Daerah Produksi Analisis Fungsi Produksi

b. Uji Heteroskedastisitas Menurut Juanda 2009, heteroskedastisitas adalah jika ragam sisaan untuk tiap pengamatan dari peubah bebas dalam model regresi tidak sama. Masalah heteroskedastisitas ini sering ditemui pada data cross section meskipun masalah ini dapat juga terjadi pada data time series. Heteroskedastisitas berakibat pada dugaan parameter koefisien regresi dengan metode OLS tetap tidak bias dan konsisten tapi standar errornya bias ke bawah. Selain itu heteroskedastisitas juga berakibat pada pendugaan OLS yang tidak efisien lagi. Uji Glejser merupakan salah satu cara untuk menguji adanya heteroskedastisitas. Jika nilai probabilitas Chi- Square lebih besar dari taraf α yang digunakan, berarti tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. c. Uji Kenormalan Uji kenormalan menggunakan uji Jarque-Berra Juanda, 2009. Uji ini membandingkan antara P value dengan taraf α yang digunakan. Jika nilai P value lebih kecil dari taraf nyata, maka error term tidak terdistribusi normal atau terdapat masalah kenormalan.

2.5 Analisis Pendapatan

Menurut Soekartawi 1986, pendapatan usahatani dibedakan atas pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor usahatani didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Pendapatan kotor usahatani sendiri dapat dibedakanmenjadi dua jenis, yakni pendapatan kotor tunai dan pendapatan kotor tidak tunai. Pendapatan kotor tunai adalah nilai uang yang diterima dari penjualan produk hasil usahatani dan tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usahatani yang berbentuk benda dan yang dikonsumsi. Adapun pendapatan kotor tidak tunai adalah pendapatan bukan dalam bentuk uang, namun seperti hasil panen yang dikonsumsi, digunakan dalam usahatani lainnya untuk makanan ternak atau disimpan dalam gudang dan pembayaran dalam bentuk benda. Pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani. Menurut Daniel 2004, peningkatan keuntungan usahatani dapat dicapai oleh petani dengan melakuakn usahataninya secara efisien. Konsep ini meliputi efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi ekonomi. Efisiensi teknis akan dapat tercapai bila petani mampu mengalokasikan faktor produksi sedemikian rupa sehingga hasil yang tinggi dapat dicapai. Jika petani mendapatkan keuntungan yang besar dari usahataninya, misalnya karena pengaruh harga, maka petani tersebut dapat dikatakan mengalokasikan faktor produksinya secara efisiensi harga. Menurut Hernanto 1989, penerimaan tunai dapat menggambarkan tingkat kemajuan ekonomi usahatani dalam spesialisasi dan pembagian kerja. Analisis produksi memerlukan empat unsur yaitu rata-rata inventaris, penerimaan usahatani, pengeluaran usahatani dan penerimaan dari berbagai sumber. Keadaan rata-rata inventaris adalah jumlah nilai awal ditambah nilai inventaris dibagi dua. Menilai aset benda pada usahatani dapat dilaksanakan dengan melihat harga pembelian dikurangi dengan penyusutan. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan usahatani adalah penerimaan dari semua sumber usahatani yang meliputi nilai penjualan hasil usahatani dan penmbahan faktor produksi yang didapatkan. Pendapatan usahatani terbagi menjadi dua, yakni pendapatan tunai dan pendapatan non tunai. Pendapatan tunai adalah selisih antara pendapatan kotor dengan pengeluaran hasil usahatani. Pendapatan non tunai adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Adapun tujuan utama dari analisis pendapatan adalah sebagai indikator tingkat keberhasilan suatu usahatani dalam memanfaatkan faktor produksi seefisien mungkin. Penghitungan pendapatan usahatani dapat dilakukan dengan rumus Soekartawi, 1995: π = TR – TC ...................................................................... 2.10 = P Y .Y – FC+VC........................................................ 2.11 dimana: TR = Total penerimaan usahatani Rp TC = Total biaya usahatani Rp π = Pendapatan usahatani Rp P Y = Harga jual output Rp Y = Total jumlah output Kg FC = Biaya tetap Rp VC = Biaya variabel Rp Berdasarkan penghitungan di atas kita dapat melihat faktor penerimaan dan faktor pengeluaran dalam kegiatan usahatani. Penerimaan usahatani dapat diperoleh dari perkalian antara harga jual output dengan total jumlah input yang dijual. Biaya usahatani dapat diperoleh dari perkalian antara harga beli input dengan total jumlah input produksi yang digunakan dalam menjalankan kegiatan usahatani tersebut. Pendapatan petani padi ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan biaya tunai adalah pendapatan berdasarkan biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani, sedangkan pendapatan atas biaya total adalah pendapatan yang diperoleh dengan meperhitungkan input milik keluarga dan biaya penyusutan alat-alat produksi. Tingkat pendapatan usahatani dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut: π total = TR – TC ...................................................................... 2.12 π total = TR – Bt + Bnt ........................................................... 2.13 π tunai = TR – Bt ....................................................................... 2.14 dimana: π total = Pendapatan atas biaya total π tunai = Pendapatan atas biaya tunai TR = Total penerimaan BT = Biaya total Bt = Biaya tunai Bnt = Biaya non tunai Berdasarkan perbedaan pendapatan biaya tunai dan biaya total, makan perbedaan antara pendapatan petani anggota kelompok tani dan petani non

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN AKTIVITAS ANGGOTA KELOMPOK TANI TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT (Capsicum frutescents L.) (Studi Kasus di Desa Kepanjen Kecamatan Gumukmas Kabupaten Jember)

0 3 26

HUBUNGAN AKTIVITAS ANGGOTA KELOMPOK TANI TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT (Capsicum frutescents L.) (Studi Kasus di Desa Kepanjen Kecamatan Gumukmas Kabupaten Jember)

0 5 26

PENDAPATAN DAN KESEJAHTERAAN PETERNAK KAMBING PE ANGGOTA DAN NON ANGGOTA KELOMPOK TANI DI DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDUNG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN

6 83 115

EFISIENSI EKONOMI RELATIF USAHATANI JAGUNG ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA KELOMPOK TANI DI KECAMATAN NATAR KEBUPATEN LAMPUNG SELATAN

1 11 103

Analisis keragaan koperasi dan tingkat partisipasi anggota koperasi unit desa (KUD) Giri Tani, desa Cibeureum, kecamatan Cisarua, kabupaten Bogor

3 18 117

Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Semiorganik dan Anorganik serta Anggota dan Non Anggota Koperasi Kelompok Tani di Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor

1 13 141

Pemasaran dan Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor

4 14 128

Analisis Pendapatan dan Pola Pemasaran Usahatani Anggrek Vanda douglas (Studi Kasus: Petani Anggota dan Non Anggota "Gapoktan Bersatu" Desa RAwakalong, Kecamatan Gunungg Sindur, Kabupaten Bogor)

4 36 110

Partisipasi Dan Perubahan Perilaku Anggota Kelompok Wanita Tani Di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

0 2 1

TINGKAT PERANAN DAN PENDAPATAN ANGGOTA KELOMPOK TANI PADI SAWAH (Oryza sativa L) (Studi Kasus pada Kelompok Tani Pataripa di Desa Jelat Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis)

0 1 5