kegiatan pertanian terutama karena adanya penurunan alokasi kerja suami pada kegiatan tersebut, karena waktu produktifnya lebih banyak di proyek.
6.1.2. Alokasi Curahan Kerja Pada Kegiatan Perikanan
Kegiatan perikanan yang ditekuni oleh penduduk setempat adalah menangkap udang setiap bulan hampir di sepanjang tahun. Kegiatan penangkapan
ikan juga mereka lakukan tetapi tidak serutin penangkapan udang. Hal ini disebabkan harga udang perkilogram jauh lebih tinggi dibandingkan harga ikan
pertali. Harga udang pada saat penelitian ini dilakukan adalah Rp. 35 000 dan harga ikan pertali Rp. 10 000. Selain itu, umumnya mereka menangkap ikan pada
saat mereka juga menangkap udang. Alokasi curahan kerja pada kegiatan perikanan dapat dilihat pada Tabel 17.
Wilayah tangkapan udang bagi masyarakat di lokasi penelitian ke arah utara membentang dari garis pantai hingga kedalaman laut 10 meter. Wilayah
tangkapan ini membentang hingga muara Saengga sebelah barat sedangkan di sebelah timur hingga tanjung Tagova. Perahu yang umumnya digunakan adalah
perahu tanpa mesin sehingga masyarakat setempat menangkap udang tidak terlalu jauh dari garis pantai. Pada saat penelitian ini dilakukan, pihak perusahaan LNG
Tangguh telah memberikan bantuan kepada masyarakat di Desa Tanah Merah mesin berkapasitas 24 PK untuk masing-masing rumahtangga, sedangkan
penduduk Desa Saengga masih menunggu tahap berikutnya untuk memperoleh mesin dengan kapasitas yang sama. Tujuan pemberian mesin tersebut dengan
harapan bahwa masyarakat bisa tetap melaut dengan frekuensi dan produksi yang
relatif sama sebelum pembangunan proyek. Sekalipun pihak perusahaan telah memberikan bantuan motor mesin tersebut, tetapi jarang penduduk yang
menggunakannya untuk menangkap udang atau melaut. Hal ini disebabkan harga bahan bakar minyak, dalam hal ini bensin yang digunakan untuk perahu motor per
liternya pada saat penelitian ini dilakukan adalah Rp 12 000 sehingga masyarakat lebih memilih menggunakan perahu dayung sekalipun wilayah penangkapan
udang menjadi terbatas yang berakibat kepada penurunan produksi. Kondisi ini diduga semakin parah setelah kenaikan bahan bakar minyak yang diumumkan
pemerintah secara resmi pada bulan juni lalu. Alasan penduduk tidak menggunakan perahu motor untuk menangkap udang adalah karena jumlah
tangkapan yang diperoleh tidak sebanding dengan biaya yang harus mereka keluarkan sekali melaut. Oleh karena itu hanya beberapa orang saja yang
menangkap udang hingga Tanjung Tagova pada saat tidak musim angin. Kegiatan menangkap udang yang dilakukan oleh masyarakat setempat
sangat tergantung dengan musim angin baratutara dan angin timurselatan. Pada bulan Desember biasa mulai bertiup angin baratutara sehingga masyarakat hanya
melaut saat laut teduh. Pada bulan januari hingga bulan maret bertiup angin baratutara sehingga pada bulan-bulan penduduk hanya bisa melaut pada saat laut
teduh. Pada bulan april hingga oktober pada saat musim angin timurselatan laut relatif teduh sehingga masyarakat melakukan penangkapan udang pada bulan-
bulan ini. Setiap bulannya, masyarakat melaut pada saat awal bulan dan tengah bulan, karena pada saat tersebut menurut mereka udang yang mereka peroleh
lebih banyak dibandingkan hari-hari lain. Dalam sebulan, umumnya frekuensi
melaut masyarakat setempat berkisar dari enam hingga empat belas hari, sehingga hari-hari lainnya digunakan untuk melakukan aktivitas produksi yang lain.
Tabel 17. Alokasi Curahan Kerja Rata-rata Anggota Rumahtangga Pada Kegiatan Perikanan dalam Satu Tahun
HOK No
Anggota Rumahtangga
LNG Non LNG
Curahan Kerja Rata-rata
Curahan Kerja Rata-rata
1 Suami
67.05 147.32
2. Istri
32.67 48.68
3. Anak anggota
keluarga lain 18.14
30.51 Total
117.86 226.51
Sumber : Data Penelitian diolah Tabel 17 menunjukkan bahwa untuk rumahtangga non LNG alokasi
curahan kerja mereka untuk kegiatan perikanan baik suami, istri maupun anak lebih tinggi dibandingkan pada rumahtangga yang bekerja di LNG. Hal ini
disebabkan sumber penerimaan tunai rumahtangga non LNG yang utama adalah dari kegiatan penangkapan udang, karena ketika mereka menjual kepada
pedagang pengumpul, mereka langsung menerima uang tunai. Penerimaan dari usahatani tanaman pangan cenderung lebih rendah dan hanya bisa diterima oleh
rumahtangga responden setelah panen sehingga alokasi kerja mereka untuk kegiatan ini lebih rendah sedangkan untuk kegiatan perikanan lebih tinggi. Hasil
tangkapan mereka umumnya adalah udang, ikan sembilan, ikan sisik, ikan merah dan ikan mulut tikus.
Keputusan bekerja di LNG Tangguh mengakibatkan alokasi kerja seluruh anggota rumahtangga pada kegiatan perikanan juga mengalami penurunan. Hal ini
disebabkan umumnya kegiatan melaut didominasi oleh suami. Ketika mereka
bekerja di proyek maka kegiatan melaut hanya dilakukan oleh istri dan anak. Biasanya setelah suami mendapat cuti dari proyek barulah mereka melaut pada
saat musim udang. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan adanya subtitusi pendapatan tunai yang cukup besar dari proyek untuk kegiatan perikanan,
sehingga alokasi kerja mereka untuk kegiatan perikanan juga mengalami penurunan.
6.1.3. Alokasi Curahan Kerja Pada Kegiatan Berburu