Penerimaan Outer Model Pengaruh Sumber Daya Finansial, Aset Tidak Berwujud Dan Keunggulan Bersaing Yang Berimplikasi Terhadap Kinerja Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Di Lombok Ntb

30 yang berhubungan dengan perencanaan dan desain untuk mengetahui beberapa besar dan kapan biaya diperlukan Siagian R 1999. Menurut Wasis 1981, biaya dibedakan menjadi 2 yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap ialah biaya yang sampai pada batas tertentu tidak berubah. Biaya ini tidak dipengaruhi besar kecilnya volume hasil atau oleh kesibukan perusahaan sampai pada tingkat yang tertentu saja.Ada atau tidak ada kesibukan perusahaan, biaya harus diperhitungkan. Biaya tidak tetap adalah biaya yang berubah-ubah mengikuti kesibukan perusahaan. Biaya ini akan menjadi nol bila tidak ada kesibukan produksi dan naik secara proporsional bila ada kesibukan perusahaan. Oleh sebab itu juga dinamakan activity cost. Jika ada aktivitas ada biaya, jika tidak ada aktivitas tidak ada biaya. Dasar untuk membedakan biaya tetap dengan biaya tidak tetap ialah tingkat terpengaruhnya atau tingkat perubahannya terhadap volume hasil. Adapun rumus pembiayaan yaitu : TC = TVC + TFC , dimana : TC = Biaya total TVC = Biaya total tidak tetap TFC = Biaya total tetap

4. Analisa Pendapatan Usaha

a. Penerimaan

Hanafiah A.M. dan Saefudin A.M. 1983, penghasilan total TR adalah jumlah uang atau nilai yang diperoleh dari hasil penjualan sejumlah produk yang dihasilkan. Penerimaan dapat diketahui dengan mengalikan volume penjualan dengan harga yang terjadi setiap unitnya. Adapun rumus penerimaan yaitu : TR = P x Q , dimana TR = Penerimaan P = Harga setiap unit Q = Volume penjualan

b. Keuntungan Usaha

Dalam kaitannya untuk mencapai keuntungan yang besar harus diketahui tingkat keuntungan yang akan diperoleh, dengan demikian dapat diketahui efisiensi dari usaha tersebut. Soekartawi, dkk 1986 menyatakan, keuntungan usaha atau pendapatan bersih adalah besarnya penerimaan setelah dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi baik tetap maupun tidak tetap, sehingga keuntungan dapat dirumuskan sebagai berikut : π = TR – TC, dimana π = Keuntungan TR = Total Revenue Total Penerimaan TC = Total Cost Total Biaya Total Revenue merupakan pendapatan kotor usaha yang didefinisikan sebagai nilai produk total usaha tani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Sedangkan Total Cost merupakan pengeluaran total usaha yang didefinisikan sebagai semua nilai masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan dalam proses produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga. 31 Penelitian Terdahulu Indo Yama Nasaruddin 2014 melakukan penelitian disertasi pengaruh sumber daya keuangan dan aset tidak berwujud terhadap kinerja keuangan UMKM di Jakarta Selatan. Penelitian ini menganalisis kapasitas sumber daya keuangan, aset tak berwujud dan kinerja keuangan UMKM di wilayah Jakarta Selatan. Survei dilakukan terhadap pemilik dan pegawai serta konsumen UMKM. Secara umum sumber daya finansial UMKM di Jakarta Selatan sedang. Aset tak berwujud UMKM di Jakarta Selatan secara umum adalah sedang. Kinerja keuangan UMKM di Jakarta Selatan secara umum adalah relatif rendah. Sumber daya finansial berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan namun aset tidak berwujud tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan. Besar koefisien pengaruh sumber daya finansial terhadap kinerja keuangan sebesar 0,396 dan nilai p-value sebesar 0,091 di bawah alpa 0,10 dengan demikian sumber daya finansial berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan UMKM di wilayah Jakarta Selatan. Nilai koefisien pengaruh aset tidak berwujud -0,095 dan nilai p-value sebesar 0,692 jauh di atas 0,10 dengan demikian aset tidak berwujud dengan komponen modal inovasi, modal manusia dan modal pemasaran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan. Nilai koefisien modal inovasi, modal manusia dan modal pelanggan masing-masing sebesar 0,825; 0,936 dan 0,857. Ini menunjukkan bahwa modal inovasi, modal manusia dan modal pemasaran mampu mempengaruhi aset tidak berwujud. Marcus 2011 menyatakan bahwa sumber daya organisasi mencakup sumber daya keuangan, sumber daya fisik dan sumber daya manusia. Kemampuan capabilities membuat organisasi mengeksploitasi sumber daya baik keuangan, fisik dan manusia. Perusahaan mempunyai banyak kapabilitas tetapi hanya sedikit yang mempunyai kompetensi. Kompetensi membuat organisasi menghubungkan sumber daya utama dan kapabilitas, mengkombinasikan dan melakukan transformasi untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya. Sumber daya dan kapabilitas organisasi menumbuhkan kompetensi yang berbeda yang dapat menjadi kekuatan. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja UMKM menunjukkan bahwa karakteristik bisnis, aset, kemampuan, sumber daya dan proses manajemen mempengaruhi keunggulan bersaing dan kinerja bisnis Barney 1991, Teece et al. 1997. El-Hamidi 2011 dalam penelitiannya menemukan bahwa peubah modal manusia mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap efisiensi usaha. Peubah sumber daya keuangan dalam bentuk pinjaman formal mempunyai pengaruh positif terhadap efisiensi bisnis sebagai proksi dari kinerja keuangan pada dua jenis pemilik usaha baik wanita maupun pria. Dalam pengukuran sumber daya keuangan kemampuan memperoleh pinjaman eksternal yang aman menjadi faktor penentu dalam menjalankan bisnis yang efisien baik untuk usaha yang dijalankan perempuan dan laki-laki. Peubah modal manusia memiliki dampak positif dan signifikan terhadap efisiensi usaha yang dijalankan wanita daripada usaha yang dijalankan pria. Sumber daya keuangan dalam bentuk formal pinjaman memiliki pengaruh positif pada efisiensi bisnis usaha pria dan wanita. Ahmad dan Mushraf 2011 menunjukkan aset tak berwujud mempunyai pengaruh terhadap kinerja. Carmeli dan Tishler 2004 membuktikan pengaruh positif antara aset berwujud dan kinerja perusahaan masa depan. Berge, Bjorvatn, Tungodden 2011 aset tak berwujud mempunyai pengaruh yang kuat terhadap 32 kinerja bisnis usaha mikro yang mengalami kesulitan. Penelitian Chiao dan Yang 2011 menunjukkan bahwa UKM sebaiknya melakukan investasi aset tak berwujud khususnya modal inovasi yang lebih besar dalam bentuk riset dan pengembangan untuk memperoleh keuntungan yang lebih tinggi. Modal inovasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja, sedangkan modal pelanggan tidak berpengaruh terhadap kinerja. Reza Steflyando, Abubakar dan Alex Saleh 2014 melakukan penelitian mengenai Analisis kelayakan usaha sapi potong dengan metode Zero Waste Farming di Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung. Analisis kelayakan usaha dilakukan pada lima aspek, yaitu analisis aspek pasar, analisis aspek teknis, analisis aspek legal dan lingkungan, analisis MSDM, dan analisis finansial. Hasil dari aspek pasar pada usaha sapi potong ini dikatakan layak karena peluang pasar yang positif sehingga memungkinkan memasuki pasar, harga yang dipasarkan kompetitif dan bersaing, serta strategi pemasaran yang digunakan cukup bebeda dan unggul. Hasil analisis terhadap aspek teknis pada usaha ini dikatakan layak karena produk bisa dipasarkan dengan proses dan fasilitas yang digunakan, kapasitas mampu memenuhi target produksi yang telah ditetapkan, dan lokasi tempat pendirian usaha merupakan lokasi yang terbaik untuk mendirikan usaha sapi potong. Aspek legal dan lingkungan pada usaha sapi potong menunjukkan bahwa usaha ini dikatakan layak karena memenuhi aturan yang berlaku dan pendiriannya mengikuti prosedur yang telah ditetapkan serta adanya pengelolaan limbah akibat pendirian dan operasi usaha yang akan dilakukan sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitar. Hasil analisis terhadap aspek manajemen sumber daya manusia menunjukkan bahwa usaha ini mempunyai bentuk struktur organisasi dengan pembagian tugas dan fungsi yang jelas dan memiliki tenaga kerja yang cukup untuk menjalankan operasional perusahaan dan adanya kejelasan mengenai wewenang dan tugas bagi setiap pegawai. Aspek finansial menunjukkan Net Present Value NPV, Profitability Index PI, Payback Period PBP dan Internal Rate of Return IRR sebagai syarat kelayakan pendirian usaha sapi potong pada aspek finansial perhitungan dengan hasil Payback Period PBP 5 tahun 2 bulan, Net Present Value NPV Rp. 3.312.004.581,-, dan Interest Return of Rate IRR 12,3. Tabel 3 Perbedaan penelitian terdahulu No Peneliti Peubah yang diteliti Hasil Penelitian Persamaan dan Perbedaan 1 Indo Yama Nasarudin 2014 Pengaruh sumber daya keuangan dan aset tidak berwujud terhadap kinerja keuangan UMKM di Jakarta Selatan. Sumber daya finansial UMKM di Jakarta Selatan sedang. Aset tak berwujud UMKM di Jakarta Selatan secara umum adalah sedang. Kinerja keuangan UMKM di Jakarta Selatan secara umum adalah relatif rendah. Sumber daya finansial berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan namun aset tidak berwujud tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan. Persamaan pada peubah sumber daya finansial, asset tidak berwujud dan kinerja keuangan. Perbedaan pada penilitian ini menambahkan Peubah strategi bersaing keunggulan biaya sebagai peubah intervening. 33 No Peneliti Peubah yang diteliti Hasil Penelitian Persamaan dan Perbedaan 2 El-Hamidi 2011 Modal Manusia dan sumber daya keuangan terhadap kinerja Peubah modal manusia mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap efisiensi usaha. Peubah sumber daya keuangan terhadap efisiensi bisnis sebagai proksi dari kinerja keuangan pada dua jenis pemilik usaha baik wanita maupun pria. Peubah modal manusia memiliki dampak positif dan signifikan terhadap efisiensi usaha yang dijalankan wanita daripada usaha yang dijalankan pria. Sumber daya keuangan dalam bentuk formal pinjaman memiliki pengaruh positif pada efisiensi bisnis usaha pria dan wanita. Persamaan pada penggunaan peubah modal manusia dan sumber daya keuangan serta kinerja. Perbedaan dengan penilitian adalah penggunaan peubah intervening strategi bersaing keunggulan biaya dan asset tidak berwujud dengan komponen modal manusia, modal inovasi dan modal pelanggan. 3 Ahmad dan Mushraf 2011 Pengaruh aset tidak berwujud terhadap kinerja menunjukkan aset tak berwujud mempunyai pengaruh terhadap kinerja. Persamaan pada peubah asset tidak berwujud dan kinerja keuangan. Perbedaan pada penilitian ini menambahkan Peubah strategi bersaing keunggulan biaya sebagai peubah intervening dan peubah sumber daya finansial. 4 Carmeli dan Tishler 2004 Pengaruh aset tidak berwujud terhadap kinerja Terdapat pengaruh positif antara aset berwujud dan kinerja perusahaan masa depan. Persamaan pada peubah asset tidak berwujud dan kinerja keuangan. Perbedaan pada penilitian ini menambahkan Peubah strategi bersaing keunggulan biaya sebagai peubah intervening dan peubah sumber daya finansial. 5 Berge, Bjorvatn, Tungodden 2011 Pengaruh aset tidak berwujud terhadap kinerja aset tak berwujud mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kinerja bisnis usaha mikro yang mengalami kesulitan. Persamaan pada peubah asset tidak berwujud dan kinerja keuangan. Perbedaan pada penilitian ini menambahkan Peubah strategi bersaing keunggulan biaya sebagai peubah intervening dan peubah sumber daya finansial. 34 No Peneliti Peubah yang diteliti Hasil Penelitian Persamaan dan Perbedaan 6 Penelitian Chiao dan Yang 2011 Pengaruh asset tidak berwujud terhadap kinerja UKM sebaiknya melakukan investasi aset tak berwujud khususnya modal inovasi yang lebih besar dalam bentuk riset dan pengembangan untuk memperoleh keuntungan yang lebih tinggi. Modal inovasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja, modal pelanggan tidak berpengaruh terhadap kinerja. Persamaan pada peubah asset tidak berwujud dan kinerja keuangan. Perbedaan pada penilitian ini menambahkan Peubah strategi bersaing keunggulan biaya sebagai peubah intervening dan peubah sumber daya finansial. 7 Reza Steflyando, Abubakar dan Alex Saleh 2014 Analisis kelayakan usaha sapi potong dengan metode Zero Waste Farming di Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung. Analisis kelayakan usaha dilakukan pada lima aspek, yaitu pasar, teknis, aspek legal dan lingkungan, MSDM, dan finansial. finansial PBP, NPV, dan IRR sebagai syarat kelayakan pendirian usaha sapi potong pada aspek finansial perhitungan dengan hasil Payback Period PBP 5 tahun 2 bulan, Net Present Value NPV Rp. 3.312.004.581,-, dan Interest Return of Rate IRR 12,3. Persamaan pada penggunaan pengukuran kelayakan usaha sapi. Pada penelitian ini kelayakan usaha komoditas sapi, rumput laut dan jagung. Sumber: data diolah 2016 Kerangka Pemikiran Dari berbagai dimensi aset tak berwujud, dimensi yang digunakan dalam aset tak berwujud untuk keperluan analisis pada dasarnya menggunakan dimensi yang dikembangkan oleh Sveiby 1997, Hitt dan Hokisson 2001, Lev 2001, Dess, Lumpkin dan Eisner 2007, Camison dan Lopez 2010, Marcus 2011 yaitu kemampuan inovasi, kapasitas manusia human capital dan modal pelanggan. Kemampuan yang dimiliki perusahaan terkait dengan kegiatan inovasi merupakan kemampuan untuk mentrasformasi pengetahuan, teknologi dan ide dalam bentuk produk, proses dan sistem baru yang secara konsisten akan membangun pengetahuan baru yang bermanfaat untuk kepentingan perusahaan dan stakeholder dengan menciptakan profit jangka pendek dan jangka panjang. Kapabilitas inovasi berperan sebagai pendorong proses inovasi yang mampu meningkatkan kinerja inovasi, yang mengakibatkan perusahaan tumbuh di atas rataan, sehingga kinerja perusahaan menjadi lebih baik Calantone et al. 2002; Lawson dan Samson 2001. Kriteria dalam mengukur kinerja meliputi kinerja finansial maupun non finansial. Kriteria yang berbeda dalam mengukur kinerja perusahaan tersebut sebenarnya bergantung pada pengukuran kinerja itu sendiri. Tolak ukur bersifat unik, karena adanya kekhususan pada setiap badan usaha, antara lain bidang usaha, latar belakang, status hukum, tingkat permodalan, tingkat pertumbuhan dan tingkat teknologi. Perbedaan tersebut akan berpengaruh kepada perilaku badan usaha, dan dengan sendirinya juga berpengaruh terhadap kinerja dan tolak ukur yang digunakan Hatmoko 2000. 35 Berdasarkan pertimbangan tersebut maka penelitian ini terkait dengan analisis kelayakan ekonomi yang terdiri dari analisis produksi, pasar, sumber daya manusia, finansial untuk melihat kelayakan usaha dan analisis pengaruh aset tidak berwujud terhadap keunggulan bersaing serta dampaknya terhadap kinerja UMKM. Gambar 6 Kerangka Pemikiran Untuk mengetahui kelayakan ekonomi dan finansial, sehingga dapat dinilai layak atau tidaknya usaha dilaksanakan. Dalam mengembangkan suatu usaha, maka terlebih dahulu diidentifikasikan karakteristik usaha tersebut dengan melihat berbagai aspek. Aspek-aspek yang perlu dikaji antara lain adalah aspek ekonomi yang meliputi: aspek pemasaran, aspek produksi, manajemen dan SDM, serta aspek finansial. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui apakah usaha tersebut layak atau tidak untuk diteruskan hanya ditentukan pada aspek finansial yang data-datanya didukung oleh aspek ekonomi. Untuk menentukannya pertama dianalisis Cash flow sebagai landasan untuk melkukan pengukuran dengan beberapa criteria kelayakan investasi, yang meliputi: NPV, IRR, dan Net BC Ratio. Untuk mengetahui waktu pengembalian investasi dianalisis dengan Payback Period, kemudian untuk mengetahui dimana keadaan perusahaan tidak mendapatkan keuntukngan dan tidak juga mendapatkan kerugian dianalisis dengan BEP. Selai itu, alat analisis ROI juga digunakan untuk mengukur efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan.Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh yang terjadi atas perubahan-perubahan pada manfaat dan biaya terhadap kelayakan usaha tersebut. Setelah mendapatkan hasil tentang studi kelayakan, maka dapat disimpulkan apakah usaha tersebut layak atau tidak. Apabila usaha dikatakan layak maka usaha dapat terus dilaksanakan atau dilanjutkan, sedangkan apabila usaha tersebut tidak layak maka perusahaan harung mengadakan perbaikan manajemen dalam perusahaan dan efisiensi terhadap biaya yang dikeluarkan. Adapun alur pemikiran diatas dapat digambarkan oleh kerangka pemikiran seperti yang terdapat pada Gambar 7. 36 Gambar 7 Analisis Kelayakan Ekonomi dan Finansial Analisis Kelayakan Ekonomi dan Finansial Aspek MSDM Aspek finansial Aspek Produksi Aspek Marketing 1. Cash Flow - Inflow - Outflow 2. Kriteria Kelayakan Investasi - NPV - IRR - PP - Net BC Ratio - BEP - ROI 3. Analisis Sensitivitas Intepretasi Hasil Analisis Layak Layak Usaha ini dapat dilanjutkan Usaha ini tidak dapat dilanjutkan 37 3 METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam kajian ini adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk menganalisa kajian literatur yang berkenaan dengan peubah yang digunakan dalam pengumpumpulan data. Pendekatan kuantitatif diperoleh dari hasil penyebaran kuisioner kepada responden. Pendekatan ini dilakukan agar kajian ini memperoleh hasil yang valid dan komprehensif. Setelah data diperoleh dari berbagai kelompok responden serta setelah dilakukan entri dan tabulasi data, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis terhadap hasil survei. Hasil dari survey dan analisa ini akan menjadi dasar informasi untuk mendesain kebutuhan seperti apa yang harus dipenuhi dari sisi operasional. Kebutuhan-kebutuhan inilah yang nantinya akan menjadi dasar bagi tahapan selanjutnya, yaitu melakukan penyusunan kelayakan ekonomi dan finansial. Teknik Penentuan Responden Penentuan responden dilakukan dengan cara purposive sampling yakni pemilihan sampel atas dasar pertimbangan dan tujuan tertentu. Responden yang terpilih merupakan seseorang yang memenuhi kriteria dan kualifikasi sesuai dengan tujuan dari penelitian. Kriteria yang dimaksud adalah Pelaku UMKM yang bergerak pada komoditas peternakan sapi dan produk turunannya, budidaya jagung dan produk turunannya, dan budidaya rumput laut dan produk turunannya di Lombok NTB. Sedangkan teknik wawancara yang akan dilakukan adalah wawancara secara mendalam depth interview. Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui: 1 pengamatan langsung; 2 penyebaran kuesioner; 3 wawancara secara mendalam, untuk melihat kapasitas sumber daya, aset tidak berwujud, strategi bersaing keunggulan biaya dan kinerja pada produk unggulan komoditas peternakan sapi dan produk turunannya, budidaya jagung dan produk turunannya, dan budidaya rumput laut dan produk turunannya di Lombok NTB. Kemudian melihat pengaruh antar peubah eksogen yaitu sumber daya finansial dan aset tidak berwujud terhadap peubah endogen yaitu strategi bersaing dan dampaknya terhadap kinerja keuangan. Kemudian dilakukan uji kelayakan bisnis dengan pendekatan Net Present Value NPV, Profitability Index PI, Payback Period PBP dan Internal Rate of Return IRR. Sedangkan data sekunder dipergunakan sebagai bahan analisis bersumber dari Badan Pusat Statistik BPS, Kementerian Koperasi dan UKM serta instansi terkait lainnya. Populasi dalam penelitian ini adalah UMKM yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebelumnya di beberapa provinsi di Indonesia. Adapun kriteria yang dimaksud adalah sebagai berikut : 38 1. UMKM yang aktif dan berkesinambungan bukan usaha yang dijalankan pada saat tertentu saja. 2. Masuk dalam kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sesuai Undang- Undang no. 20 Tahun 2008. 3. Usaha minimal sudah berjalan 3 tiga tahun sebab untuk analisis kinerja pertumbuhan membutuhkan pengamatan periode waktu yang berkelanjutan. 4. Mempunyai jumlah pegawai minimial 2 dua orang selain pemilik usaha. 5. Menjalankan straegi bersaing keunggulan biaya. 6. Komoditas Pijar yaitu peternakan sapi dan produk turunannya, budidaya jagung dan produk turunannya, dan budidaya rumput laut dan produk turunannya di Lombok NTB Menurut Anoraga dan Sudantoko 2002, secara umum sektor usaha kecil memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Sistem pembukuan yang relative sederhana dan cenderung tidak mengikuti kaedah administrasi pembukuan standar. Kadang kala pembukuan tidak diperbarui, sehingga sulit untuk menilai kinerja usahanya. 2. Marjin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat tinggi. 3. Modal terbatas. 4. Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih sangat terbatas. 5. Skala ekonomi yang terlalu kecil sehingga sulit mengharapkan untuk mampu menekan biaya mencapai titik efisien jangka panjang. 6. Kemampuan pemasaran dan negoisasi serta diversivikasi pasar sangat terbatas. 7. Kemapuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal rendah, mengingat keterbatasan dalam sistem administrasinya. Untuk mendapatkan dana di pasar modal, sebuah perusahaan harus mengikuti sistem administrasi standard dan harus transparan. Kemudian pemilihan responden yang menjadi sampel untuk masing- masing wilayah, kriteria dan jenis usaha ditentukan dengan teknik purposive sampling dengan memilih secara acak UMKM yang menjadi sampel terpilih. Adapun distribusi responden disajikan dalam tabel berikut. Operasionalisasi Peubah Operasionalisasi dalam penelitian ini diuraikan tentang dimensi dan indikator yang digunakan untuk mengukur peubah penelitian, baik peubah independen maupun peubah dependen. Operasioanalisasi yang dimaksud seperti pada tabel 4. 39 Tabel 4 Operasionalisasi Peubah Penelitian Peubah dan Konsep Peubah Sub PeubahDimensi Indikator Pengukuran Skala No. Sumber daya finansial Financial Resource Sumber modal yang berasal dari kemampuan untuk mengakses sumber keuangan yang berdampak pada keberhasilan mengembangkan bisnis. Storey 1994, Fisher Massey 2000, Hurst Lusardi 2004, Camison dan Lopez 2010, Berge, Bjorvatn dan Tungodden 2011 dan El- Hamidi 2011 1. Kapasitas untuk memperoleh informasi pasar keuangan 1. Kemampuan perusahaan dalam memahami instrumen pasar keuangan seperti wesel bayar, sertifikat deposito. 2. Keinginan dalam memperoleh informasi terkait pasar keuangan seperti wesel bayar, sertifikat deposito. 3. Ketersediaan informasi yang didapat terkait pasar keuangan. 4. Jumlah media informasi yang digunakan terkait informasi pasar keuangan 5. Frekuensi penggunaan dan akses media informasi terkait informasi pasar keuangan 1. Tingkat kemampuan perusahaan dalam memahami instrumen pasar keuangan seperti wesel bayar, sertifikat deposito. 2. Tingkat keinginan dalam memperoleh informasi terkait pasar keuangan seperti wesel bayar, sertifikat deposito. 3. Tingkat ketersediaan informasi yang didapat terkait pasar keuangan. 4. Jumlah media informasi yang digunakan terkait informasi pasar keuangan 5. Tingkat frekuensi penggunaan dan akses media informasi terkait informasi pasar keuangan Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal 1 2 3 4 5 2. Kapasitas kemampuan untuk meningkatkan modal 1. Kapasitas atau kemampuan untuk meningkatkan modal pada perusahaan yang bersumber dari pembiayaan dari dalam perusahaan melalui pengelolaan laba yang ditahan. 2. Kapasitas atau kemampuan untuk meningkatkan modal pada perusahaan yang bersumber dari pembiayaan dari luar perusahan seperti pihak lain yang menanamkan dananya pada perusahaan dalam bentuk kerjasama, bagi hasil dan bukan termasuk pinjaman bank. 3. Peluang untuk meningkatkan modal pada perusahaan. 1. Tingkat kapasitas atau kemampuan untuk meningkatkan modal pada perusahaan yang bersumber dari pembiayaan dari dalam perusahaan melalui pengelolaan laba yang ditahan. 2. Tingkat kapasitas atau kemampuan untuk meningkatkan modal pada perusahaan yang bersumber dari pembiayaan dari luar perusahan seperti pihak lain yang menanamkan dananya pada perusahaan dalam bentuk kerjasama, bagi hasil dan bukan termasuk pinjaman bank. 3. Besar peluang untuk meningkatkan modal pada perusahaan. Ordinal Ordinal Ordinal 6 7 8 40 Peubah dan Konsep Peubah Sub PeubahDimensi Indikator Pengukuran Skala No. 4. Luas jaringan terkait upaya peningkatan sumber modal. 5. Intensitas hubungan dengan sumber modal. 4. Luas jaringan terkait upaya peningkatan sumber modal. 5. Tingkat intensitas hubungan dengan sumber modal. Ordinal Ordinal 9 10 3. Akses sumber pembiayaan 1. Akses sumber pembiayaan eksternal baik dari perbankan, koperasi dan lembaga keuangan selain bank. 2. Akses sumber pembiayaan eksternal yang diberikan oleh pemasok terkait dengan pembelanjaan bahan baku atau persediaan 3. Intensitas pada akses sumber pembiayaan eksternal baik dari perbankan, koperasi dan lembaga keuangan selain bank. 4. Intensitas akses sumber pembiayaan eksternal yang diberikan oleh pemasok terkait dengan pembelanjaan bahan baku atau persediaan. 5. Luas akses sumber pembiayaan eksternal baik dari perbankan, koperasi dan lembaga keuangan selain bank. 6. Luas akses sumber pembiayaan eksternal yang diberikan oleh pemasok terkait dengan pembelanjaan bahan baku atau persediaan. 1. Tingkat akses terhadap sumber pembiayaan eksternal baik dari perbankan, koperasi dan lembaga keuangan selain bank. 2. Tingkat akses terhadap sumber pembiayaan eksternal yang diberikan oleh pemasok terkait dengan pembelanjaan bahan baku atau persediaan 3. Intensitas terhadap akses sumber pembiayaan eksternal baik dari perbankan, koperasi dan lembaga keuangan selain bank. 4. Intensitas terhadap akses sumber pembiayaan eksternal yang diberikan oleh pemasok terkait dengan pembelanjaan bahan baku atau persediaan. 5. Luas akses atas sumber pembiayaan eksternal baik dari perbankan, koperasi dan lembaga keuangan selain bank. 6. Luas akses atas sumber pembiayaan eksternal yang diberikan oleh pemasok terkait dengan pembelanjaan bahan baku atau persediaan. Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal 11 12 13 14 15 16 4. Kemampuan memperoleh sumber pembiayaan dengan biaya rendah . 1. Keinginan untuk memahami berbagai informasi terkait sumber pembiayaan yang rendah. 1. Tingkat keinginan memahami dan memperoleh berbagai informasi terkait sumber pembiayaan rendah. Ordinal 17 41 Peubah dan Konsep Peubah Sub PeubahDimensi Indikator Pengukuran Skala No. 2. Kapasitas perusahaan dalam memperoleh berbagai informasi terkait sumber pembiayaan yang rendah. 3. Peluang untuk mendapatkan sumber pembiayaan dengan biaya yang rendah. 4. Kemampuan perusahaan dalam memperoleh pembiayaan dengan biaya rendah . 5. Intensitas hubungan dengan berbagai pihak eksternal terkait sumber pembiayaan yang rendah. 2. Tingkat kapasitas perusahaan dalam memperoleh berbagai informasi terkait sumber pembiayaan yang rendah. 3. Tingkat Peluang untuk mendapatkan sumber pembiayaan dengan biaya yang rendah. 4. Tingkat kemampuan perusahaan dalam memperoleh pembiayaan dengan biaya rendah . 5. Tingkat intensitas hubungan dengan berbagai pihak eksternal terkait sumber pembiayaan yang rendah. Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal 18 19 20 21 Aset tak berwujud Aset Intangible Aset yang tidak nyata, sulit untuk diukur, tidak dilaporkan dalam akuntansi, harus dikembangkan setiap saat, tidak mudah diperoleh, dibeli dan ditiru secara instan. sumber daya intangible dapat berupa brand name and trademarks, reputation , patens and licences, technical or marketing know- how , trade secret and intellectual property . Mark. L. Lengnick- Hall dan Cynthia A. Lengnick-Hall, 2003 Alfred A. Marcus 2011. 1. Modal Inovasi Innovation Capital 1. Inovasi manajerial 2. Inovasi proses 3. Inovasi produk 4. Sumber inovasi internal 5. Sumber inovasi eksternal 6. Implementasi inovasi 1. Tingkat kemampuan inovasi manajerial 2. Tingkat kemampuan inovasi proses 3. Tingkat kemampuan inovasi produk 4. Tingkat kapasitas sumber inovasi internal 5. Tingkat kapasitas sumber inovasi eksternal 6. Tingkat kemampuan implementasi inovasi Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal 22 23 24 25 26 27

2. Modal

Manusia Human Capital 1. Pengalaman dan kemampuan pegawai 2. Kepercayaan 3. Keahlian manajerial 4. Kegiatan dan prosedur spesifik. 5. Integrasi dalam perusahaan 1. Tingkat pengalaman dan kemampuan pegawai 2. Tingkat kepercayaan 3. Tingkat keahlian manajerial 4. Tingkat kegiatan dan prosedur spesifik. 5. Integrasi dalam perusahaan. Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal 28 29 30 31 32 3. Modal Pelanggan Customer Capital 1. Hubungan dengan pelanggan 2. Brand image 3. Loyalitas pelanggan 4. Jaringan distribusi 5. Pengetahuan tentang pasar 1. Tingkat hubungan dengan pelanggan 2. Tingkat brand image 3. Tingkat loyalitas pelanggan 4. Luas jaringan distribusi 5. Tingkat pengetahuan tentang pasar Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal 33 34 35 36 37 42 Peubah dan Konsep Peubah Sub PeubahDimensi Indikator Pengukuran Skala No. trategi Bersaing Strategi Keunggulan Biaya Cost Leaderships Strategi dengan menerapkan biaya rendah dalam industrinya. Perusahaan memiliki cakupan yang luas dan melayani banyak segmen industri, dan bahkan mungkin beroperasi di dalam industri- industri terkait, luas perusahaan seringkali penting bagi keunggulan biayanya. Sumber keunggulan biaya bervariasi dan tergantung pada struktur industri. Sumber-sumber itu mungkin mencakup pengejaran skala ekonomis kepemilikan teknologi, akses istimewa ke bahan mentah dan faktor- faktor lain. Porter 2008. 1. Penawaran produkjasa dalam wilayah yang luas 1. Kemampuan perusahaan dalam menawarkan produkjasa dalam cakupan wilayah yang luas. 2. Intensitas perusahaan dalam membina hubungan dan komunikasi terkait penawaran produk. 3. Keinginan perusahaan dalam menawarkan produkjasa dalam cakupan wilayah yang luas. 4. Upaya yang telah dilakukan dalam menawarkan produkjasa dalam cakupan wilayah yang luas. 5. Luas wilayah yang telah dikuasai atas produk atau jasa yang ditawarkan 1. Tingkat kemampuan perusahaan dalam menawarkan produkjasa dalam cakupan wilayah yang luas. 2. Tingkat intensitas perusahaan dalam membina hubungan dan komunikasi terkait penawaran produk. 3. Tingkat keinginan perusahaan dalam menawarkan produkjasa dalam cakupan wilayah yang luas. 4. Tingkat upaya yang telah dilakukan dalam menawarkan produkjasa dalam cakupan wilayah yang luas. 5. Luas wilayah yang telah dikuasai atas produk atau jasa yang ditawarkan Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal 38 39 40 41 42 2. Efisiensi operasi 1. Kemampuan perusahaan dalam melakukan efisiensi operasi. 2. Pengendalian atas biaya operasi dan produksi. 3. Monitoring atas kegiatan produksi. 4. Evaluasi atas kegiatan produksi. 5. Upaya perusahaan dalam menekan dan memperkecil biaya. 1. Tingkat kemampuan perusahaan dalam melakukan efisiensi operasi. 2. Tingkat pengendalian atas biaya operasi dan produksi. 3. Frekuensi monitoring atas kegiatan produksi. 4. Evaluasi atas kegiatan produksi. 5. Tingkat upaya perusahaan dalam menekan dan memperkecil biaya. Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal 43 44 45 46 47 3. Penawaran harga yang bersaing untuk produkjasa 1. Kemampuan perusahaan terkait penawaran harga yang bersaing untuk produk atau jasa. 2. Perusahaan memantau tingkat harga yang ditetapkan oleh pesaing. 3. Perusahaan melakukan pengendalian terhadap harga jual secara berkala. 1. Tingkat kemampuan perusahaan terkait penawaran harga yang bersaing untuk produk atau jasa. 2. Frekuensi perusahaan dalam memantau tingkat harga yang ditetapkan oleh pesaing. 3. Frekuensi dalam melakukan pengendalian terhadap harga jual secara berkala. Ordinal Ordinal Ordinal 48 49 50 43 Peubah dan Konsep Peubah Sub PeubahDimensi Indikator Pengukuran Skala No. 4. Perusahaan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap harga jual secara berkala. 5. Perusahaan melakukan penilaian dan penelitian untuk memperoleh produksi pada skala ekonomis. 4. Perusahaan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap harga jual secara berkala. 5. Intensitas perusahaan dalam melakukan penilaian dan penelitian untuk memperoleh produksi pada skala yang ekonomis. Ordinal Ordinal 51 52 4. Peramalan 1. Kemampuan perusahaan dalam melakukan estimasi terhadap permintaan. 2. Perusahaan menyiapkan kapasitas produk atau jasa sesuai estimasi atas permintaan. 3. Keakuratan dalam melakukan peramalan permintaan. 4. Perusahaan melakukan evaluasi terhadap peramalan penjualan dan realitas atas penjualan. 5. Intensitas kegiatan permalan yang dilakukan perusahaan 1. Tingkat kemampuan perusahaan dalam melakukan estimasi terhadap permintaan. 2. Perusahaan menyiapkan kapasitas produk atau jasa sesuai estimasi atas permintaan. 3. Tingkat keakuratan dalam melakukan peramalan permintaan 4. Perusahaan melakukan evaluasi terhadap peramalan penjualan dan realitas atas penjualan. 5. Intensitas kegiatan permalan yang dilakukan perusahaan. Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal 53 54 55 56 57 5. Pertumbuhan pasar terhadap penjualan perusahaan 1. Pertumbuhan pasar terkait dengan produk perusahaan. 2. Pangsa pasar yang bisa diraih atas produk perusahaan. 3. Luas pasar yang menjadi target perusahaan. 4. Peluang untuk dapat meningkatkan pangsa pasar. 5. Jumlah Perusahaan yang menjadi pesaing atas produk atau jasa sejenis. 1. Tingkat pertumbuhan pasar terkait dengan produk perusahaan. 2. Pangsa pasar yang bisa diraih atas produk perusahaan. 3. Luas pasar yang menjadi target perusahaan. 4. Peluang untuk dapat meningkatkan pangsa pasar. 5. Jumlah Perusahaan yang menjadi pesaing atas produk atau jasa sejenis. Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal 58 59 60 61 62 44 Peubah dan Konsep Peubah Sub PeubahDimensi Indikator Pengukuran Skala No. Kinerja Keuangan Kinerja sebagai sarana untuk mengevaluasi kemajuan yang dibuat selama periode waktu tertentu dan sebagai informasi untuk perencanaan masa depan dan pengambilan keputusan untuk perbaikan dan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan Garengo et al. 2005. 1. Profitabilitas 1. Tingkat pengembalian aset return on assets. 2. Tingkat Pengembalian Penjualan 1. Tingkat pengembalian aset return on assets = Laba Bersih : Total Aktiva 2. Tingkat pengembalian penjualan return on Sales = Laba Bersih : Penjualan. Rasio 2. Ukuran Perusahaan 1. Total Aktiva Ln Total Aktiva Rasio 3. Pertumbuhan Growth 1. Pertumbuhan pendapatanpen- jualan 1. Tingkat pertumbuhan pendapatanpen- jualan Rasio Pengujian Hipotesis Data merupakan penggambaran peubah yang akan diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis, serta menentukan hasil penelitian dan harus memenuhi dua persyaratan, yaitu unsur validitas dan unsur reliabilitas. Proses analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan, mulai dari pengumpulan data, pemeriksaan dan verifikasi data lapangan, pengolahan data sampai kepada analisis data. Pengolahan data ini sendiri dimulai dengan pengkodean kuesioner, mentabulasikan, mengolahnya ke dalam software yang sudah disiapkan sampai pada interpretasi data. Penelitian ini menggunakan alat analisis Partial Least Square PLS. PLS adalah salah satu metode statistika berbasis varian. Menurut Tenenhaus et al. 2005 PLS merupakan alat yang handal untuk menguji model prediksi karena memiliki keunggulan dibandingkan Lisrel dan Amos. Lebih lanjut PLS unggul karena: 1. Dapat digunakan untuk memprediksi model, 2. Dapat digunakan pada data yang tidak memenuhi asumsi klasik tidak berdistribusi normal, terdapat multikolinearitas, dan masalah autokorelasi. 3. Dapat digunakan untuk ukuran sampel kecil, dan 4. Dapat digunakan untuk konstruk formatif dan reflektif. Kualitas pengukuran dan model, akan bisa dilihat melalui berbagai info statistik yang dihitung yaitu : Validitas konstruk konvergen atau diskriminan, reliabilitas konstruk cronbach’s alpha atau composite reliability, dan signifikansi loading. Untuk mengaplikasikan model PLS dalam penelitian ini menggunakan alat bantu software Smart PLS. Tahapan pemodelan dengan metode PLS path modeling tidak jauh berbeda dengan SEM-Lisrel yaitu 1 Spesifikasi Model, 2 Estimasi model, 3 Uji kecocokan model dan 4 Modifikasirespesifikasi model dan 5 Pengujiaan hipotesis. 45

1. Spesifikasi Model

Spesifikasi model penelitian ini telah dirumuskan sebelumnya dalam bab II dan disajikan kembali dalam model persamaan struktural. Model persamaan struktural terdiri dari dua persamaan yaitu model pengukuran dan model struktural. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian model pengukuran. Model Pengukuran measurement model pada dasarnya bertujuan untuk mengukur hubungan antara indikator dengan konstruknya, dengan kata lain model ini menggambarkan seberapa besar indikator-indikator dalam model menjelaskan konstruk atau peubah latennya. Dalam penelitian ini, uji model pengukuran dilakukan terhadap 27 peubah manifes atau peubah yang diamati observe variable yang membentuk 4 faktor atau peubah laten unobserve variable yang digunakan dalam penelitian. Gambar 8 Model Struktural Pengaruh Antar Peubah 2. Estimasi Parameter Model Metode estimasi parameter di dalam PLS adalah metode kuadrat terkecil least square methods. Proses perhitungan dilakukan dengan cara iterasi, dimana iterasi akan berhenti jika telah tercapai kondisi konvergen. Pendugaan parameter di dalam PLS meliputi tiga hal, yaitu: 1 Weight estimate digunakan untuk menciptakan skor peubah laten. 2 Estimasi jalur path estimate yang menghubungkan antar peubah laten dan estimasi loading antara peubah laten dengan indikatornya. 3 Means dan lokasi parameter nilai konstanta regresi, intersep untuk indikator dan peubah laten. Sumber Daya Finansial ξ 1 Strategi Bersaing η 1 Kinerja Keuangan η 2 Modal Inovasi X 2 . 1 Modal Manusia X 2 . 2 Modal Pelanggan X 2 . 3 46

3. Uji Kecocokan Model

Untuk uji kecocokan model dilakukan pada dua model yaitu model pengukuran atau outer model dan model struktural atau inner model.

a. Outer Model

Convergent validity Korelasi antara skor indikator reflektif dengan skor peubah latennya. Dalam hal ini nilai loading atau nilai outerweight 0,5 dianggap cukup pada jumlah indikator per konstruk tidak besar berkisar antara 3 sampai 7 indikator. Nilai lain yang dapat digunakan untuk melihat convergent validity adalah nilai kritis masing-masing indikator. Jika nilai kritis lebih besar daripada nilai t-tabel yang dipersyaratkan maka indikator dinyatakan valid. Discriminant Validity Membandingkan nilai square root of average variance extracted AVE setiap konstruk dengan korelasi antar konstruk lainnya dalam model, jika square root of average variance extracted konstruk lebih besar dari korelasi dengan seluruh konstruk lainnya maka dikatakan mermiliki discriminant validity yang baik. Direkomendasikan nilai pengukuran lebi besar dari 0,50. ∑ λ i 2 AVE = ∑ λ i 2 + ∑ i var ε i Dimana λ i adalah komponen loading ke indikator dan var ε i adalah 1- λ i 2 jika semua indikator di standardized, maka pengukuran ini sama dengan average communalities dalam blok. Composite reliability ρc Kelompok indikator yang mengukur sebuah peubah memiliki reliabilitas komposit yang baik jika memiliki composite reliability lebih besar atau sama dengan 0,7, walaupun bukan merupakan standar absolut. [ ∑ λ i ] 2 ρc = [ ∑ λ i ] 2 + ∑ i var ε i Dimana λ i adalah komponen loading ke indikator dan var ε i adalah 1- λ i 2 . Dibandingkan dengan cronbach alpha, ukuran ini tidak mengasumsikan atau ekuivalen antar pengukuran dengan asumsi semua indikator diberi bobot sama. Sehingga cronbach alpha cenderung lower bound estimate reliability, sedangkan ρc merupakan closer approximation dengan asumsi estimasi parameter adalah akurat, ρc sebagai ukuran internal consistence hanya dapat digunakan untuk konstruk dengan indikator reflektif.

b. Inner model Model Struktural