besar. Perhitungan lebih lanjut menunjukkan bahwa alokasi kerja pada kegiatan pertanian respon terhadap curahan kerja di proyek. Hal ini menunjukkan bahwa
keputusan bekerja di proyek mempunyai dampak yang besar terhadap penurunan alokasi kerja pada kegiatan pertanian sehingga penerimaannya juga secara tidak
langsung mengalami penurunan. Peranan istri cukup besar didalam kegiatan pertanian secara keseluruhan,
dimana rata-rata curahan kerja pertahunnya adalah 31.48 HOK dan suami 26.13 HOK. Di sisi lain, peran istri pada kegiatan rumahtangga juga sangat tinggi,
sehingga peningkatan alokasi kerja di rumahtangga akan menurunkan alokasi kerja di pertanian dan secara tidak langsung akan menurunkan penerimaan di
pertanian. Perhitungan lebih lanjut menunjukkan bahwa alokasi kerja pada kegiatan pertanian mempunyai respon yang negatif terhadap curahan kerja
rumahtangga. Hal ini menunjukkan bahwa keputusan istri untuk lebih banyak mengalokasikan kerjanya pada kegiatan rumahtangga berdampak terhadap
penurunan alokasi kerja pada kegiatan pertanian. Keputusan tersebut umumnya sangat dipengaruhi oleh jumlah balita di dalam setiap rumahtangga.
6.4.5. Curahan Kerja Perikanan
Koefisien determinan adalah 0.73982 yang berarti bahwa keragaman curahan kerja perikanan dapat dijelaskan oleh peubah bebas yang ada di dalam
persamaan tersebut sebesar 73.98 persen. Nilai uji F-hitung adalah 13.00 dan berpengaruh nyata pada taraf
α = 1 persen yang menunjukkan bahwa semua
peubah bebas yang ada di dalam persamaan tersebut secara bersama-sama dapat menjelaskan dengan sangat baik perilaku curahan kerja perikanan.
Hasil estimasi perilaku curahan kerja rumahtangga dapat dilihat pada Tabel 29. Proporsi cash income dari proyek mempunyai tanda negatif sesuai
dengan yang diharapkan. Dimana semakin tingggi proporsi cash income dari proyek, secara langsung akan menurunkan curahan kerja di bidang perikanan dan
secara tidak langsung menurunkan penerimaan perikanan. Hal ini menunjukkan bahwa keputusan rumahtangga didalam mengalokasikan waktu kerjanya untuk
kegiatan perikanan dipengaruhi oleh pendapatan tunai yang diterima oleh masing- masing-rumahtangga dari kegiatan di proyek LNG Tangguh. Perhitungan lebih
lanjut menunjukkan bahwa curahan kerja perikanan tidak respon terhadap proporsi peningkatan pendapatan tunai. Hal ini memberikan gambaran bahwa
dalam mengalokasikan kerjanya pada kegiatan produktif rumahtangga tetap berorientasi pada pendapatan tunai, dimana kegiatan perikanan merupakan sumber
penerimaan tunai terbesar kedua setelah proyek sehingga sekalipun alokasi kerja pada kegiatan tersebut cenderung menurun tetapi penurunannya tidak besar.
Curahan kerja di proyek mempunyai tanda negatif sesuai dengan yang diharapkan, tetapi tidak signifikan. Dimana semakin tinggi curahan kerja pada
proyek LNG Tangguh, secara langsung akan menurunkan curahan kerja pada kegiatan perikanan dan secara tidak langsung menurunkan penerimaan perikanan.
Dalam setiap rumahtangga yang berada atau masuk kategori daerah terkena dampak langsung pembangunan proyek LNG Tangguh, diberi kesempatan yang
sama untuk bekerja pada proyek tersebut sebanyak satu orang bila mereka telah
memenuhi persyaratan medical check up. Kesempatan tersebut disambut baik oleh masyarakat setempat dengan mendaftarkan diri melalui kepala desa setempat
untuk diberikan rekomendasi bekerja di proyek. Daya tarik yang membuat mereka ingin bekerja di proyek adalah cash income yang dapat dialokasikan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga yang merupakan produk yang tidak bisa dihasilkan sendiri oleh rumahtangga.
Tabel 29. Hasil Pendugaan Parameter dari Curahan Kerja Perikanan Rumahtangga Responden
Peubah Parameter
Dugaan t-hitung Taraf
Nyata Elastisitas Intersep
21.14201 0.41 0.6860
Proporsi cash income proyek
-0.79171 -1.32 0.1972
-0.387546 Curahan kerja proyek -0.15458 -0.94
0.3534 -0.445577
Total waktu yang dicurahkan
0.307201 2.95 0.0059
2.568435 Jumlah tenaga kerja
di perikanan 78.74203 3.81
0.0006 0.835016
Curahan kerja rumahtangga
-0.39178 -3.50 0.0014
-1.2753 Jumlah jaring
-7.01234 -2.12 0.0418
-0.340578 Curahan kerja
pertanian -0.24182 -1.50
0.1432 -0.133809
R
2
0.73982 F
hit
13.00 N 40
Perhitungan lebih lanjut menunjukkan bahwa curahan kerja di perikanan tidak respon terhadap curahan kerja di proyek. Hal ini mengindikasikan bahwa
sekalipun mereka bekerja di proyek, alokasi kerja mereka pada kegiatan perikanan tidak mengalami penurunan yang cukup berarti karena istri dan anggota keluarga
lain tetap melaut, hanya saja alokasi kerjanya tidak sebesar ketika suami mereka
yang melaut. Rata-rata jumlah anggota keluarga yang produktif atau merupakan angkatan kerja keluarga dalam masing-masing rumahtangga adalah 3.95 sehingga
bila satu anggota keluarga produktif yang bekerja di proyek, maka tenaga kerja produktif di dalam keluarga tersebut untuk mengerjakan aktivitas produksi yang
selama ini menjadi mata pencaharian mereka menjadi berkurang. Umumnya yang bekerja pada proyek LNG Tangguh adalah suami atau anak laki-laki usia
produktif yang sebelum bekerja di proyek sering melaut untuk menangkap udang maupun ikan. Biasanya bila mereka cuti, mereka akan melaut dan menjual
hasilnya pada pedagang pengumpul yang ada di desa tersebut. Total waktu yang dicurahkan mempunyai tanda yang positif sesuai dengan
yang diharapkan. Hal ini terkait erat dengan ketersediaan tenaga kerja produktif di dalam setiap rumahtangga. Perhitungan selanjutnya menunjukkan bahwa
curahan kerja di perikanan respon terhadap total waktu yang dicurahkan rumahtangga. Semakin banyak tenaga kerja produktif di dalam suatu rumahtangga
akan meningkatkan total waktu yang dapat dicurahkan pada berbagai aktivitas pada masing-masing rumahtangga, termasuk kegiatan melaut yang merupakan
sumber penerimaan tunai terbesar kedua setelah penerimaan di proyek LNG Tangguh.
Jumlah tenaga kerja di perikanan bertanda positif sesuai dengan yang diharapkan dan berpengaruh nyata pada taraf
α = 1 persen. Dimana semakin tinggi jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan perikanan akan
meningkatkan curahan kerja rumahtangga untuk kegiatan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa keputusan rumahtangga untuk mengalokasikan waktunya
untuk kegiatan perikanan sangat dipengaruhi oleh seberapa besar tenaga kerja yang tersedia yang dapat dicurahkan untuk kegiatan tersebut. Perhitungan lebih
lanjut menunjukkan bahwa curahan kerja di perikanan tidak respon terhadap jumlah tenaga kerja yang terlibat pada kegiatan perikanan. Hal ini terjadi diduga
karena istri ataupun anggota keluarga lainnya yang menggantikan tenaga kerja yang biasa melaut dibebankan pada kegiatan rumahtangga yang cukup besar dan
kegiatan produktif lainnya. Curahan kerja rumahtangga mempunyai tanda yang negatif sesuai dengan
yang diharapkan dan berpengaruh nyata pada taraf α = 1 persen. Semakin tinggi
curahan kerja pada kegiatan rumahtangga secara langsung akan mengurangi alokasi kerja pada kegiatan perikanan dan secara tidak langsung menurunkan
penerimaan perikanan. Perhitungan lebih lanjut menunjukkan bahwa curahan kerja di perikanan respon terhadap alokasi kerja rumahtangga. Hal ini terjadi
karena sekalipun curahan kerja terbesar pada kegiatan perikanan didominasi oleh suami, tetapi biasanya pada saat musim udang, istri juga ikut melaut untuk
membantu suaminya. Bila aktivitas rumahtangga meningkat maka yang melaut hanya suami atau anggota keluarga lainnya, sehingga berpengaruh terhadap
penurunan alokasi kerja pada kegiatan perikanan. Artinya bahwa keputusan rumahtangga didalam mengalokasikan kerjanya untuk kegiatan perikanan sangat
ditentukan oleh kemampuan seorang istri didalam mengelola kegiatan rumahtangganya seperti memasak, mencuci, mengasuh anak, dan lain sebagainya.
Jumlah jaring bertanda negatif berlawanan dengan yang diharapkan, dan signifikan pada taraf
α = 10 persen. Dimana semakin banyak jaring yang
dimiliki, maka alokasi kerja yang dicurahkan untuk kegiatan perikanan semakin berkurang. Hal ini memberikan gambaran bahwa semakin banyak jaring yang
dimiliki oleh rumahtangga membuat mereka akan memperoleh udang dan ikan lebih cepat dan lebih banyak daripada rumahtangga yang mempunyai jumlah
jaring lebih sedikit sehingga curahan kerja yang diperlukan juga tidak terlalu besar. Perhitungan lebih lanjut menunjukkan bahwa curahan kerja di perikanan
tidak respon terhadap jumlah jaring yang dimiliki. Hal ini memberikan gambaran bahwa sekalipun jumlah jaring yang dimiliki banyak tetapi curahan kerja pada
kegiatan perikanan tidak mengalami penurunan yang cukup berarti karena ada kecenderungan setelah konstruksi proyek, jumlah udang maupun ikan yang
ditangkap mengalami penurunan sehingga sekalipun jaring mereka banyak mereka tetap harus mengalokasikan kerjanya lebih besar daripada saat sebelum
adanya proyek. Curahan kerja pada kegiatan pertanian mempunyai tanda negatif sesuai
dengan yang diharapkan. Hal ini menunjukkan semakin tinggi alokasi kerja pada kegiatan pertanian secara langsung akan menurunkan alokasi kerja pada kegiatan
perikanan. Umumnya masing-masing rumahtangga mempunyai frekuensi menanam setiap tahunnya adalah maksimum tiga kali, sedangkan frekunsi melaut
hampir merata di sepanjang tahun. Hanya bulan desember hingga februari frekuensi melaut mereka menurun karena adanya musim angin. Hal ini
mengakibatkan masing-masing rumahtangga dihadapkan pada pilihan untuk melakukan kedua aktivitas produksi tersebut. Perhitungan lebih lanjut
menunjukkan bahwa curahan kerja di perikanan tidak respon terhadap curahan
kerja di pertanian. Hal ini memberikan gambaran bahwa peningkatan kerja di pertanian tidak mengakibatkan terjadi penurunan yang cukup berarti pada
kegiatan perikanan karena kegiatan tersebut merupakan sumber penerimaan tunai terbesar kedua dalam rumahtangga setelah di proyek.
6.4.6. Curahan Kerja Proyek