: Data Primer Diolah, 2013
4.2.1.4 Lama Keanggotaan Kelompok Tani
Berdasarkan Tabel 17 terlihat bahwa mayoritas petani anggota kelompok tani pemilik dan penyewa lahan memiliki lama keanggotaan yang sama, yakni
sekitar 1 tahun. Secara keseluruhan, petani penyewa lahan memiliki jumlah keanggotaan dan lama keanggotaan yang lebih besar dibandingkan petani pemilik
lahan. Hal ini dapat diasumsikan bahwa petani penyewa lahan, lebih mendapatkan ilmu dan pengetahuan dari kelompok tani guna meningkatkan produksi dan
pendapatan usahataninya. Tabel 17 Lama keanggotaan kelompok tani petani padi sampel Desa Kopo
berdasarkan keanggotaan kelompok tani dan status kepemilikan lahan
No Lama Keanggotaan Kelompok Tani
Tahun Pemilik Lahan
Orang Penyewa Lahan
Orang 1
2 1
8 15
3 2
5 3
4 3
2 7
5 4
2 6
5 4
1 Total
21 26
Sumber: Data Primer Diolah, 2013
4.2.1.5 Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Padi
Berdasarkan Tabel 18 terlihat bahwa mayoritas petani memiliki jumlah tanggungan yang sama sebanyak 4 orang. Secara keseluruhan, jumlah petani
anggota kelompok tani lebih besar dibandingkan jumlah petani pada karakteristk lainnya. Hal ini dapat diasumsikan bahwa tanggungan petani anggota kelompok
tani penyewa lahan lebih besar dibandingkan kriteria lainnya. Petani anggota kelompok tani penyewa lahan harus bisa mengoptimalisasikan tingkat produksi
dan pendapatan usahataninya demi mencukupi kebutuhan anggota keluarga tanggungannya.
Tabel 18 Jumlah tanggungan keluarga petani padi sampel Desa Kopo berdasarkan keanggotaan kelompok tani dan status kepemilikan
Lahan
No Jumlah
Tanggungan Keluarga
Orang Keanggotaan Kelompok Tani
Anggota Total
Orang Non Anggota
Total Orang
Pemilik Lahan
Orang Penyewa
Lahan Orang
Pemilik Lahan
Orang Penyewa
Lahan Orang
1 1
1 1
1 2
1 5
5 3
3 3
2 1
6 7
2 3
5 4
3 7
8 15
3 6
9 5
4 6
3 9
3 4
7 6
5 4
3 7
1 2
3 7
6 3
3 1
1 8
7 1
1 Total
21 26
47 12
18 30
Sumber: Data Primer Diolah, 2013
4.2.1.6 Status Pekerjaan Petani Padi
Berdasarkan Tabel 19 terlihat bahwa berdasarkan status pekerjaan usahatani, petani anggota kelompok tani penyewa lahan memiliki jumlah petani
sampingan yang paling tinggi dibandingkan petani dengan karakteristik lainnya. Hal ini dapat diasumsikan bahwa petani anggota kelompok tani penyewa lahan
harus mengoptimalkan usahataninya mengingat biaya usahatani yang cukup tinggi.
Tabel 19 Status pekerjaan usahatani petani padi sampel Desa Kopo berdasarkan keanggotaan kelompok tani dan status kepemilikan lahan
No Status
Pekerjaan Petani
Keanggotaan Kelompok Tani Anggota
Total Orang
Non Anggota Total
Orang Pemilik
Lahan Orang
Penyewa Lahan
Orang Pemilik
Lahan Orang
Penyewa Lahan
Orang 1
Utama 3
3 3
3 2
Sampingan 18
26 44
9 18
27 Total
21 26
47 12
18 30
Sumber: Data Primer Diolah, 2013
4.2.2 Karakteristik Usahatani Padi Berdasarkan Keanggotaan Kelompok Tani
4.2.2.1 Input Produksi Padi
Input produksi yang dipergunakan dalam usahatani padi ini adalah benih, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk cair, pestisida, serta penggunaan tenaga kerja
dalam dan luar keluarga. Pengunaan rata-rata input produksi dapat dilihat pada
Tabel 20. Tabel 20 memperlihatkan bahwa rata-rata penggunaan input produksi
antara petani anggota dan non anggota kelompok tani sangat bervariasi. Penggunaan input produksi benih, tenaga kerja pria dalam keluarga dan tenaga
kerja wanita luar keluarga pada petani anggota kelompok tani lebih sedikit dibandingkan dengan penggunaan input yang sama pada petani non anggota
keompok tani. Hal yang berbeda ditemui pada rata-rata penggunaan input produksi pupuk kandang, pupuk urea, tenaga kerja wanita dalam keluarga dan
penggunaan tenaga kerja pria luar keluarga pada petani anggota kelompok tani lebih besar dibandingkan dengan penggunaan input produksi yang sama pada
petani non anggota kelompok tani.
Tabel 20 Rata-rata penggunaan input produksi usahatani padi Desa Kopo berdasarkan keanggotaan kelompok tani
No Input Produksi
Satuan Anggota Kelompok Tani
Non Anggota Kelompok Tani JumlahHa
Harga SatuanHa
RpHa JumlahHa
Harga SatuanHa
RpHa 1
Benih Kg
47.55 6 076.59
49.64 6 260.00
2 Pupuk Kandang
Kg 2343.14
100.00 1875.82
100.00 3
Pupuk Urea Kg
526.55 2 576.59
350.82 2 700.00
4 Pupuk Cair
Botol 7.74
29 588.24 10.39
27 968.75 5
Pestisida Botol
14.09 21 000.00
7.95 25 000.00
6 Tenaga Kerja
Pria Dalam Keluarga
HOK 148.20
25 000.00 151.56
25 000.00 7
Tenaga Kerja Wanita Dalam
Keluarga HOK
34.62 20 000.00
30.78 20 000.00
8 Tenaga Kerja
Pria Luar Keluarga
HOK 25.20
25 000.00 24.25
25 000.00 9
Tenaga Kerja Wanita Luar
Keluarga HOK
24.38 20 000.00
30.95 20 000.00
Sumber: Data Diolah 2013
Perbedaan harga beli input produksi juga menjadi pembeda disamping penggunaan input produksi. Harga beli input produksi petani anggota kelompok
tani lebih murah dibandingkan dengan harga yang harus dibayarkan oleh petani non anggota kelompok tani pada input produksi benih dan pupuk urea. Perbedaan
ini disebabkan oleh adanya keuntungan bagi petani anggota kelompok tani yang mendapatkan potongan harga beli input produksi di pasaran.
4.2.2.2 Luas Lahan Usahatani Padi
Luas lahan dapat menjadi indikator produksi dan pendapatan seorang petani. Hal ini dapat diasumsikan dengan semakin luas lahan yang dipegunakan
dalam suatu usahatani, maka semakin besar pula kapasitas produksi dan pendapatan yang dapat dimaksimalkan oleh petani. Berdasarkan Tabel 21, terlihat
bahwa mayoritas petani padi anggota kelompok tani Desa Kopo memiliki luas lahan pada selang 0-1000 m
2
dengan jumlah petani sebanyak 27 orang. Pada petani non anggota kelompok tani, mayoritas petani memiliki luas lahan pada
selang 1001-2000 m
2
dengan jumlah petani sebanyak 16 orang. Luas lahan responden dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21 Luas lahan usahatani padi petani sampel Desa Kopo berdasarkan keanggotaan kelompok tani
No Luas Lahan m
2
Keanggotaan Kelompok Tani Anggota Kelompok Tani
Non Anggota Kelompok Tani Jumlah
Orang Persentase
Jumlah Orang Persentase
1 0-1000
27 57.45
14 46.67
2 1001-2000
18 38.30
16 53.33
3 2001-3000
2 4.26
0.00 Total
47 100.00
30 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2013
4.2.2.3 Output Usahatani Padi
Padi yang dihasilkan oleh petani Desa Kopo baik petani anggota dan non anggota kelompok tani adalah berupa gabah basah. Tabel 22 menjelaskan rata-rata
produksi dan harga jual gabah basah pada petani anggota dan nona nggota kelompok tani Desa Kopo.
Tabel 22 Rata-rata produksi dan harga output padi Desa Kopo berdasarkan keanggotaan kelompok tani
No Keanggotaan Kelompok Tani
ProduksiHa Kg Harga Output Rp
1 Anggota
7 255.24 2 776.60
2 Non Anggota
6 831.37 2 296.67
Sumber: Data Primer Diolah, 2013
Berdasarkan Tabel 22 dapat dilihat bahwa terjadi perbedaan baik dari rata-rata produksi maupun harga output antara petani anggota kelompok tani
dengan petani non anggota kelompok tani. Petani anggota kelompok tani memiliki tingkat produksi dan harga output yang lebih tinggi daripada petani non anggota
kelompok tani. Perbedaan ini disebabkan oleh keuntungan yang diperoleh petani anggota kelmpok tani yang memiliki nilai tawar yang lebih baik kepada pembeli
dibandingkan petani non anggota kelompok tani. Perbedaan tingkat produksi dan harga jual ini berpengaruh terhadap pendapatan usahatani.
4.2.3 Karakteristik Usahatani Padi Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan 4.2.3.1 Input Produksi Padi
Berdasarkan Tabel 23 dapat dilihat bahwa penggunaan input produksi antara petani pemilik lahan dan penyewa lahan relatif berimbang. Petani pemilik
lahan menggunakan input produksi benih, pupuk urea dan tenaga kerja pria dalam keluarga lebih besar dibandingkan dengan petani penyewa lahan sedangkan petani
penyewa lahan menggunakan input produksi pupuk kandang, tenaga kerja wanita dalam keluarga, tenaga kerja pria dalam keluarga dan tenaga kerja wanita luar
keluarga yang lebih besar dibandingkan petani pemilik lahan. Perbedaan yang cukup besar terjadi pada perbedaan penggunaan pupuk
kandang dan pupuk urea. Petani pemilik lahan cenderung lebih banyak menggunakan pupuk urea sedangkan petani penyewa lahan cenderung
menggunakan pupuk kandang yang lebih banyak. Hal ini dapat diasumsikan adanya perbedaan efek penggunaan pupuk kimia dan pupuk organik serta
implikasinya terhadap tingkat produksi padi petani jika kita merujuk pada Tabel 33.
Tabel 23 Rata-rata penggunaan input produksi usahatani padi Desa Kopo berdasarkan status kepemilikan lahan
No Input Produksi
Satuan Pemilik Lahan
Penyewa Lahan SatuanHa
Harga Satuan Rp
SatuanHa Harga Satuan
Rp 1
Benih Kg
49.23 6 106.06
47.71 6 180.83
2 Pupuk Kandang
Kg 2 054.59
100.00 2 240.92
100.00 3
Pupuk Urea Kg
531.35 2 578.77
403.14 2 659.08
4 Pupuk Cair
Botol 13.12
30 100.00 4.96
29 254.00 5
Pestisida Botol
16.86 22 700.00
7.03 23 400.00
6 Tenaga Kerja
Pria Dalam Keluarga
HOK 166.43
25 000.00 136.83
25 000.00 7
Tenaga Kerja Wanita Dalam
Keluarga HOK
31.68 20 000.00
34.21 20 000.00
8 Tenaga Kerja
Pria Luar Keluarga
HOK 23.02
25 000.00 26.20
25 000.00 9
Tenaga Kerja Wanita Luar
Keluarga HOK
25.36 20 000.00
28.13 20 000.00
Sumber: Data Primer Diolah, 2013
4.2.3.2 Luas Lahan Usahatani Padi
Berdasarkan Tabel 24 dapat terlihat bahwa mayoritas petani pemilik dan penyewa lahan memiliki luas lahan sebesar 0-1000 m
2
. Secara keseluruhan petani anggota penyewa lahan mendominasi status kepemilikan lahan. Hal ini terjadi
karena rata-rata lahan yang ada di daerah tersebut adalah kepemilikan warga DKI Jakarta yang lalu disewakan kepada warga sekitar.
Tabel 24 Luas lahan usahatani padi petani sampel Desa Kopo berdasarkan status kepemilikan lahan
No Luas Lahan m
2
Status Kepemilikan Lahan Pemilik Lahan
Penyewa Lahan Jumlah
Orang Persentase
Jumlah Orang Persentase
1 0-1000
17 51.52
24 54.54
2 1001-2000
14 42.42
20 45.45
3 2001-3000
2 6.06
0.00 Total
33 100.00
44 100.00
Sumber: Data Primer Diolah, 2013
4.2.3.3 Output Usahatani Padi
Tabel 25 menjelaskan rata-rata produksi dan harga jual gabah kering pada petani pemilik lahan dan penyewa lahan di Desa Kopo. Berdasarkan tabel dapat
dilihat bahwa tingkat produksi padi petani pemilik lahan lebih tinggi dibandingkan dengan petani penyewa lahan, namun memiliki harga jual output
yang lebih rendah dibandingkan petani penyewa lahan. Hal ini terjadi karena kemampuan penawaran petani penyewa lahan yang lebi baik dibandingkan petani
pemilik lahan. Petani penyewa lahan menetapkan harga jual yang lebih tinggi karena petani ini lebih mementingkan dan menghitung besaran biaya dan estimasi
pendapatan yang akan diterima. Tabel 25 Rata-rata produksi dan harga output padi Desa Kopo berdasarkan status
kepemilikan lahan
No Status Kepemilikan Lahan
ProduksiHa Kg Harga Output Rp
1 Pemilik Lahan
7 108.10 2 587.88
2 Penyewa Lahan
7 076.59 2 590.91
Sumber: Data Primer Diolah, 2013
4.2.4 Karakteristik Usahatani Padi Berdasarkan Keanggotaan Kelompok Tani dan Status Kepemilikan Lahan
4.2.4.1 Input Produksi Padi
Tabel 26 memperlihatkan bahwa berdasarkan penggunaan benih, pupuk urea, tenaga kerja pria dalam keluarga dan tenaga kerja wanita dalam keluarga,
petani anggota kelompok tani pemilik lahan relatif lebih besar penggunaannya dibandingkan penggunaan input yang sama pada karakteristik petani lainnya.
Besarnya penggunaan pupuk kandang pada karakteristik anggota kelompok tani menunjukan bahwa petani anggota kelompok tani sudah menyadari pentingnya
penggunaan pupuk kandang dalam usahataninya. Besaran jumlah tenaga kerja pria
Keanggotaan Kelompok Tani
dalam keluarga dan penggunaan pupuk urea pada dua karaktertistik petani pemilik lahan yang lebih besar dibandingkan dua karakteristik petani penyewa lahan
memperlihatkan bahwa ada penggunaan yang besar dan kurang memperhitungkan aspek ekonomis dari penggunaan input tersebut. Penggunaan tenaga kerja pria
luar keluarga yang besar pada petani penyewa lahan menunjukan bahwa usahatani mereka bersifat usaha sampingan.
Tabel 26 Rata-rata penggunaan input produksi usahatani padi Desa Kopo berdasarkan keanggotaan kelompok tani dan status kepemilikan lahan
No Input Produksi
Satuan Anggota
Non Anggota Pemilik
Lahan Penyewa
Lahan Pemilik
Lahan Penyewa
Lahan 1
Benih Kg
54.66 41.81
39.74 56.25
2 Pupuk Kandang
Kg 2 305.51
2 373.53 1 615.47
2 049.38 3
Pupuk Urea Kg
616.05 454.27
383.11 329.29
4 Pupuk Cair
Botol 7.90
7.25 9.52
8.46 5
Pestisida Botol
14.32 13.97
8.25 7.63
6 Tenaga Kerja
Pria Dalam Keluarga
HOK 168.02
132.19 163.63
143.52 7
Tenaga Kerja Wanita Dalam
Keluarga HOK
34.83 34.46
26.16 33.86
8 Tenaga Kerja
Pria Luar Keluarga
HOK 25.61
24.87 18.48
28.14 9
Tenaga Kerja Wanita Luar
Keluarga HOK
22.58 25.83
30.21 31.44
Sumber: Data Primer Diolah, 2013
4.2.4.2 Luas Lahan
Berdasarkan Tabel 27 dapat terlihat bahwa sebagian besar petani memiliki luas lahan sebesar 0-1000 m
2
. Mayoritas lahan dengan luas 0-1000 m
2
diberdayakan oleh petani penyewa lahan. Tabel 27 Luas lahan petani padi responden Desa Kopo berdasarkan keanggotaan
kelompok tani dan status kepemilikan lahan
No Luas Lahan m
2
Keanggotaan Kelompok Tani Anggota
Non Anggota Pemilik
Lahan Orang
Penyewa Lahan
Orang Pemilik Lahan
Orang Penyewa
Lahan Orang 1
0-1000 11
16 6
8 2
1001-2000 8
10 6
10 3
2001-3000 2
Total 21
26 12
18 Sumber: Data Primer Diolah, 2013
4.2.4.3 Output Padi
Tabel 28 menjelaskan rata-rata produksi dan harga jual gabah kering pada petani berdasarkan keanggotaan kelompok tani dan status kepemilikan lahan.
Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa tingkat produksi padi petani anggota kelompok tani penyewa lahan lebih produktif dibandingkan dengan kakateristik
lainnya. Petani anggota kelompok tani penyewa lahan mampu menjual padi dengan harga yang tinggi dengan tingkat produksi yang tidak terlalu besar.
Tabel 28 Rata-rata produksi dan harga output padi Desa Kopo berdasarkan keanggotaan kelompok tani dan status kepemilikan lahan
Status Keanggotaan Kelompok Tani Anggota
Non Anggota Pemilik Lahan KgHaMT
7 570.89 6 298.21
Harga Satuan RpKg 2 771.43
2 266.67 Penyewa Lahan KgHaMT
7 000.29 7 186.81
Harga Satuan RpKg 2 780.77
2 316.67 Sumber: Data Primer Diolah, 2013
5 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI
Pendugaan pada fungsi produksi usahatani padi gabungan anggota dan non anggota kelompok tani ini menggunakan model fungsi Cobb-Douglas. Faktor-
faktor produksi yang digunakan dalam model pendugaan fungsi produksi Y ini adalah Luas Lahan X
1
yang dipergunakan petani dalam usahataninya, jumlah benih X
2
yang dipergunakan per musim tanam, jumlah pupuk kandang X
3
yang dipergunakan per musim tanam, jumlah pupuk urea X
4
yang dipergunakan dalam satu kali musim tanam, jumlah penggunaan tenaga kerja dalam keluarga
yang terbagi menjadi tenaga kerja pria dalam keluarga X
5
dan tenaga kerja wanita dalam keluarga X
6
, jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga yang terbagi menjadi tenaga kerja pria luar keluarga X
7
dan tenaga kerja wanita luar keluarga X
8
, variabel dummy untuk petani anggota kelompok tani dan nol untuk petani non anggota kelompok tani D
1
, variable dummy untuk kepemilikan lahan dan nol untuk petani penyewa lahan D
2
dan variabel dummy untuk usahatani padi sebagai pekerjaan utama dan nol untuk usahatani sebagai pekerjaan
sampingan. Hasil pengolahan data dengan metode Ordinary Least Square OLS dilakukan dengan mengestimasi gabungan responden antara responden anggota
kelompok tani dan responden non anggota kelompok tani. Tabel 29 Analisis sidik ragam fungsi produksi padi gabungan usahatani anggota
dan non anggota kelompok tani
Sumber Derajat
Bebas Jumlah Kuadrat
Tengah MS
F-hitung Peluang
Regresi 11.00
3.05 0.28
27.34 0.00
Standard Error 65.00
0.66 0.01
Total 76.00
3.71 Sumber: Data Primer Diolah, 2013
Hasil pada Tabel 29 menunjukan bahwa nilai F-hitung sebesar 27.34 nyata pada taraf 10 persen. Hal ini memperlihatkan bahwa secara bersama-sama
variable bebas luas lahan, benih, pupuk kandang, pupuk urea, tenaga kerja pria dalam keluarga, tenaga kerja wanita dalam keluarga, tenaga kerja pria luar
keluarga, tenaga kerja wanita luar keluarga, status keanggotaan kelompok tani, status kepemilikan lahan dan status pekerjaan usahatani berpengaruh nyata
terhadap variable tidak bebas produksi padi pada taraf 10 persen. Selain itu, hal ini juga menunjukan bahwa secara bersama-sama variabel bebas memiliki
pengaruh yang besar terhadap variabel tidak bebas. Hasil pendugaan model fungsi produksi padi dapat dijabarkan sebagai berikut:
Ln Y = 5.45 + 0.05 Ln X
1
+ 0.26 Ln X
2
+ 0.10 Ln X
3
+ 0.07 Ln X
4
+ 0.04 Ln X
5
+ 0.07 Ln X
6
+ 0.02 Ln X
7
+ 0.23 Ln X
8
+ 0.06 D
1
+ 0.04 D
2
– 0.03 Pada Tabel 29 dijelaskan bahwa nilai R-Sq koefisien determinasi
memiliki kriteria statistik yang baik sebesar 82 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa 82 persen variable peubah bebas dapat menjelaskan variabel tidak bebas
pada taraf 10 persen, sedangkan 18 persen lainnya dijelaskan oleh faktor lain. Berdasarkan pendugaan fungsi produksi ini, selanjutnya kita melakukan
pemeriksaan terhadap asumsi OLS dengan melihat masalah kenormalan, multikolinearitas dan heteroskedastisitas. Model fungsi ini tidak memiliki masalah
multikolinearitas, dimana seluruh variabel bebas memiliki nilai VIF lebih kecil dari 10.
Melalui uji glejser dengan menggunakan software E-views, kita dapat melihat bahwa model ini tidak memiliki masalah heteroskedastisitas. Hal ini dapat
dilihat dari nilai probabilitas chi-square yang bernilai lebih besar dari α, yakni
sebesar 0.63. Uji autokorelasi dengan uji Durbin-Watson yang menyatakan bahwa nilai statistik d
w
adalah 1.68, di mana d
L
bernilai 1.32 dan d
U
bernilai 1.96. Nilai dw berada di antara 1.32 dan 1.96 yang mengindikasikan bahwa masalah
autokorelasi dapa fungsi produksi usahatani ini tidak dapat disimpulkan. Uji kenormalan dilakukan dengan uji Jarque-Berra yang menyatakan bahwa P-value
uji normalita s sebesar 0.71 lebih besar dari α sebesar 10 persen. Hal ini
menunjukan bahwa komponen sisaan menyebar normal. Nilai koefisien dari Tabel 30 memperlihatkan bahwa semua variabel selain
status pekerjaan usahatani berpengaruh positif pada taraf 10 persen. Hal ini memiliki arti bahwa pengaruh variabel bebas terhadap turun naiknya produksi
cukup besar. Berikut ini akan diuraikan pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap produksi padi dengan statistik uji t-hitung.
Tabel 30 Hasil pendugaan fungsi produksi padi gabungan usahatani anggota dan non anggota kelompok tani
Prediktor Koefisien
Standard Error t-hit
P VIF
Konstanta 5.45383
0.37841 14.41250 0.00000
Luas Lahan X
1
0.04546 0.04965
0.91561 0.36330
3.83 Benih X
2
0.26036 0.04018
6.47989 0.00000 1.63
Pupuk Kandang X
3
0.10206 0.04804
2.49878 0.01500 1.74
Pupuk Urea X
4
0.06887 0.04749
1.44999 0.15190
2.31 Tenaga Kerja Pria Dalam
Keluarga X
5
0.04359 0.09230
0.47232 0.63830
3.59 Tenaga Kerja Wanita Dalam
Keluarga X
6
0.06570 0.02900
2.26514 0.02860 3.46
Tenaga Kerja Pria Luar Keluarga X
7
0.02444 0.03495
0.69991 0.48700
3.11 Tenaga Kerja Wanita Luar
Keluarga X
8
0.22818 0.04279
5.33376 0.0000
1.61 Keanggotaan Kelompok Tani
D
1
0.06377 0.03386
1.88305 0.06420 2.07
Kepemilikan Lahan D
2
0.03931 0.03607
1.28171 0.20450
1.75 Status Pekerjaan Usahatani
D
3
-0.02662 0.4541
-0.58621 0.559980 1.13
R-sq = 0.82 R-sq
adj = 0.79
Durbin- Watson = 1.68
F-hit = 27.34
Prob F-Stat = 0.00 Sumber: Data Primer Diolah, 2013
1. Luas Lahan X
1
Luas lahan memiliki nilai koefisien positif dengan nilai koefisien regresi produksi sebesar 0.05. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap penambahan input
luas lahan sebesar satu persen akan meningkatkan produksi padi sebesar 0.05 persen. Nilai koefisien regresi ini menunjukan elastisitas 0 ≤ E
p
≤ 1, terlihat bahwa penggunaan lahan pada daerah rasional daerah II. Hal ini
mengindikasikan bahwa semakin besar luas lahan yang digunakan dalam usahatani, maka produksi padi yang dihasilkan akan semakin meningkat.
Berdasarkan hasil uji-t, luas lahan tidak berpengaruh secara nyata terhadap fungsi produksi pada taraf 10 persen. Luas lahan yang dimanfaatkan oleh petani dalam
menjalankan usahatani padinya secara rata-rata adalah 0.11 Ha. Kemungkinan petani untuk menambah input produksi luas lahan adalah kecil. Hal ini terjadi
karena daerah desa Kopo yang telah padat oleh pemukiman warga dan area wisata.
2. Benih X
2
Benih memiliki nilai koefisien positif dengan nilai koefisien regresi produksi sebesar 0.26. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap penambahan input
benih sebesar satu persen akan meningkatkan produksi padi sebesar 0.26 persen.
Nilai koefisien regresi ini menunjukan elastisitas 0 ≤ E
p
≤ 1, terlihat bahwa pemakaian benih pada daerah rasional daerah II. Hal ini mengindikasikan bahwa
semakin banyak benih yang digunakan dalam usahatani, maka produksi padi yang dihasilkan akan semakin meningkat. Berdasarkan hasil uji-t, penggunaan benih
berpengaruh nyata terhadap fungsi produksi pada taraf 10 persen. Rata-rata penggunaan benih adalah sebesar 48.59 Kg per Ha. Semua benih yang digunakan
petani adalah benih padi jenis Ciherang. 3.
Pupuk Kandang X
3
Pupuk kandang memiliki nilai positif dengan nilai koefisien regresi produksi sebesar 0.10. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap penambahan input
pupuk kandang sebesar satu persen akan meningkatkan produksi padi sebesar 0.10 persen. Nilai koefisien regresi ini menunjukan elastisitas 0 ≤ E
p
≤ 1, terlihat bahwa penggunaan lahan pada daerah rasional daerah II. Hal ini
mengindikasikan bahwa semakin banyak pupuk kandang yang digunakan dalam usahatani, maka produksi padi yang dihasilkan akan semakin meningkat.
Berdasrakan hasil uji-t, penggunaan pupuk kandang berpengaruh secara siginifkan terhadap funsgi produksi pada taraf 10 persen. Rata-rata penggunaan pupuk
kandang adalah sebesar 2 109.48 Kg per Ha. Pupuk kandang didapatkan dengan cara membeli kotoran ternak pada peternakan sekitar dan dalam Desa Kopo.
4. Pupuk Urea X
4
Pupuk urea memiliki nilai postif dengan nilai koefisien regresi produksi sebesar 0.07. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap penambahan input pupuk urea
sebesar satu persen belum tentu akan meningkatkan produksi padi sebesar 0.07 persen. Nilai koefisien regresi ini menunjukan elastisitas 0 ≤ E
p
≤ 1, terlihat bahwa penggunaan pupuk urea pada daerah rasional daerah II. Hal ini
mengindikasikan bahwa semakin banyak pupuk urea yang digunakan dalam usahatani, maka produksi padi yang dihasilkan akan semakin meningkat.
Berdasarkan hasil uji-t, penggunaan pupuk urea tidak berpengaruh nyata terhadap fungsi produksi pada taraf 10 persen. Rata-rata penggunaan pupuk urea adalah
sebesar 438.68 Kg per Ha.
5. Tenaga Kerja Dalam Keluarga TD
a. Pria X
5
Tenaga kerja dalam keluarga pria memiliki nilai yang dengan nilai koefisien regresi produksi sebesar 0.04. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap
penambahan input tenaga kerja dalam keluarga pria sebesar satu persen akan meningkatkan produksi padi sebesar 0.04 persen. Nilai koefisien regresi ini
menunjukan elastisitas 0 ≤ E
p
≤ 1, terlihat bahwa pemakaian tenaga kerja dalam keluarga pria pada daerah rasional daerah II. Hal ini mengindikasikan bahwa
semakin banyak tenaga kerja luar keluarga pria yang digunakan dalam usahatani, maka produksi padi yang dihasilkan akan semakin meningkat.
Berdasarkan hasil uji-t, penggunaan tenaga kerja pria dalam keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap fungsi produksi pada taraf 10 persen. Rata-rata
penggunaan input tenaga kerja dalam keluarga pria adalah sebesar 149.88 HOK per Ha.
b. Wanita X
6
Tenaga kerja dalam keluarga wanita memiliki nilai yang positif dengan nilai koefisien regresi produksi sebesar 0.07. Hal ini mengindikasikan bahwa
setiap penambahan input tenaga kerja dalam keluarga wanita sebesar satu persen akan meningkatkan produksi padi sebesar 0.07 persen. Nilai koefisien regresi ini
menunjukan elastisitas 0 ≤ E
p
≤ 1, terlihat bahwa pemakaian tenaga kerja dalam keluarga wanita pada daerah rasional daerah II. Hal ini mengindikasikan
bahwa semakin banyak tenaga kerja luar keluarga wanita yang digunakan dalam usahatani, maka produksi padi yang dihasilkan akan semakin meningkat.
Berdasarkan hasil uji-t, penggunaan tenaga kerja wanita dalam keluarga berpengaruh nyata terhadap fungsi produksi pada taraf 10 persen Rata-rata
penggunaan tenaga kerja dalam keluarga wanita adalah sebesar 32.7 HOK per Ha.
6. Tenaga Kerja Luar Keluarga
a. Pria X
7
Tenaga kerja luar keluarga pria memiliki nilai positif dengan nilai koefisien regresi produksi sebesar 0.02. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap
penambahan input tenaga kerja luar keluarga pria sebesar satu persen akan
meningkatkan produksi padi sebesar 0.02 persen. Nilai koefisien regresi ini menunjukan elastisitas 0 ≤ E
p
≤ 1, terlihat bahwa pemakaian tenaga kerja luar keluarga pria pada daerah rasional daerah II. Hal ini mengindikasikan bahwa
semakin banyak tenaga kerja luar keluarga pria yang digunakan dalam usahatani, maka produksi padi yang dihasilkan akan semakin meningkat.
Berdasarkan hasil uji-t, penggunaan tenaga kerja pria luar keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap fungsi produksi pada taraf 10 persen. Rata-rata
penggunaan input usahatani tenaga kerja luar keluarga pria adalah sebesar 24.72 HOK per Ha.
b. Wanita X
8
Tenaga kerja luar keluarga wanita memiliki nilai positif dengan nilai koefisien regresi produksi sebesar 0.23. Hal ini memiliki arti bahwa setiap
penambahan input tenaga kerja luar keluarga wanita sebesar satu persen akan meningkatkan produksi padi sebesar 0.23 persen. Nilai koefisien regresi ini
menunjukan elastisitas 0 ≤ E
p
≤ 1, terlihat bahwa pemakaian tenaga kerja luar keluarga wanita pada daerah rasional daerah II. Hal ini mengindikasikanbahwa
semakin banyak tenaga kerja luar keluarga wanita yang digunakan dalam usahatani, maka produksi padi yang dihasilkan akan semakin meningkat.
Berdasarkan hasil uji-t, penggunaan tenaga kerja wanita luar keluarga berpengaruh nyata terhadap funsgi produksi pada taraf 10 persen. Rata-rata
penggunaan input usahatani tenaga kerja luar keluarga wanita adalah sebesar 27.66 HOK per Ha.
7. Dummy Keanggotaan Kelompok Tani D
1
Variabel dummy keanggotaan kelompok tani memiliki nilai positif serta berpengaruh signifikan terhadap produksi padi dengan koefisien regresi 0.06. Hal
ini memiliki arti bahwa keanggotaan petani dalam kelompok tani memiliki peran postif dalam produksi usahatani padi. Keanggotaan kelompok tani berpengaruh
nyata dalam tingkat produksi padi suatu usahatani. Manfaat yang didapatkan jika seorang petani menjadi anggota kelompok tani antara lain adalah dapat mengikuti
pelatihan-pelatihan tani yang diselenggarakan oleh kelompok tani maupun dinas pertanian setempat. Manfaat lainnya adalah mendapatkan input produksi denga
harga yang lebih murah dibanding harga yang harus dibayarkan oleh petani non
anggota kelompok tani dengan jumlah pembelian yang sama. Petani anggota kelompok tani juga dapat menjual produknya dengan harga yang lebih tinggi. Hal
ini disebabkan produk hasil petani anggota kelompok tani dapat langsung dipasarkan ke konsumen pertama. Sedangkan petani non anggota kelompok tani
hanya dapat memasarkan produknya kepada penadah dengan harga yang jauh dibawah harga pasar.
8. Dummy Kepemilikan Lahan D
2
Variabel dummy kepemilikan lahan memiliki nilai yang positif terhadap produksi dengan koefisien regresi 0.04 serta tidak berpengaruh nyata pada taraf 10
persen. Hal ini mengindikasikan kepemilikan lahan pada usahatani padi memiliki peran positif dalam peningkatan produksi padi. Petani dengan kepemilikan lahan
sendiri akan dengan mudah mengoptimalisasi penggunaan lahan tersebut dalam usahataninya. Hal ini tidak bisa dilakukan oleh petani penyewa lahan, dimana
adanya perjanjian dengan pihak kedua dalam pemanfaatan lahan tersebut.. 9.
Dummy Status Pekerjaan Usahatani D
3
Variabel dummy status pekerjaan usahatani memiliki nilai yang negative terhadap produksi dengan koefisien regresi -0.03 serta tidak berpengaruh nyata
terhadap fungsi produksi pada taraf 10 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa status pekerjaan usahatani sebagai pekerjaan sampingan memberi peran postif
dalam peningkatan produksi padi. Petani dengan usahatani sebagai usaha sampingan akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengefisiensikan
penggunaan faktor-faktor produksi dan memaksimalkan pendapatan. Petani dengan usahatani sebagai pekerjaan utama lebih tidak memperhitungkan
penggunaan input produksi dari aspek finansial dan keefektifan penggunaan input produksi.
6 ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI
Penghitungan pendapatan usahatani padi di Desa Kopo Cisarua Jawa Barat ini terbagi menjadi tiga, yakni petani pemilik lahan anggota dan non anggota
kelompok tani, petani penyewa lahan anggota dan non anggota kelompok tani dan petani dengan karakteristik gabungan antara keanggotaan kelompok tani dan
status kepemilikan lahan anggota dan non anggota. Pembagian kelompok petani berdasarkan kriteria ini adalah untuk melihat perbandingan pendapatan yang
diterima petani sesuai karakteristik tersebut. Output padi yang dianalisis dalam perbandingan ini berupa gabah basah.
6.1. Analisis Pendapatan Berdasarkan Keanggotaan Kelompok Tani
Tabel 31 memperlihatkan bahwa tingkat produksi rata-rata petani anggota kelompok tani lebih tinggi dibandingkan petani non anggota kelompok tani.
Berdasarkan Tabel 22 dapat dilihat bahwa petani anggota kelompok tani menghasilkan rata-rata 7 255.24 Kg padi per Ha per musim tanam, hal ini lebih
besar dari tingkat produksi rata-rata petani non anggota kelompok tani yang hanya sebesar 6 831.37 Kg padi per Ha per musim tanam. Perbedaan antara petani
anggota dan non anggota kelompok tani Desa Kopo juga dapat terlihat pada perbedaan tingkat harga jual padi yang dapat terlihat pada Tabel 22. Petani padi
anggota kelompok tani rata-rata dapat menjual padi dengan kisaran harga sebesar Rp 2 776.60 per Kg, sedangkan petani non anggota kelompok tani hanya dapat
menjual padinya dengan kisaran harga Rp 2 296.67 per Kg. Perbedaan tingkat produksi dan harga jual antara petani anggota dan non anggota kelompok tani
berpengaruh terhadap perbedaan tingkat penerimaan petani. Berdasarkan hasil penghitungan pada Tabel 31 didapat bahwa petani anggota kelompok tani dapat
memiliki pendapatan sebesar Rp 20 144 866.69 per Ha per musim tanam, sedangkan petani non anggota kelompok tani hanya memiliki tingkat penerimaan
rata-rata sebesar Rp 15 689 388.10 per Ha per musim tanam. Perbedaan dalam pengeluaran terhadap biaya tunai dan non tunai juga
menjadi salah satu faktor pembanding antara petani anggota kelompok tani dan non anggota kelompok tani. Berdasarkan Tabel 31 dapat dilihat bahwa petani
anggota kelompok tani rata-rata mengeluarkan sekitar Rp 4 981 158.36 untuk biaya tunai dan Rp 4 401 277.34 untuk biaya non tunai dalam satu musim tanam
per Hektar. Petani non anggota kelompok tani rata-rata mengeluarkan sekitar Rp 4 414 138.03 untuk biaya tunai dan Rp 4 415 845.39 untuk biaya non tunai
dalam satu musim tanam per Hektar. Tabel 31 Rata-rata penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani padi Desa Kopo
berdasarkan keanggotaan kelompok tani
No Uraian
Keanggotaan Kelompok Tani Anggota
RpHaMT Persentase
Non Anggota RpHaMT
Persentase 1.
Penerimaan 20 144 866.69
- 15 689 388.10
-
2. Biaya Tunai
Tenaga Kerja Pria Luar Keluarga
630 000 6.71
606 250 6.86
Tenaga Kerja Wanita Luar Keluarga
487 600 5.20
619 000 7.01
Benih 288 941.85
3.08 310 746.4
3.52 Pupuk
Kandang 234 314
2.50 187 582
2.12 Pupuk Urea
1 356 703.46 14.46
947 214 10.73
Pupuk Cair 229 092.75
2.44 290 651.97
3.29 PBB
373 181.13 3.97
401 670.63 4.55
Sewa Lahan 956 371.02
10.19 709 961.33
8.04 Pestisida
295 911.59 3.15
198 895.03 2.25
Ternak 106 702.13
1.14 119 500
1.35 Pengairan
22 340.43 0.24
22 666.67 0.26
Biaya Tunai 4 981 158.36
53.09 4 414 138.03
49.99
3. Biaya Non Tunai
Penyusutan 3 877.34
0.04 7 845.39
0.09 Tenaga Kerja Pria Dalam
Keluarga 3 705 000
39.49 3 789 000
42.91 Tenaga Kerja Wanita
Dalam Keluarga 692 400
7.38 619 000
7.01
Biaya Non Tunai 4 401 277.34
46.91 4 415 845.39
50.01
4.
Biaya Total 9 382 435.7
100.00 8 829 983.42
100.00
5. Pendapatan atas Biaya
Tunai
15 163 708.33 -
11 275 250.07 -
6. Pendapatan atas Biaya
Total
10 762 430.99 -
6 859 404.68 -
7. RC Biaya Tunai
4.04 -
3.55 -
8.
RC Biaya Total 2.15
- 1.77
-
Sumber: Data Primer Diolah 2013
Tingginya biaya yang ditanggung oleh petani anggota kelompok tani dikarenakan beberapa faktor, diantaranya adalah biaya tenaga kerja pria luar
keluarga, pupuk kandang, pupuk urea, pestisida, dan tenaga kerja wanita dalam keluarga yang lebih besar dibandingkan petani non anggota kelompok tani. Hal ini
sesuai dengan besarnya penggunaan faktor produksi pada Tabel 20.
Berdasarkan Tabel 31, terlihat bahwa rata-rata pendapatan petani anggota lebih besar daripada petani non anggota. Rata-rata dalam per Ha per musim
tanam, petani anggota dapat mendapatkan Rp 15 163 708.33 pendapatan atas biaya tunai dan Rp 10 762 430.99 pendapatan atas biaya total, sedangkan petani
non anggota kelompok tani hanya dapat menghasilkan pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 11 275 250.07 dan pendapatan atas biaya total sebesar
Rp 6 859 404.68 per Ha per musim tanam. Perbedaan tingkat produksi dan harga jual ini menyebabkan terjadinya perbedaan pendapatan antara petani anggota dan
non anggota kelompok tani yang dapat terlihat melalui tingkat RC ratio. Nilai RC ratio petani anggota kelompok tani lebih besar dibandingkan dengan RC
ratio petani non anggota kelompok tani. Petani anggota kelompok tani memiliki nilai RC ratio atas biaya tunai sebesar 4.04 dan RC ratio atas biaya total senilai
2.15, sedangkan petani non anggota kelompok tani hanya memiliki nilai RC ratio atas biaya tunai sebesar 3.55 dan RC ratio atas biaya total senilai 1.77. Hal ini
mengindikasikan bahwa jika dilihat dari status keanggotaan kelompok tani, baik berdasarkan biaya tunai dan total, petani anggota memiliki tingkat keuntungan
yang lebih tinggi daripada petani non anggota kelompok tani. Hasil analisis pendapatan ini sesuai dengan hasil analisis fungsi produksi yang menjelaskan
bahwa status keanggotaan kelompok tani berdampak positif pada produksi usahatani.
6.2 Analisis Pendapatan Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan
Tabel 32 memperlihatkan bahwa tingkat produksi rata-rata petani pemilik lahan lebih tinggi dibandingkan petani penyewa lahan. Berdasarkan Tabel 25
terlihat bahwa petani pemilik lahan menghasilkan rata-rata 7 108.10 Kg padi per Ha per musim tanam, sedangkan rata-rata petani penyewa lahan hanya dapat
menghasilkan 7 076.59 Kg padi per ha per musim tanam. Perbedaan petani pemilik lahan dan penyewa lahan juga dapat dilihat dari perbedaan tingkat harga
jual padi petani. Berdasarkan Tabel 25, petani pemilik lahan rata-rata menjual padi dengan tingkat harga Rp 2 587.88 per Kg, sedangkan rata-rata petani
penyewa lahan sanggup menjual padi dengan tingkat harga Rp 2 590.91 per Kg. Petani penyewa lahan sanggup menjual produknya dengan tingkat harga yang
lebih tinggi dari petani pemilik lahan dikarenakan petani penyewa lahan lebih memperhitungkan sisi komersil dari usahatani tersebut. Perbedaan tingkat
produksi dan tingkat harga jual ini berpengaruh terhadap penerimaan yang diterima oleh petani pemilik lahan dan petani penyewa lahan. Berdasarkan Tabel
32, petani pemilik lahan menerima Rp 18 394 899.61 per Ha per musim tanam, sedangkan petani penyewa lahan hanya menerima Rp 18 334 814.22 per Ha per
musim tanam. Perbedaan dalam pengeluaran terhadap biaya tunai dan non tunai juga
menjadi salah satu faktor pembanding antara petani pemilik lahan dengan petani penyewa lahan. Berdasarkan Tabel 32, petani pemilik lahan rata-rata
mengeluarkan sekitar Rp 4 236 435.04 untuk biaya tunai dan Rp 4 801 952.88 untuk biaya non tunai per Ha per musim tanam. Petani penyewa lahan rata-rata
mengeluarkan sekitar Rp 4 123 062.79 untuk biaya tunai dan Rp 4 108 738.68 untuk biaya non tunai per Ha per musim tanam.
Tingginya biaya yang ditanggung oleh petani pemilik lahan dikarenakan beberapa faktor, diantaranya adalah biaya pupuk urea, pupuk cair, pestisida,
penyusutan dan biaya tenaga kerja pria dalam keluarga yang lebih besar dibandingkan petani penyewa lahan. Hal ini sesuai dengan besarnya penggunaan
faktor produksi tersebut pada Tabel 23. Berdasarkan hasil perhitungan, dapat dilihat bahwa rata-rata pendapatan petani penyewa lahan lebih besar daripada
petani pemilik lahan. Rata-rata dalam per Ha per musim tanam, petani penyewa lahan dapat mendapatkan Rp 14 211 751.43 pendapatan atas biaya tunai dan Rp
10 103012.75 pendapatan atas biaya total, sedangkan petani pemilik lahan hanya dapat menghasilkan Rp 14 158 464.57 pendapatan atas biaya tunai dan
Rp 9 356 511.69 pendapatan atas biaya total. Selain itu, terdapat perbedaan antara RC ratio atas biaya tunai petani pemilik lahan dan petani penyewa lahan. Nilai
RC ratio atas biaya tunai petani penyewa lahan lebih besar dibandingkan dengan RC ratio petani pemilik lahan. Petani penyewa lahan memiliki nilai RC ratio
atas biaya tunai sebesar 4.45 dan nilai RC ratio atas biaya total sebesar 2.22, sedangkan petani pemilik lahan hanya mendapatkan nilai RC ratio atas biaya
tunai sebesar 4.34 dan nilai RC ratio atas biaya total sebesar 2.03. Hasil dari penghitungan RC ratio ini mengindikasikan bahwa jika dilihat dari status
kepemilikan lahannya dan perbandingan dengan biaya tunai dan biaya total, maka petani penyewa lahan lebih menguntungkan dibandingkan petani pemilik lahan.
Tabel 32 Rata-rata penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani padi Desa Kopo berdasarkan status kepemilikan lahan
No Uraian
Kepemilikan Lahan Pemilik
RpHaMT Persentase
Penyewa RpHaMT
Persentase 1.
Penerimaan Rp 18 394 899.61
- 18 334 814.22
-
2. Biaya Tunai
Tenaga Kerja Pria Luar Keluarga
575 500 6.37
655 000 7.96
Tenaga Kerja Wanita Luar Keluarga
507 200 5.61
562 600 6.83
Benih 300 601.33
3.33 294 887.64
3.58 Pupuk Kandang
205 459 2.27
224 092 2.43
Pupuk Urea 1 370 234.75
15.16 1 071 985.5
11.61 Pupuk Cair
395 055.43 4.37
146 592.93 1.78
PBB 383 540.95
4.24 Sewa Lahan
855 567.06 10.79
Pestisida 382 782.98
4.23 164 610.39
1.99 Ternak
94 545.45 1.05
124 545.45 1.51
Pengairan 21 515.15
0.24 23 181.82
0.28
Biaya Tunai 4 236 435.04
46.87 4 123 062.79
50.08
3. Biaya Non Tunai
Penyusutan 7 602.88
0.08 3 788.68
0.05 Tenaga Kerja Pria Dalam
Keluarga 4 160 750
46.03 3 420 750
41.55 Tenaga Kerja Wanita
Dalam Keluarga 633 600
7.01 684 200
8.31
Biaya Non Tunai
4 801 952.88 53.13
4 108 738.68 49.92
4. Biaya Total
9 038 387.92 100
8 231 801.47 -
5. Pendapatan atas Biaya
Tunai
14 158 464.57 -
14 211 751.43 -
6. Pendapatan atas Biaya
Total
9 356 511.69 -
10 103 012.75 -
7. RC Biaya Tunai
4.34 -
4.45 -
8.
RC Biaya Total 2.03
- 2.22
-
Sumber: Data Primer Diolah, 2013
6.3 Analisis Pendapatan Berdasarkan Keanggotaan Kelompok Tani dan Status Kepemilikan Lahan
Tabel 33 memperlihatkan bahwa tingkat produksi petani anggota kelompok tani-pemilik lahan AM lebih tinggi dibandingkan tingkat produksi
petani anggota kelompok tani-penyewa lahan AS, petani non anggota kelompok tani-pemilik lahan NM dan petani non anggota kelompok tani-penyewa lahan
NS. Petani AM memiliki tingkat produksi yang paling tinggi, yakni sebesar 7
570 Kg per ha per musim tanam dibandingkan petani AS 7 000.29 Kg per Ha per musim tanam, petani NM 6 298.21 Kg per Ha per musim tanam dan petani NS
7 186.81 Kg per Ha per musim tanam. Perbedaan antara empat karakteristik ini juga terjadi pada perbedaan tingkat harga jual produk. Berdasarkan Tabel 28,
Petani AS memiliki tingkat harga yang paling tinggi dengan Rp 2 780.77 per Kg dibandingkan dengan tingkat harga petani AM Rp 2 771.43 per Kg, petani NM
Rp 2 266.67 per Kg dan petani NS sebesar Rp 2 316.67 per Kg. Perbedaan tingkat produksi dan harga tersebut mengakibatkan terjadinya perbedaan
penerimaan oleh masing-masing karakteristik petani. Berdasarkan Tabel 33, Petani AM memiliki tingkat penerimaan paling tinggi dengan Rp 20 982 183 per
musim tanam. Tabel 33 Rata-rata penerimaan dan biaya usahatani petani padi Desa Kopo
berdasarkan keanggotaan kelompok tani dan status kepemilikan Lahan RpHaMT
Uraian Keanggotaan Kelompok Tani
Anggota Non Anggota
Pemilik AM Penyewa AS
Pemilik NM Penyewa NS
Penerimaan Rp 20 982 183
19 466 191 14 275 952
16 649 451
Biaya Tunai TPLK
640 250 621 500
461 750 703 500
TWLK 451 600
516 600 604 200
628 800 Benih
327 960 256 649.01
250 030.96 350 874.61
Pupuk Kandang 230 551
237 352 161 547
204 938 Pupuk Urea
1 540 125 1 198 573.22
1 040 783.44 885 424.58
Pupuk Cair 349 779.60
131 614.90 474 288.14
168 227.85 PBB
373 181.13 401.670.63
Sewa Lahan 956 371
709 961.33 Pestisida
317380.35 278 571.43
497 237.57 Ternak
96 428.57 115 000
91250 138 333.33
Pengairan 21 904.76
22 692.31 20 833.33
23 888.89
Biaya Tuna i
4 349 160.41 4 334 923.87
4 003 591.07 3 813 948.59
Biaya Tidak Tunai Penyusutan
4 517.93 3 359.94
13 001.53 4 407.96
TPDK 4 200 500
3 304 750 4 090 500
3 588 000 TWLK
696 600 689 200
523 000 677 200
Biaya Tidak Tunai 4 901 617.93
3 997 309.94 4 626 501.53
4 269 607.96 Biaya Total
9 250 778.34 8 332 233.81
8 630 092.6 8 083 556.55
Pendapatan atas Biaya Tunai
16 633 022.59 15 131 267.13
10 272 360.93 12 835 502.41
Pendapatan atas Biaya Total
11 731 404.07 11 133 957.19
5 645 859.4 8 565 894.45
RC Biaya Tunai 4.82
4.49 3.56
4.36 RC Biaya Total
2.27 2.33
1.65 2.05
Sumber: Data Primer Diolah 2013
Perbedaan dalam pengeluaran terhadap biaya tunai dan non tunai juga menjadi salah satu faktor pembeda antar empat karakteristik petani ini. Petani AM
memiliki biaya tunai dan non tunai paling besar. Berdasarkan Tabel 33, petani AM harus mengeluarkan biaya tunai sebesar Rp 4 349 160.41 dan biaya non tunai
sebesar Rp 4 901 617.93 per musim tanam. Tingginya biaya tunai dan non tunai petani AM ini disebabkan oleh biaya pupuk urea dan biaya tenaga kerja pria
dalam keluarga yang lebih tinggi dibandingkan biaya yang sama pada karakteristik petani lainnya. Hal ini sesuai dengan besarnya penggunaan faktor
produksi tersebut pada Tabel 26. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 33, dapat dilihat bahwa petani
AM memiliki tingkat pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total terbesar dengan tingkat pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 16 633 022.59 dan
pendapatan atas biaya total sebesar Rp 11 731 404.07. Hal yang sama kita dapat lihat pada nilai RC ratio atas biaya tunai antar empat karakteristik ini. Pada nilai
RC ratio atas biaya tunai, petani AM menjadi yang paling tinggi dengan nilai sebesar 4.82. Namun hal yang berbeda kita temui pada nilai RC ratio atas biaya
total, dimana petani AS memiliki nilai RC ratio yang paling tinggi dengan 2.33. Hal ini mengindikasikan bahwa petani AS lebih menguntungkan secara finansial
dibadingkan tiga karakteristik lainnya. Hasil dari penghitungan RC ratio ini mengindikasikan bahwa jika dilihat dari status keanggotaan kelompok tani, status
kepemilikan lahan dan biaya tunai, maka petani AM lebih menguntungkan dibandingkan tiga jenis petani lainnya. Namun jika kita dilihat dari status
keanggotaan kelompok tani, kepemilikan lahan dan biaya total, maka petani NS lebih menguntungkan dibandingkan dengan tiga jenis petani lainnya.
7. SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan terhadap hasil penelitian ini dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani padi anggota dan non anggota kelompok tani terdapat lima variabel yang berpengaruh nyata
pada taraf α = 10 persen yaitu benih, pupuk kandang, tenaga kerja wanita dalam keluarga, tenaga kerja wanita luar keluarga dan keanggotaan kelompok
tani 2. Analisis pendapatan petani padi di Desa Kopo menunjukkan bahwa
berdasarkan keanggotaan kelompok tani, petani anggota kelompok tani memiliki pendapatan yang lebih besar dibandingkan petani non anggota
kelompok tani. Berdasarkan status kepemilikan lahan usahatani, petani penyewa lahan memiliki pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan
petani pemilik lahan. Berdasarkan keanggotaan dan status kepemilikan lahan usahatani, petani anggota kelompok tani dan penyewa lahan memiliki
pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan karakteristik responden lainnya.
7.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan dari usahatani
padi yaitu sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan produksi padi di usahatani ini sebaiknya petani padi meningkatkan penggunaan benih, pupuk kandang, tenaga kerja wanita dalam
keluarga, tenaga kerja wanita luar keluarga dan keanggotaan kelompok tani yang memiliki pengaruh nyata pada analisis faktor-faktor produksi.
2. Untuk meningkatkan pendapatan usahatani, maka petani non anggota kelompok tani harus menjadi anggota kelompok tani.
3. Penelitian usahatani padi di Desa Kopo ini hanya membandingkan tingkat produksi dan pendapatan petani usahatani padi, maka perlu adanya penelitian
lanjutan untuk mengetahui efisensi penggunaan faktor produksi padi.
DAFTAR PUSTAKA
Amri AN 2011. Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu Studi Kasus: Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor.
Skripsi Sarjana. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2013. Indikator Ekonomi Indonesia 2013. Badan Pusat Statistik, Jakarta.
_________________. 2012. Statistik Jawa Barat Tahun 2012. Badan Pusat Statistik, Jawa Barat
_________________. 2013. Tanaman Pangan Indonesia. Badan Pusat Statistik, Jakarta
Badan Pusat Statistik Jawa Barat. 2012. Kecamatan Cisarua Dalam Angka 2012. BPS, Jakarta.
Basmah, Sausan. 2013. Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Semiorganik dan Anorganik Serta Anggota dan Non Anggota Koperasi Kelompok Tani di
Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. Skripsi Sarjana. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Daniel M. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta Dalim. 1990. Pengaruh Faktor Kelembagaan dalam Peningkatan Produktivitas
Padi di Sumatera Barat. Tesis Magister Sains. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Debertin DL. 1986. Agricultural Production Economics. Macmillan Publishing Company, New York.
Duchlun I, Arimong AR, Nilawati E. 2006. Analisis Usahatani Rambutan Nepehelium lappaceum L Terhadap Peningkatan Pendapatan Petani.
Jurnal Agrbisnis 21 Gujarati D. 2008. Basic Econometrics. McGraw-Hill, New York.
Harvey AC. 1990. The Econometrics Analysis of Time Series 2nd ed. MIT Press,
Cambridge Hernanto F. 1989. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta.
Juanda B. 2009. Ekonometrika: Pemodelan dan Pendugaan. IPB Press, Bogor.
Lestari F. 2010. Analisis Produksi dan Pendapatan Usahatani Kangkung Anggota dan Non Anggota Kelompok Tani di Desa Bantarsari Kecamatan
Rancabungur Kabupaten Bogor. Skripsi Sarjana. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Nasrul W. 2012. Pengembangan Kelembagaan Pertanian Untuk Peningkatan Kapasitas Petani Terhadap Pembangunan Pertanian. Jurnal Menara Ilmu,
329: 166-174. Nugraha H. 2010. Analisis Efisiensi Produksi Usahatani Brokoli di Desa Cibodas
Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Skripsi Sarjana. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Nugroho HM. 2008. Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Produksi Pembenihan Ikan Gurami Petani Bersertifikat SNI Studi
Kasus: Desa Beji Kecamatan Kedung Benteng Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Skripsi Sarjana. Departemen Manajemen Agribisnis, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Nur AA. 2011. Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu di Desa Pasirjaya Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor. Skripsi Sarjana.
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Rahayu W, Riptanti EW. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Kedelai di Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Caraka
Tani, 251: 119-125. Rahim A, Hastuti D. 2008. Ekonomika Pertanian Pengantar, Teori dan Kasus.
Penerbit Swadaya, Jakarta Rifqie AS. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani
Kubis Studi Kasus: Desa Cimenyan, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. Skripsi Sarjana. DepartemenEkonomi Sumberdaya dan
Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Septian D. 2010. Peran Kelembagaan Kelompok Tani Terhadap Produksi dan Pendapatan Petani Ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri
Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Skripsi Sarjana. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Simatupang, JT. 2005. Analisis Ekonomi Usahatani dan Tingkat Efisiensi Pencurahan Tenaga Kerja Pada Usahatani Melon. Jurnal Penelitian
Bidang Ilmu Pertanian, 32: 9-13.