Tugas dan Wewenang Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak Manfaat Pembangunan Proyek Liquified Natural Gas Tangguh

bahwa di Simuri Saengga penghasilan rata-rata adalah Rp. 840 000 per bulan per KK dengan kisaran antara Rp. 550 000 per bulan hingga Rp. 1 817 000 per bulan. Dimana sumber penghasilan utama penduduk adalah dari penjualan udang sebesar 56 persen atau sekitar Rp. 473 000 per bulan. Kemudian pada bulan Maret 2002 sensus yang dilakukan oleh PERTAMINA dan BP memperkirakan penghasilan rumahtangga di Simuri Saengga adalah Rp. 18 311 000 per tahun per KK, dimana 41 persen dari penghasilan tersebut merupakan hasil dari penangkapan udang.

2.3. Tugas dan Wewenang Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak

dan Gas Bumi Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau yang lebih dikenal dengan BP- Migas merupakan organisasi yang ditetapkan oleh pemerintah Republik Indonesia sebagai Pembina dan Pengawas Kontraktor Kontrak Kerja Sama KKKS berdasarkan UU No.222001 tanggal 23 Nopember 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi dan PP No.422002 tanggal 16 Juli 2002 guna menjalankan kegiatan eksplorasi, eksploitasi dan pemasaran migas di Indonesia. Dengan adanya lembaga ini maka segala kegiatan pengawasan dan pembinaan kegiatan kontrak kerja sama yang sebelumnya ditangani langsung oleh PERTAMINA dialihkan ke lembaga ini sebagai wakil dari pemerintah Indonesia. Adapun wewenang yang dimiliki oleh BP-Migas dalam menjalankan tugasnya antara lain: a. Membina kerjasama dalam rangka terwujudnya integrasi dan sinkronisasi kegiatan operasional KKKS. b. Merumuskan kebijakan atas anggaran dan program kerja KKKS. c. Mengawasi kegiatan utama operasional KKKS. d. Membina seluruh aset KKKS yang menjadi milik negara. e. Melakukan koordinasi dengan pihak danatau instansi terkait yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan usaha hulu. Kontraktor kontrak kerja sama ini meliputi perusahaan dalam dan luar negeri, perusahaaan joint-venture antara perusahaan dalam dan luar negeri berdasarkan tender konsesi yang dilakukan oleh BP-Migas setiap tahunnya. Dengan demikian BP-Migas secara langsung merupakan pengawas dan pembina kontrak kerjasama Proyek LNG Tangguh di Kawasan Teluk Bintuni.

2.4. Manfaat Pembangunan Proyek Liquified Natural Gas Tangguh

Tujuan pembangunan Proyek LNG Tangguh di Kawasan Teluk Bintuni adalah memproduksi gas alam, memproses gas alam menjadi LNG, serta mengangkut LNG dan hidrokarbon cair kondensat ke pasaran. Proyek ini dilengkapi dengan Fasilitas Produksi Gas Gas Production Facility, disingkat GPF dan Fasilitas Kilang LNG termasuk fasilitas pelabuhan laut khusus dan Bandar Udara Khusus yang dibangun di daerah Teluk BerauBintuni, Provinsi Papua Barat PERTAMINA BP, 2002. Total investasi untuk pelaksanaan proyek LNG Tangguh ini adalah sebesar 5 miliar dollar Amerika Serikat. Dari keseluruhan investasi tersebut, 37.16 persen saham proyek tersebut dimiliki oleh BP Migas Indonesia. Untuk tahap awal operasi, telah dibangun Kilang I dan Kilang II yang akan beroperasi secara penuh pada tahun 2009. Pembangunan Kilang III dan IV akan dipastikan setelah pada bulan November 2007 telah diperoleh gambaran cadangan gas yang ada DOT, 2007. Enam kegiatan utama yang dilakukan didalam pembangunan proyek LNG Tangguh ini antara lain: pembangunan fasilitas eksploitasi gas, pembangunan pipa transmisi gas, pembangunan kilang LNG, pembangunan pelabuhan laut khusus, pembangunan bandar udara khusus dan pemukiman kembali penduduk Desa Tanah Merah. Tenaga kerja yang diharapkan dapat terserap dengan adanya proyek ini sebesar 5 800 tenaga kerja lepas tidak permanen selama 3 tahun tahap konstruksi dan kurang lebih 500 orang pekerja tetap 350 orang akan berada di lokasi pada satu waktu untuk tahap operasi. Secara umum pembangunan Proyek LNG Tangguh diharapkan bermanfaat bagi kepentingan lokal, regional, dan nasional. Dengan adanya pembangunan proyek ini diharapkan perekonomian kawasan Teluk Bintuni mengalami kemajuan yang pesat di masa yang akan datang yang ditandai dengan peningkatan pendapatan maupun kesejahteraan penduduk di sekitar kawasan tersebut karena tujuan pemrakarsa proyek adalah memaksimumkan peluang penduduk lokal dan tenaga kerja Papua untuk berperan serta dalam pekerjaan konstruksi dan operasi kilang LNG. Selain itu proyek ini berperan penting dalam mempertahankan dan memperkuat posisi Indonesia sebagai negara pengekspor LNG terbesar di dunia PERTAMINA BP, 2002.

2.5. Transformasi Tenaga Kerja dari Sektor Informal ke Sektor Formal