infrastruktur kemudian menyusun strategi pengembangan usaha perikanan tenggiri di Kabupaten Bangka.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu adanya kajian mengenai pengembangan usaha perikanan tenggiri di Kabupaten Bangka dengan
bersandar pada prinsip bisnis perikanan dan diharapkan potensi sumberdaya ikan tenggiri dapat dimanfaatkan secara optimal guna meningkatkan
kesejahteraan nelayan tenggiri dan usaha perikanan tenggiri di Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah : 1 Mengkaji potensi sumberdaya ikan tenggiri di Kabupaten Bangka.
2 Mengkaji kemungkinan pengembangan usaha perikanan tenggiri berdasarkan pendekatan sistem bisnis perikanan.
3
Menyusun alternatif kebijakan pengembangan usaha perikanan tenggiri di Kabupaten Bangka.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini, yaitu : 1 Dapat dijadikan informasi bagi pengusaha dan nelayan mengenai sistem dan
manajemen usaha perikanan tenggiri di Kabupaten Bangka. 2 Dapat dijadikan informasi dan acuan bagi pemerintah dalam memanfaatkan
dan mengembangkan usaha perikanan tenggiri di Kabupaten Bangka. 3 Dapat dijadikan informasi tentang pengembangan sistem bisnis perikanan
tenggiri di Kabupaten Bangka.
1.5 Kerangka Pemikiran
Pengembangan merupakan usaha perubahan dari suatu kondisi yang kurang menjadi suatu yang dinilai lebih baik. Menurut Manurung et al. 1998,
pengembangan merupakan suatu proses yang membawa peningkatan kemampuan penduduk dalam mengelola lingkungan sosial yang disertai dengan
meningkatnya taraf hidup. Pengembangan usaha perikanan merupakan suatu proses atau kegiatan manusia untuk meningkatkan produksi di bidang perikanan
dan sekaligus meningkatkan pendapatan nelayan melalui penerapan teknologi yang lebih baik Bahari 1989.
Usaha perikanan tenggiri di Kabupaten Bangka dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri atas beberapa sub sistem yang berkaitan satu dengan yang
lainnya meliputi potensi sumberdaya perikanan, teknologi penangkapan, pemasaran, mutu komoditas, kelayakan usaha dan infrastruktur pendukung
usaha. Pengembangan usaha perikanan tenggiri di Kabupaten Bangka
dipengaruhi oleh 2 dua faktor, yaitu ketersediaan sumberdaya dan hubungan antara sub-sub sistem dalam sistem bisnis perikanan tenggiri. Harmonisasi
kedua faktor tersebut mutlak dilakukan dengen menggunakan pendekatan sistem, sehingga diperoleh suatu strategi pengembangan usaha perikanan
tenggiri berdasarkan sistem bisnis perikanan Gambar 1. 5
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
1
Input
Proses
Output
Sumberdaya ikan tenggiri - Potensi
- Musim - Daerah penangkapan
Sub sistem infrastruktur - Darmaga
- pabrik es - Instalasi listrik
- Instalasi air - Bengkel
- SPDN Sub sistem pemasaran
- Distribusi - Pemasaran
Sub sistem penangkapan - Kapal
- Alat tangkap - Nelayan
Sub sistem kelayakan usaha - Manfaat
- Biaya
Analisis teknik Analisis kondisi pasar
komoditas Sub sistem mutu
- Proporsi - Standar mutu
Analisis mutu Analisis usaha
dan analisis kriteria investasi
Analisis efektivitas dan
daya dukung infrastruktur
Efektivitas dan efisiensi
Harga komoditas, margin pasar, share pelaku
pasar Standar mutu
Tingkat kelayakan usaha
Kecukupan kondisi
infrastruktur
Strategi pengembangan usaha perikanan tenggiri
6
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap
Menurut Bahari 1989, Barus et al. 1991, Syafrin 1993, pengembangan usaha perikanan merupakan suatu proses atau kegiatan
manusia untuk meningkatkan produksi di bidang perikanan dan sekaligus meningkatkan pendapatan nelayan melalui penerapan teknologi yang baik.
Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan meliputi pengumpulan hewan atau tanaman air yang hidup di
laut atau perairan umum secara bebas. Definisi tersebut menunjukkan bahwa kegiatan penangkapan ikan yang dimaksud bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan baik secara finansial, maupun untuk memperoleh nilai tambah lainnya, seperti penyerapan tenaga kerja, pemenuhan kebutuhan terhadap
protein hewan, devisa serta pendapatan negara Monintja 1994. Usaha perikanan adalah semua usaha perorangan atau badan hukum
untuk menangkap atau membudidayakan ikan termasuk kegiatan menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan ikan untuk tujuan komersil atau mendapatkan
laba dari kegiatan yang dilakukan. Perikanan laut sebagai salah satu sub sektor dari usaha perikanan
terbagi menjadi 2 dua kegiatan, yaitu 1 penangkapan di laut, adalah semua kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan di laut, muara-muara sungai dan
laguna dengan kondisi yang dipengaruhi oleh pasang surut dan 2 budidaya di laut adalah semua kegiatan memelihara ikan yang dilakukan di laut atau di
perairan antara lain yang terletak di muara sungai dan laguna Dirjen Perikanan 1990.
Menurut Alhidayat 2002, usaha perikanan tangkap adalah kegiatan yang bertujuan memperoleh ikan di perairan dalam keadaan tidak dibudidayakan
dengan maupun tanpa alat tangkap, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk menampung, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, mengolah
dan mengawetkan.
2.2 Sumberdaya Ikan Tenggiri
Ikan tenggiri merupakan jenis ikan yang tergolong ekonomis penting dan menjadi salah satu ikan yang digemari di dunia. Penyebaran spesies ini
1
mencakup seluruh wilayah Indo-Pasifik Barat dari Afrika Utara dan Laut Merah sampai ke Perairan Indonesia, Perairan Australia dan Perairan Fiji ke Utara
sampai ke Perairan China dan Jepang. Menurut Martosubroto et al. 1991, potensi dan penyebaran ikan tenggiri narrow-barred spanish mackerel di
Indonesia hampir di seluruh wilayah perairan Tabel 1. Tabel 1 Penyebaran ikan tenggiri
Perairan Daerah penyebaran
Daerah tangkapan utama Sumatera
Seluruh perairan •
Perairan Aceh bagian Utara, Timur Sumatera Utara, sekitar Bengkalis;
• Perairan Bangka-Belitung;
• Pantai Barat Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Bengkulu dan Lampung
Jawa dan Nusa Tenggara
Seluruh perairan •
Seluruh Pantai Utara Jawa dan Madura, selatan Jawa Tengah,
selatan Bali, Utara Bali, Utara Lombok dan Sumbawa serta Utara
Flores
Kalimantan dan Sulawesi
Seluruh perairan •
Hampir semua Pantai Barat dan Selatan Kalimantan;
• Perairan Teluk Palu, Sulawesi
Bagian Selatan; •
Sebagian Perairan Sulawesi Utara Maluku dan Irian
Jaya Seluruh perairan
• Sebagian Pantai Barat Halmahera;
• Perairan Selatan Pulau Seram;
• Hampir semua Perairan Pantai
Barat Irian sampai dengan sekitar daerah kepala burung
Sumber : Martosubroto et al. 1991.
Menurut Saanin 1994, Kottelat et al. 1993 dan Murniyati 2004, ikan tenggiri termasuk dalam ordo Percomorphi, sub ordo Scombroidea, ordo
Percomorphi, famili Scombridae dan genus Scomberomorus. Ciri-ciri morfologi ikan tengiri yaitu bentuk badan memanjang, gepeng, memiliki gigi-gigi pada
rahang lancip, kuat dan gepeng. Tapisan insang 2-4 + 8-12 pada busur insang pertama. Sirip punggung pertama berjari-jari keras 15-17 dan yang kedua berjari-
jari lemah 16, diikuti 9 jari-jari sirip tambahan. Sirip dubur berjari-jari lemah 18-20 dan diikuti 9 jari-jari sirip tambahan. Garis rusuk hampir lurus sampai di bawah
sirip punggung kedua, kemudian berkelok-kelok sampai dengan batang ekor. Ikan tenggiri termasuk ikan buas, karnivora dan predator. Hidup menyendiri atau
membentuk gerombolan kecil di perairan pantai dan lepas pantai. Ikan tenggiri 2
dapat mencapai panjang 90 cm dan umumnya memiliki panjang 50-70 cm Gambar 2.
Sumber : Balai Riset Perikanan Laut 2004.
Gambar 2 Ikan tenggiri Scomberomorus commerson Tubuh ikan tenggiri bagian atas berwarna abu-abu kebiruan dan bagian
bawah putih-keperakan. Pada bagian atas sampai dengan pertengahan badan terdapat beberapa strip berupa garis-garis putus berwarna hitam sepanjang
badan. Sirip-siripnya berwarna kuning kemerahan kecuali strip punggungnya dimana jari-jari kerasnya berwarna putih keabuan Kottelat et al.1993.
Menurut Kottelat et al. 1993 dan Murniyati 2004, habitat ikan tenggiri adalah di perairan pantai, lepas pantai seluruh Indonesia, Teluk Benggala dan
Teluk Siam. Hasil penelitian FAO, ukuran ikan tenggiri pada saat pertama kali matang gonad mencapai 65-70 cm FAO 1983. Beberapa hasil penelitian di
Australia, India dan Afrika menunjukkan bahwa ukuran ikan tenggiri pada saat pertama kali matang gonad adalah 55-80 cm.
2.3 Sistem Bisnis Perikanan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan bahwa semua kegiatan yang berhubungan dengan pengolahan dan
pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari pra produksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran dilaksanakan dalam suatu
bisnis perikanan. Sistem bisnis perikanan terdiri atas sub-sub sistem yang saling terkait untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Istilah bisnis perikanan
merupakan acuan dari kegiatan sistem agribisnis yang banyak diaplikasikan untuk kegiatan-kegiatan di sektor pertanian.
Definisi agribisnis menurut Ditjen Perikanan 1994 adalah semua aktivitas di bidang perikanan yang mencakup konsep dan prinsip menajemen
agribisnis dari segi penyelenggaraan sarana produksi, produksi hingga 3