Bila dikaitkan dengan Tabel 20 dan 21, secara keseluruhan Tabel 23 menunjukkan bahwa tinggi rendahnya pendapatan tunai sangat ditentukan oleh
alokasi kerja pada masing-masing kegiatan. Semakin tinggi alokasi kerja pada kegiatan tertentu mengakibatkan pendapatan tunai yang diperoleh juga semakin
tinggi. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa rumahtangga didalam mengalokasikan kerjanya sangat dipengaruhi oleh pendapatan tunai yang dapat
diperoleh dari masing-masing kegiatan.
6.3. Konsumsi pada Rumahtangga Responden
Masing-masing rumahtangga responden mempunyai pola konsumsi yang berbeda-beda baik pada komoditi pangan maupun non pangan tergantung jumlah
anggota keluarga dan gaya hidup masing-masing keluarga. Konsumsi pada rumahtangga responden dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Rata-rata Konsumsi Rumahtangga dalam Satu Tahun
No Jenis Barang Konsumsi
LNG Non LNG
Rata-rata nilai Konsumsi Rp
Persentase Rata-rata nilai
Konsumsi Rp Persentase
1. Produk usahatani
1 249 300 5.98
745 100 3.86
2. Produk perikanan
1 403 750 6.72
2 915 400 15.09
3. Hasil buruan
298 250 1.43
750 400 3.88
4 Hasil menokok sagu
370 000 1.77
634 000 3.28
5. Konsumsi barang pasar
pangan selain produksi rumahtangga
15 451 425 73.99
12 854 960 66.55
6. Konsumsi barang pasar
non pangan 2 110 700
10.11 1 417 680
7.34 Total
20 883 425 100.00
19 317 540 100.00
Sumber : Data Penelitian diolah
Konsumsi terbesar rumahtangga responden adalah konsumsi untuk bahan pangan, terutama bahan pangan yang berasal dari pasar baik pada rumahtangga yang
bekerja di LNG maupun yang tidak bekerja di LNG. Hal ini disebabkan harga-
harga barang pasar untuk pangan di kedua desa penelitian lebih tinggi dibandingkan dengan harga normal yang berlaku di ibukota provinsi. Sebagai
contoh, harga per kilogram gula pasir di ibukota provinsi mencapai Rp. 9 000 sedangkan di lokasi penelitian, harga gula pasir ¾ kg mencapai Rp. 10 000 dan
harga minyak goreng 5 liter mencapai Rp. 80 000 sedangkan di ibukota provinsi sebesar Rp. 60 000. Tingginya harga bahan pangan di kedua desa ini merupakan
konsekuensi dari biaya tataniaga yang juga meningkat yang harus ditanggung oleh para pedagang setempat.
Nilai konsumsi barang pasar pangan maupun non pangan pada rumahtangga yang bekerja di LNG Tangguh lebih besar dibandingkan pada
rumahtangga yang tidak bekerja di LNG. Hal ini disebabkan rata-rata jumlah anggota keluarga dan jumlah balita rumahtangga yang bekerja di LNG lebih besar
dibandingkan jumlah anggota keluarga dan balita rumahtangga yang tidak bekerja di LNG. Selain itu uang tunai yang diterima dari upah bekerja di LNG
memungkinkan keluarga yang bekerja di LNG mempunyai tingkat konsumsi yang lebih tinggi karena tingkat pendapatan mereka lebih besar dari rumahtangga yang
tidak bekerja di LNG. Untuk menyiasati kebutuhan konsumsi yang tinggi, rumahtangga yang tidak bekerja di LNG lebih banyak mengkonsumsi produk
yang berasal dari produksi rumahtangga dan mengurangi konsumsi barang pasar untuk pangan dan non pangan. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya
pendapatan tunai yang dimiliki rumahtangga mempengaruhi tinggi rendahnya konsumsi suatu rumahtangga terhadap barang pasar maupun produk-produk yang
dihasilkan rumahtangga pada berbagai aktivitas produksi.
6.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi dan Penerimaan