anggota kelompok tani dengan jumlah pembelian yang sama. Petani anggota kelompok tani juga dapat menjual produknya dengan harga yang lebih tinggi. Hal
ini disebabkan produk hasil petani anggota kelompok tani dapat langsung dipasarkan ke konsumen pertama. Sedangkan petani non anggota kelompok tani
hanya dapat memasarkan produknya kepada penadah dengan harga yang jauh dibawah harga pasar.
8. Dummy Kepemilikan Lahan D
2
Variabel dummy kepemilikan lahan memiliki nilai yang positif terhadap produksi dengan koefisien regresi 0.04 serta tidak berpengaruh nyata pada taraf 10
persen. Hal ini mengindikasikan kepemilikan lahan pada usahatani padi memiliki peran positif dalam peningkatan produksi padi. Petani dengan kepemilikan lahan
sendiri akan dengan mudah mengoptimalisasi penggunaan lahan tersebut dalam usahataninya. Hal ini tidak bisa dilakukan oleh petani penyewa lahan, dimana
adanya perjanjian dengan pihak kedua dalam pemanfaatan lahan tersebut.. 9.
Dummy Status Pekerjaan Usahatani D
3
Variabel dummy status pekerjaan usahatani memiliki nilai yang negative terhadap produksi dengan koefisien regresi -0.03 serta tidak berpengaruh nyata
terhadap fungsi produksi pada taraf 10 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa status pekerjaan usahatani sebagai pekerjaan sampingan memberi peran postif
dalam peningkatan produksi padi. Petani dengan usahatani sebagai usaha sampingan akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengefisiensikan
penggunaan faktor-faktor produksi dan memaksimalkan pendapatan. Petani dengan usahatani sebagai pekerjaan utama lebih tidak memperhitungkan
penggunaan input produksi dari aspek finansial dan keefektifan penggunaan input produksi.
6 ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI
Penghitungan pendapatan usahatani padi di Desa Kopo Cisarua Jawa Barat ini terbagi menjadi tiga, yakni petani pemilik lahan anggota dan non anggota
kelompok tani, petani penyewa lahan anggota dan non anggota kelompok tani dan petani dengan karakteristik gabungan antara keanggotaan kelompok tani dan
status kepemilikan lahan anggota dan non anggota. Pembagian kelompok petani berdasarkan kriteria ini adalah untuk melihat perbandingan pendapatan yang
diterima petani sesuai karakteristik tersebut. Output padi yang dianalisis dalam perbandingan ini berupa gabah basah.
6.1. Analisis Pendapatan Berdasarkan Keanggotaan Kelompok Tani
Tabel 31 memperlihatkan bahwa tingkat produksi rata-rata petani anggota kelompok tani lebih tinggi dibandingkan petani non anggota kelompok tani.
Berdasarkan Tabel 22 dapat dilihat bahwa petani anggota kelompok tani menghasilkan rata-rata 7 255.24 Kg padi per Ha per musim tanam, hal ini lebih
besar dari tingkat produksi rata-rata petani non anggota kelompok tani yang hanya sebesar 6 831.37 Kg padi per Ha per musim tanam. Perbedaan antara petani
anggota dan non anggota kelompok tani Desa Kopo juga dapat terlihat pada perbedaan tingkat harga jual padi yang dapat terlihat pada Tabel 22. Petani padi
anggota kelompok tani rata-rata dapat menjual padi dengan kisaran harga sebesar Rp 2 776.60 per Kg, sedangkan petani non anggota kelompok tani hanya dapat
menjual padinya dengan kisaran harga Rp 2 296.67 per Kg. Perbedaan tingkat produksi dan harga jual antara petani anggota dan non anggota kelompok tani
berpengaruh terhadap perbedaan tingkat penerimaan petani. Berdasarkan hasil penghitungan pada Tabel 31 didapat bahwa petani anggota kelompok tani dapat
memiliki pendapatan sebesar Rp 20 144 866.69 per Ha per musim tanam, sedangkan petani non anggota kelompok tani hanya memiliki tingkat penerimaan
rata-rata sebesar Rp 15 689 388.10 per Ha per musim tanam. Perbedaan dalam pengeluaran terhadap biaya tunai dan non tunai juga
menjadi salah satu faktor pembanding antara petani anggota kelompok tani dan non anggota kelompok tani. Berdasarkan Tabel 31 dapat dilihat bahwa petani
anggota kelompok tani rata-rata mengeluarkan sekitar Rp 4 981 158.36 untuk biaya tunai dan Rp 4 401 277.34 untuk biaya non tunai dalam satu musim tanam
per Hektar. Petani non anggota kelompok tani rata-rata mengeluarkan sekitar Rp 4 414 138.03 untuk biaya tunai dan Rp 4 415 845.39 untuk biaya non tunai
dalam satu musim tanam per Hektar. Tabel 31 Rata-rata penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani padi Desa Kopo
berdasarkan keanggotaan kelompok tani
No Uraian
Keanggotaan Kelompok Tani Anggota
RpHaMT Persentase
Non Anggota RpHaMT
Persentase 1.
Penerimaan 20 144 866.69
- 15 689 388.10
-
2. Biaya Tunai
Tenaga Kerja Pria Luar Keluarga
630 000 6.71
606 250 6.86
Tenaga Kerja Wanita Luar Keluarga
487 600 5.20
619 000 7.01
Benih 288 941.85
3.08 310 746.4
3.52 Pupuk
Kandang 234 314
2.50 187 582
2.12 Pupuk Urea
1 356 703.46 14.46
947 214 10.73
Pupuk Cair 229 092.75
2.44 290 651.97
3.29 PBB
373 181.13 3.97
401 670.63 4.55
Sewa Lahan 956 371.02
10.19 709 961.33
8.04 Pestisida
295 911.59 3.15
198 895.03 2.25
Ternak 106 702.13
1.14 119 500
1.35 Pengairan
22 340.43 0.24
22 666.67 0.26
Biaya Tunai 4 981 158.36
53.09 4 414 138.03
49.99
3. Biaya Non Tunai
Penyusutan 3 877.34
0.04 7 845.39
0.09 Tenaga Kerja Pria Dalam
Keluarga 3 705 000
39.49 3 789 000
42.91 Tenaga Kerja Wanita
Dalam Keluarga 692 400
7.38 619 000
7.01
Biaya Non Tunai 4 401 277.34
46.91 4 415 845.39
50.01
4.
Biaya Total 9 382 435.7
100.00 8 829 983.42
100.00
5. Pendapatan atas Biaya
Tunai
15 163 708.33 -
11 275 250.07 -
6. Pendapatan atas Biaya
Total
10 762 430.99 -
6 859 404.68 -
7. RC Biaya Tunai
4.04 -
3.55 -
8.
RC Biaya Total 2.15
- 1.77
-
Sumber: Data Primer Diolah 2013
Tingginya biaya yang ditanggung oleh petani anggota kelompok tani dikarenakan beberapa faktor, diantaranya adalah biaya tenaga kerja pria luar
keluarga, pupuk kandang, pupuk urea, pestisida, dan tenaga kerja wanita dalam keluarga yang lebih besar dibandingkan petani non anggota kelompok tani. Hal ini
sesuai dengan besarnya penggunaan faktor produksi pada Tabel 20.
Berdasarkan Tabel 31, terlihat bahwa rata-rata pendapatan petani anggota lebih besar daripada petani non anggota. Rata-rata dalam per Ha per musim
tanam, petani anggota dapat mendapatkan Rp 15 163 708.33 pendapatan atas biaya tunai dan Rp 10 762 430.99 pendapatan atas biaya total, sedangkan petani
non anggota kelompok tani hanya dapat menghasilkan pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 11 275 250.07 dan pendapatan atas biaya total sebesar
Rp 6 859 404.68 per Ha per musim tanam. Perbedaan tingkat produksi dan harga jual ini menyebabkan terjadinya perbedaan pendapatan antara petani anggota dan
non anggota kelompok tani yang dapat terlihat melalui tingkat RC ratio. Nilai RC ratio petani anggota kelompok tani lebih besar dibandingkan dengan RC
ratio petani non anggota kelompok tani. Petani anggota kelompok tani memiliki nilai RC ratio atas biaya tunai sebesar 4.04 dan RC ratio atas biaya total senilai
2.15, sedangkan petani non anggota kelompok tani hanya memiliki nilai RC ratio atas biaya tunai sebesar 3.55 dan RC ratio atas biaya total senilai 1.77. Hal ini
mengindikasikan bahwa jika dilihat dari status keanggotaan kelompok tani, baik berdasarkan biaya tunai dan total, petani anggota memiliki tingkat keuntungan
yang lebih tinggi daripada petani non anggota kelompok tani. Hasil analisis pendapatan ini sesuai dengan hasil analisis fungsi produksi yang menjelaskan
bahwa status keanggotaan kelompok tani berdampak positif pada produksi usahatani.
6.2 Analisis Pendapatan Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan
Tabel 32 memperlihatkan bahwa tingkat produksi rata-rata petani pemilik lahan lebih tinggi dibandingkan petani penyewa lahan. Berdasarkan Tabel 25
terlihat bahwa petani pemilik lahan menghasilkan rata-rata 7 108.10 Kg padi per Ha per musim tanam, sedangkan rata-rata petani penyewa lahan hanya dapat
menghasilkan 7 076.59 Kg padi per ha per musim tanam. Perbedaan petani pemilik lahan dan penyewa lahan juga dapat dilihat dari perbedaan tingkat harga
jual padi petani. Berdasarkan Tabel 25, petani pemilik lahan rata-rata menjual padi dengan tingkat harga Rp 2 587.88 per Kg, sedangkan rata-rata petani
penyewa lahan sanggup menjual padi dengan tingkat harga Rp 2 590.91 per Kg. Petani penyewa lahan sanggup menjual produknya dengan tingkat harga yang
lebih tinggi dari petani pemilik lahan dikarenakan petani penyewa lahan lebih memperhitungkan sisi komersil dari usahatani tersebut. Perbedaan tingkat
produksi dan tingkat harga jual ini berpengaruh terhadap penerimaan yang diterima oleh petani pemilik lahan dan petani penyewa lahan. Berdasarkan Tabel
32, petani pemilik lahan menerima Rp 18 394 899.61 per Ha per musim tanam, sedangkan petani penyewa lahan hanya menerima Rp 18 334 814.22 per Ha per
musim tanam. Perbedaan dalam pengeluaran terhadap biaya tunai dan non tunai juga
menjadi salah satu faktor pembanding antara petani pemilik lahan dengan petani penyewa lahan. Berdasarkan Tabel 32, petani pemilik lahan rata-rata
mengeluarkan sekitar Rp 4 236 435.04 untuk biaya tunai dan Rp 4 801 952.88 untuk biaya non tunai per Ha per musim tanam. Petani penyewa lahan rata-rata
mengeluarkan sekitar Rp 4 123 062.79 untuk biaya tunai dan Rp 4 108 738.68 untuk biaya non tunai per Ha per musim tanam.
Tingginya biaya yang ditanggung oleh petani pemilik lahan dikarenakan beberapa faktor, diantaranya adalah biaya pupuk urea, pupuk cair, pestisida,
penyusutan dan biaya tenaga kerja pria dalam keluarga yang lebih besar dibandingkan petani penyewa lahan. Hal ini sesuai dengan besarnya penggunaan
faktor produksi tersebut pada Tabel 23. Berdasarkan hasil perhitungan, dapat dilihat bahwa rata-rata pendapatan petani penyewa lahan lebih besar daripada
petani pemilik lahan. Rata-rata dalam per Ha per musim tanam, petani penyewa lahan dapat mendapatkan Rp 14 211 751.43 pendapatan atas biaya tunai dan Rp
10 103012.75 pendapatan atas biaya total, sedangkan petani pemilik lahan hanya dapat menghasilkan Rp 14 158 464.57 pendapatan atas biaya tunai dan
Rp 9 356 511.69 pendapatan atas biaya total. Selain itu, terdapat perbedaan antara RC ratio atas biaya tunai petani pemilik lahan dan petani penyewa lahan. Nilai
RC ratio atas biaya tunai petani penyewa lahan lebih besar dibandingkan dengan RC ratio petani pemilik lahan. Petani penyewa lahan memiliki nilai RC ratio
atas biaya tunai sebesar 4.45 dan nilai RC ratio atas biaya total sebesar 2.22, sedangkan petani pemilik lahan hanya mendapatkan nilai RC ratio atas biaya
tunai sebesar 4.34 dan nilai RC ratio atas biaya total sebesar 2.03. Hasil dari penghitungan RC ratio ini mengindikasikan bahwa jika dilihat dari status
kepemilikan lahannya dan perbandingan dengan biaya tunai dan biaya total, maka petani penyewa lahan lebih menguntungkan dibandingkan petani pemilik lahan.
Tabel 32 Rata-rata penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani padi Desa Kopo berdasarkan status kepemilikan lahan
No Uraian
Kepemilikan Lahan Pemilik
RpHaMT Persentase
Penyewa RpHaMT
Persentase 1.
Penerimaan Rp 18 394 899.61
- 18 334 814.22
-
2. Biaya Tunai
Tenaga Kerja Pria Luar Keluarga
575 500 6.37
655 000 7.96
Tenaga Kerja Wanita Luar Keluarga
507 200 5.61
562 600 6.83
Benih 300 601.33
3.33 294 887.64
3.58 Pupuk Kandang
205 459 2.27
224 092 2.43
Pupuk Urea 1 370 234.75
15.16 1 071 985.5
11.61 Pupuk Cair
395 055.43 4.37
146 592.93 1.78
PBB 383 540.95
4.24 Sewa Lahan
855 567.06 10.79
Pestisida 382 782.98
4.23 164 610.39
1.99 Ternak
94 545.45 1.05
124 545.45 1.51
Pengairan 21 515.15
0.24 23 181.82
0.28
Biaya Tunai 4 236 435.04
46.87 4 123 062.79
50.08
3. Biaya Non Tunai
Penyusutan 7 602.88
0.08 3 788.68
0.05 Tenaga Kerja Pria Dalam
Keluarga 4 160 750
46.03 3 420 750
41.55 Tenaga Kerja Wanita
Dalam Keluarga 633 600
7.01 684 200
8.31
Biaya Non Tunai
4 801 952.88 53.13
4 108 738.68 49.92
4. Biaya Total
9 038 387.92 100
8 231 801.47 -
5. Pendapatan atas Biaya
Tunai
14 158 464.57 -
14 211 751.43 -
6. Pendapatan atas Biaya
Total
9 356 511.69 -
10 103 012.75 -
7. RC Biaya Tunai
4.34 -
4.45 -
8.
RC Biaya Total 2.03
- 2.22
-
Sumber: Data Primer Diolah, 2013
6.3 Analisis Pendapatan Berdasarkan Keanggotaan Kelompok Tani dan Status Kepemilikan Lahan
Tabel 33 memperlihatkan bahwa tingkat produksi petani anggota kelompok tani-pemilik lahan AM lebih tinggi dibandingkan tingkat produksi
petani anggota kelompok tani-penyewa lahan AS, petani non anggota kelompok tani-pemilik lahan NM dan petani non anggota kelompok tani-penyewa lahan
NS. Petani AM memiliki tingkat produksi yang paling tinggi, yakni sebesar 7
570 Kg per ha per musim tanam dibandingkan petani AS 7 000.29 Kg per Ha per musim tanam, petani NM 6 298.21 Kg per Ha per musim tanam dan petani NS
7 186.81 Kg per Ha per musim tanam. Perbedaan antara empat karakteristik ini juga terjadi pada perbedaan tingkat harga jual produk. Berdasarkan Tabel 28,
Petani AS memiliki tingkat harga yang paling tinggi dengan Rp 2 780.77 per Kg dibandingkan dengan tingkat harga petani AM Rp 2 771.43 per Kg, petani NM
Rp 2 266.67 per Kg dan petani NS sebesar Rp 2 316.67 per Kg. Perbedaan tingkat produksi dan harga tersebut mengakibatkan terjadinya perbedaan
penerimaan oleh masing-masing karakteristik petani. Berdasarkan Tabel 33, Petani AM memiliki tingkat penerimaan paling tinggi dengan Rp 20 982 183 per
musim tanam. Tabel 33 Rata-rata penerimaan dan biaya usahatani petani padi Desa Kopo
berdasarkan keanggotaan kelompok tani dan status kepemilikan Lahan RpHaMT
Uraian Keanggotaan Kelompok Tani
Anggota Non Anggota
Pemilik AM Penyewa AS
Pemilik NM Penyewa NS
Penerimaan Rp 20 982 183
19 466 191 14 275 952
16 649 451
Biaya Tunai TPLK
640 250 621 500
461 750 703 500
TWLK 451 600
516 600 604 200
628 800 Benih
327 960 256 649.01
250 030.96 350 874.61
Pupuk Kandang 230 551
237 352 161 547
204 938 Pupuk Urea
1 540 125 1 198 573.22
1 040 783.44 885 424.58
Pupuk Cair 349 779.60
131 614.90 474 288.14
168 227.85 PBB
373 181.13 401.670.63
Sewa Lahan 956 371
709 961.33 Pestisida
317380.35 278 571.43
497 237.57 Ternak
96 428.57 115 000
91250 138 333.33
Pengairan 21 904.76
22 692.31 20 833.33
23 888.89
Biaya Tuna i
4 349 160.41 4 334 923.87
4 003 591.07 3 813 948.59
Biaya Tidak Tunai Penyusutan
4 517.93 3 359.94
13 001.53 4 407.96
TPDK 4 200 500
3 304 750 4 090 500
3 588 000 TWLK
696 600 689 200
523 000 677 200
Biaya Tidak Tunai 4 901 617.93
3 997 309.94 4 626 501.53
4 269 607.96 Biaya Total
9 250 778.34 8 332 233.81
8 630 092.6 8 083 556.55
Pendapatan atas Biaya Tunai
16 633 022.59 15 131 267.13
10 272 360.93 12 835 502.41
Pendapatan atas Biaya Total
11 731 404.07 11 133 957.19
5 645 859.4 8 565 894.45
RC Biaya Tunai 4.82
4.49 3.56
4.36 RC Biaya Total
2.27 2.33
1.65 2.05
Sumber: Data Primer Diolah 2013
Perbedaan dalam pengeluaran terhadap biaya tunai dan non tunai juga menjadi salah satu faktor pembeda antar empat karakteristik petani ini. Petani AM
memiliki biaya tunai dan non tunai paling besar. Berdasarkan Tabel 33, petani AM harus mengeluarkan biaya tunai sebesar Rp 4 349 160.41 dan biaya non tunai
sebesar Rp 4 901 617.93 per musim tanam. Tingginya biaya tunai dan non tunai petani AM ini disebabkan oleh biaya pupuk urea dan biaya tenaga kerja pria
dalam keluarga yang lebih tinggi dibandingkan biaya yang sama pada karakteristik petani lainnya. Hal ini sesuai dengan besarnya penggunaan faktor
produksi tersebut pada Tabel 26. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 33, dapat dilihat bahwa petani
AM memiliki tingkat pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total terbesar dengan tingkat pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 16 633 022.59 dan
pendapatan atas biaya total sebesar Rp 11 731 404.07. Hal yang sama kita dapat lihat pada nilai RC ratio atas biaya tunai antar empat karakteristik ini. Pada nilai
RC ratio atas biaya tunai, petani AM menjadi yang paling tinggi dengan nilai sebesar 4.82. Namun hal yang berbeda kita temui pada nilai RC ratio atas biaya
total, dimana petani AS memiliki nilai RC ratio yang paling tinggi dengan 2.33. Hal ini mengindikasikan bahwa petani AS lebih menguntungkan secara finansial
dibadingkan tiga karakteristik lainnya. Hasil dari penghitungan RC ratio ini mengindikasikan bahwa jika dilihat dari status keanggotaan kelompok tani, status
kepemilikan lahan dan biaya tunai, maka petani AM lebih menguntungkan dibandingkan tiga jenis petani lainnya. Namun jika kita dilihat dari status
keanggotaan kelompok tani, kepemilikan lahan dan biaya total, maka petani NS lebih menguntungkan dibandingkan dengan tiga jenis petani lainnya.
7. SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan terhadap hasil penelitian ini dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani padi anggota dan non anggota kelompok tani terdapat lima variabel yang berpengaruh nyata
pada taraf α = 10 persen yaitu benih, pupuk kandang, tenaga kerja wanita dalam keluarga, tenaga kerja wanita luar keluarga dan keanggotaan kelompok
tani 2. Analisis pendapatan petani padi di Desa Kopo menunjukkan bahwa
berdasarkan keanggotaan kelompok tani, petani anggota kelompok tani memiliki pendapatan yang lebih besar dibandingkan petani non anggota
kelompok tani. Berdasarkan status kepemilikan lahan usahatani, petani penyewa lahan memiliki pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan
petani pemilik lahan. Berdasarkan keanggotaan dan status kepemilikan lahan usahatani, petani anggota kelompok tani dan penyewa lahan memiliki
pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan karakteristik responden lainnya.
7.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan dari usahatani
padi yaitu sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan produksi padi di usahatani ini sebaiknya petani padi meningkatkan penggunaan benih, pupuk kandang, tenaga kerja wanita dalam
keluarga, tenaga kerja wanita luar keluarga dan keanggotaan kelompok tani yang memiliki pengaruh nyata pada analisis faktor-faktor produksi.
2. Untuk meningkatkan pendapatan usahatani, maka petani non anggota kelompok tani harus menjadi anggota kelompok tani.
3. Penelitian usahatani padi di Desa Kopo ini hanya membandingkan tingkat produksi dan pendapatan petani usahatani padi, maka perlu adanya penelitian
lanjutan untuk mengetahui efisensi penggunaan faktor produksi padi.
DAFTAR PUSTAKA
Amri AN 2011. Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu Studi Kasus: Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor.
Skripsi Sarjana. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2013. Indikator Ekonomi Indonesia 2013. Badan Pusat Statistik, Jakarta.
_________________. 2012. Statistik Jawa Barat Tahun 2012. Badan Pusat Statistik, Jawa Barat
_________________. 2013. Tanaman Pangan Indonesia. Badan Pusat Statistik, Jakarta
Badan Pusat Statistik Jawa Barat. 2012. Kecamatan Cisarua Dalam Angka 2012. BPS, Jakarta.
Basmah, Sausan. 2013. Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Semiorganik dan Anorganik Serta Anggota dan Non Anggota Koperasi Kelompok Tani di
Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. Skripsi Sarjana. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Daniel M. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta Dalim. 1990. Pengaruh Faktor Kelembagaan dalam Peningkatan Produktivitas
Padi di Sumatera Barat. Tesis Magister Sains. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Debertin DL. 1986. Agricultural Production Economics. Macmillan Publishing Company, New York.
Duchlun I, Arimong AR, Nilawati E. 2006. Analisis Usahatani Rambutan Nepehelium lappaceum L Terhadap Peningkatan Pendapatan Petani.
Jurnal Agrbisnis 21 Gujarati D. 2008. Basic Econometrics. McGraw-Hill, New York.
Harvey AC. 1990. The Econometrics Analysis of Time Series 2nd ed. MIT Press,
Cambridge Hernanto F. 1989. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta.
Juanda B. 2009. Ekonometrika: Pemodelan dan Pendugaan. IPB Press, Bogor.