commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa di dalam penggunaannya berfungsi sebagai sarana pikir, ekspresi, dan sarana komunikasi. Sebagai sarana pikir, bahasa menuntun masyarakat
penuturnya untuk bertindak tertib dan santun. Sebagai sarana ekspresi, bahasa membawa penggunanya kepada suasana kreatif karena bahasa sebagai sarana
pengungkap pemikiran tentang ilmu, teknologi, dan seni membentuk kecerdasan. Sebagai sarana komunikasi, bahasa menciptakan suasana keakraban dan
kebersamaan yang pada akhirnya dapat memupuk rasa kekeluargaan dan kesetiakawanan dalam masyarakat Dendy Sugono, 2007:36.
Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji bagaimana bahasa dipergunakan untuk berkomunikasi pada konteks tertentu Nadar, F.X.,
2009:255. Bahasa sebagai media untuk komunikasi dan mengungkap pikiran sekaligus penyampai pesan mengenai pengaduan, ekspresi emosi, dan permintaan
informasi baik yang dilakukan secara tertulis maupun lisan di media-media komunikasi, misalnya media cetak dan media elektronik.
Seorang penutur mengutarakan suatu pesan kepada lawan tutur. Lawan tutur dapat memahami pesan tersebut. Selanjutnya, memberikan tanggapan atau
respon yang relevan sehingga dapat diterima dengan baik pada waktu penyampaian pesan, maka penutur mengunakan strategi
. Kata “strategi” dalam strategi kesopanan berbahasa tidak selalu mengandung arti usaha sadar untuk
commit to user 2
berperilaku sopan, melainkan juga merujuk pada ungkapan-ungkapan berbahasa yang bersifat runtut serta mengacu pada upaya berbicara secara sopan.
Melalui bahasa, setiap penutur berinteraksi dengan lawan tutur yang lain yang senantiasa menjaga dan bekerjasama untuk menghormati muka masing-
masing. Penutur menyadari bahwa muka tersebut dimiliki oleh lawan tuturnya. Dikatakan oleh Brown dan Levinson 1987:65-68 bahwa konsep tentang muka
ini bersifat universal, dan secara alamiah terdapat berbagai tuturan yang cenderung merupakan tindakan yang tidak menyenangkan yang disebut Face
Threatening Acts tindakan yang mengancam muka dan disingkat menjadi FTA. Sehubungan dengan itu, penutur seharusnya menggunakan strategi kesopanan
tertentu untuk mengurangi risiko atau akibat kurang menyenangkan dari tuturannya. Muka
‘face’ menurut Brown dan Levinson 1987 dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu muka negatif dan muka positif.
Dalam bukunya Brown dan Levinson yang berjudul Politiness Some in Universals in Language Usage menjelaskan bahwa sejumlah tindakan memang
dapat mengancam baik muka negatif maupun positif lawan tutur. Note that there is an overlap in this classification of FTA,
because some FTA intrinsically threaten both negative and positive face e.g. complaints, interruptions, threats, strong
expressions of emotion, requests for personal information Brown and Levinson, 1987:67.
Harap diperhatikan bahwa ada kerancuan dalam klasifikasi FTA karena sejumlah FTA secara intrinsik mengancam muka baik muka negatif maupun muka positif
misalnya pengaduan, interupsi, ancaman, ungkapan emosional yang kuat, permintaan informasi yang bersifat pribadi.
commit to user 3
“Pembaca Menulis”, merupakan salah satu rubrik di harian Jawa Pos yang berisi surat pengaduan dari pembaca kepada dewan redaksi. Dewan redaksi
dalam rubrik itu sebenarnya hanya sebagai mediator karena surat sebenarnya ditujukan kepada individu atau lembaga tertentu. Rubrik sendiri dapat diartikan
sebagai bagian dari surat kabar atau pun majalah, misalnya seni, sastra: rubrik pikiran pembaca, bagian atau ruangan dalam surat kabar yang memuat pendapat
dari pembaca tentang apa saja Badudu dan Zain, 1994:1118. Pada umumnya su
rat yang dikirimkan kepada ”Pembaca Menulis” berisi pengaduan yang berkenaan dengan rasa kecewa, tidak puas, dirugikan, dan
pengalaman yang tidak menyenangkan terhadap suatu lembaga, perusahaan, maupun individu.
”Pembaca Menulis” ini mencerminkan emosi negatif pengadu karena memiliki masalah dengan teradu yang belum terselesaikan. Melalui surat
aduan, pengadu berharap masalah yang dihadapi diketahui oleh masyarakat sehingga teradu memiliki inisiatif untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Berdasarkan pengamatan pada aduan, diperoleh emosi negatif yang diungkapkan dalam tindak tutur memerintah, memberi nasihat, mengeluh,
mengkritik, menuduh, menghina, marah, meminta penyelesaian, bertanya, menuntut, menagih janji, dan memberi saran. Secara umum struktur wacana surat
aduan terdiri atas dua bagian, yaitu bagian yang berisi tindakan aduan dan bagian yang berisi penceritaan masalah atau peristiwa dan upaya penyelesaian yang telah
dilakukan oleh pengadu yang melatari munculnya tindak aduan tersebut. Pemberian tanggapan atas surat aduan memiliki kepentingan untuk
mempertahankan nama baik. Aduan yang tidak ditanggapi akan membangun suatu interpretasi bahwa aduan itu benar. Hal tersebut akan merugikan teradu, terlebih
commit to user 4
apabila teradu adalah lembaga yang menempatkan masyarakat umum sebagai konsumen, seperti bank, lembaga, sekolah, perusahaan, dan layanan masyarakat
lain. Pemberian tanggapan yang tepat akan membangun kesan yang baik bagi konsumen.
Seorang pengadu dalam mengutarakan masalahnya dalam bentuk surat terbuka mengharapkan masalahnya segera ditanggapi dan mendapatkan suatu
penyelesaian yang diinginkan. Tindakan tersebut berpotensi menganggu kebebasan penulis sendiri atau orang lain, dan dikatakan sebagai tindakan yang
mengancam muka. Berdasarkan pengamatan awal, sebagian surat aduan tersebut mendapat tanggapan dari individu atau lembaga yang diadukan, dan sebagian
tidak mendapat tanggapan. Pengungkapan aduan dan tanggapan berpotensi mengancam muka
pengadu dan teradu. Tindakan pengadu mengadukan masalahnya dalam bentuk surat terbuka secara dominan mengancam muka positif teradu, karena tindakan
pengadu tersebut menyebabkan keinginan teradu agar dihargai atau disenangi orang lain terganggu. Sebaliknya, menanggapi aduan merupakan upaya untuk
membela diri agar kepercayaan konsumen tetap terjaga. Tindakan tersebut berpotensi mengancam muka positif dan negatif teradu.
Sebuah lembaga atau individu yang diadukan secara terbuka dalam “Pembaca Menulis” mukanya terancam, baik muka positif maupun negatif. Secara
umum, muka yang terancam adalah muka positif karena melalui surat tersebut masyarakat umum menjadi tahu bahwa individu atau lembaga tersebut
bermasalah. Dalam konteks tersebut, mereka mempunyai dua pilihan, yaitu tidak menanggapi atau menanggapi aduan tersebut.
commit to user 5
Jika cara pertama yang dilakukan, mereka tidak melakukan ancaman muka, tetapi membiarkan masyarakat menyetujui aduan tersebut. Khusus untuk
lembaga layanan masyarakat, kondisi seperti itu akan merugikan karena kepercayaan masyarakat terhadap lembaga tersebut dapat berkurang. Sebaliknya,
jika cara kedua yang dilakukan, mereka dapat melakukan klarifikasi untuk membela diri, tetapi ada kemungkinan tanggapan akan mengancam muka teradu
sendiri. Risiko yang diterima dari cara kedua ini dapat dikurangi apabila pengungkapan surat tanggapan dilakukan dengan menggunakan strategi
kesopanan tertentu. Oleh karena itu, sebagian surat aduan yang ditujukan kepada suatu lembaga memperoleh tanggapan.
Penelitian ini menganalisis tindakan komunikasi yang dilakukan oleh pengadu dan teradu yang mengandung unsur pengancaman muka dan strategi
kesopanan dalam rubrik “Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos. Penulis tertarik
meneliti ini dikarenakan: 1 rubrik “Pembaca Menulis” ini berisi permasalahan
mengenai pengaduan yang diterbitkan setiap hari Senin sampai Sabtu pada halaman 6 dengan melampirkan alamat lengkap disertai fotokopi identitas diri dan
nomor telepon; 2 penulis menganggap bahwa seseorang menulis surat pembaca yang berkenaan dengan pengaduan ini dikarenakan kesulitan mengungkapkan
masalah secara langsung kepada suatu lembaga atau individu, yang sudah berusaha berkali-kali mengungkapkan masalahnya, tetapi tidak mendapat
tanggapan sehingga pengaduan i ni diungkapkan dalam rubrik ”Pembaca Menulis”
di harian Jawa Pos; 3 melakukan pengaduan dan menanggapi pengaduan merupakan persoalan yang menarik untuk dikaji karena berpotensi mengancam
muka antara pengadu dan teradu. Tindakan komunikasi tersebut, baik pengadu
commit to user 6
maupun teradu dapat menggunakan strategi kesopanan tertentu untuk mencapai tujuan masing-masing.
Oleh sebab itu, penulis mengambil topik Tindakan Pengancaman Muka dan S
trategi Kesopanan dalam Rubrik ”Pembaca Menulis” di Harian Jawa Pos dengan Kajian Pragmatik.
B. Pembatasan Masalah