dimana: TR
= Total penerimaan usahatani Rp
TC =
Total biaya usahatani Rp π
= Pendapatan usahatani Rp
P
Y
= Harga jual output Rp
Y =
Total jumlah output Kg FC
= Biaya tetap Rp
VC =
Biaya variabel Rp Berdasarkan penghitungan di atas kita dapat melihat faktor penerimaan
dan faktor pengeluaran dalam kegiatan usahatani. Penerimaan usahatani dapat diperoleh dari perkalian antara harga jual output dengan total jumlah input yang
dijual. Biaya usahatani dapat diperoleh dari perkalian antara harga beli input dengan total jumlah input produksi yang digunakan dalam menjalankan kegiatan
usahatani tersebut. Pendapatan petani padi ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni pendapatan
atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan biaya tunai adalah pendapatan berdasarkan biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani,
sedangkan pendapatan atas biaya total adalah pendapatan yang diperoleh dengan meperhitungkan input milik keluarga dan biaya penyusutan alat-alat produksi.
Tingkat pendapatan usahatani dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut: π total =
TR – TC ...................................................................... 2.12
π total = TR
– Bt + Bnt ........................................................... 2.13 π tunai =
TR – Bt ....................................................................... 2.14
dimana: π total =
Pendapatan atas biaya total π tunai =
Pendapatan atas biaya tunai TR
= Total penerimaan
BT =
Biaya total Bt
= Biaya tunai
Bnt =
Biaya non tunai Berdasarkan perbedaan pendapatan biaya tunai dan biaya total, makan
perbedaan antara pendapatan petani anggota kelompok tani dan petani non
anggota kelompok tani dapat dilihat dari perhitungan analisis Return Cost Ratio atau RC Ratio. Menurut Soekartawi 1995, RC Ratio adalah perbandingan
antara total penerimaan dengan total biaya. Perhitungan RC Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
⁄ .................................................. 2.15
⁄ ................................................... 2.16
dimana: RC 1 : Usahatani menguntungkan untuk dijalankan
RC 1 : Usahatani tidak menguntungkan untuk dijalankan. RC = 1 : Usahatani masih menguntungkan untuk dijalankan.
Berdasarkan hasil perhitungan RC Ratio ini dapat dilihat bahwa usahatani yang dijalankan dengan RC Ratio yang semakin tinggi, maka usahatani tersebut
semakin menguntungkan untuk dijalankan. Hal ini berlaku sebaliknya jika nilai RC Ratio semakin kecil, maka usahatani tersebut semakin tidak menguntungkan
untuk dijalankan.
2.6 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu terkait tujuan penelitian ini yang dapat dijadikan referensi antara lain penelitian Rifqie 2008, Amri 2011, Lestari
2010, Wulandari 2011, Suroso 2006, Septian 2010, Dalim 1990 dan Basmah 2013. Penjelasan terhadap penelitian-penelitian tersebut dapat dilihat
pada Tabel 8. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu antara lain memiliki kesamaan metode dalam menganalisis fungsi produksi dengan
menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas sebagai alat analisis. Penggunaan fungsi produksi Cobb Douglas juga dapat terlihat pada penelitian Rifqie 2008,
Amri 2011, Lestari 2010, Suroso 2006 dan Basmah 2013. Penelitian ini juga memiliki kesamaan dalam menganalisis pendapatan usahatani menggunakan
RC ratio dengan penelitian Rifqie 2008, Amri 2011, Lestari 2010, Wulandari 2011, Suroso 2006 dan Basmah 2013. Berdasarkan komoditi
yang dijadikan komoditas penelitian, penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian Wulandari 2011 dan Basmah 2013 dengan menggunakan padi
sebagai komoditas yang dianalisis.
No PenelitiJudul
Tujuan Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian 1
Ade Suryani Rifqie 2008
Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Produksi
Usahatani Kubis Studi Kasus:
Desa Cimenyan,
Kecamatan Cimenyan,
Kabupaten Bandung 1. Menganalisis
pendapatan usahatani kubis di
Desa Cimenyan 2. Menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat produksi
kubis di
Desa Cimenyan
Metode analisis pendapatan menggunatan RC ratio dan
efisiensi produksi
menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas
1. Usahatani kubis menguntungkan dilakukan pada dua periode tanam di musim hujan. Nilai RC ratio yang didapat pada
usahatani yang dilakukan di awal musim hujan lebih tinggi daripada dipertengahan musim hujan.
2. Usahatani kubis di awal musim hujan berada pada kondisi constant return to scale. Faktor produksi yang berpengaruh secara
signifikan dengan elastisitas positif adalah benih, pupuk kandang, pupuk imia dan pestisida padat. Faktor produksi yang
berpengaruh secara signifikan pada elastisitas negatif adalah tenaga kerja dan pestisida cair. Usahatani kubis di pertengahan
musim hujan pun berada pada kondisi constant return to scale. Faktor-faktor produksi yang berpengaruh signifikan dengan
elastisitas positif adalah pupuk kandang, pupuk kimia dan pestisida padat. Faktor-faktor produksi yang berpengaruh secara
signifikan dengan elastisitas negatf adalah tingkat serangan hama dan penyakit. Benih dan pestisida cair tidak berpengaruh secara
signifikan.
2 Alfian
Nur Amri
2011 Analisis
Efisiensi Produksi
dan Pendapatan
Usahatani Ubi Kayu Studi Kasus: Desa
Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten
Bogor 1. Menganalisis
penerapan pedoman
usahatani ubi kayu POB
usahatani ubi kayu di Desa
Pasirlaja 2. Menganalisis
pendapatan petani dalam usatani ubi
kayu di
Desa Pasirlaja.
3. Menganalisis efisiensi
penggunaan faktor-faktor
Menggunakan metode analisis pendapatan RC ratio dan dan
analisis efisiensi
produksi menggunakan fungsi produksi
Cobb Douglas. 1.
Petani ubi kayu Desa Pasirlaja belum sepenuhnya menerapkan pedoman usahatani ubi kayu. Hal ini ditunjukan oleh penggunaan
pupuk dan pola penanaman yang belum sesuai dengan pedoman usahatani ubi kayu.
2. Usahatani ubi kayu Desa Pasirlaja memberikan keuntungan secara ekonomi bagi petani. Hal ini ditunjukan oleh ilai RC rasio atas
biaya tunai sebesar 2,80 dan RC rasio atas biaya total sebesar 1,59.
3. Penggunaan input pada usahatani ubi kayu Desa Pasirlaja belum optimal. Hal ini ditunjukan oleh nilai rasio NPM-BKM yang tidak
sama dengan satu. Selain itu terdapat ketidaksesuaian dengan literatur. Terjadi ketidaksesuaian dalam hal penggunaan input
optimal untuk pupuk urea dan pupuk kandang. Hal ini ditunjukan oleh penggunaan optimal untuk pupuk urea dari hasil analisis
sebesar 1.083 kgha, sedangkan dari hasil literatur sebesar 200 kgha. Begitu pula penggunaan optimal untuk pupuk kandang dari
23 Tabel 8 Penelitian terdahulu