76
6.3 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal
Setelah menentukan produk prospektif dan segmen pasar potensial bagi produk prospektif TF, selanjutnya perusahaan TF perlu mengenali, menganalisis, dan
mendiagnosis lingkungan usahanya. Analisis faktor-faktor strategis dalam perumusan strategi bisnis pada Peternakan Domba TF dilakukan dengan
mengetahui faktor internal kekuatan dan kelemahan maupun faktor eksternal peluang dan ancaman perusahaan. Faktor-faktor internal dan eksternal tersebut
ditentukan melalui wawancara dengan responden atau pakar. Setelah diidentifikasi, para responden diminta memberikan pendapatnya dengan menggunakan kuesioner
untuk merumuskan faktor-faktor kekuatan dan kelemahan internal serta faktor- faktor peluang dan ancaman eksternal.
6.3.1 Analisis Lingkungan Internal
Analisis lingkungan internal digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mencapai kinerja dan mengungguli pesaing. Analisis lingkungan
internal pada penelitian ini dilaksanakan untuk mengkaji berbagai faktor internal yang berpengaruh terhadap strategi yang dilakukan perusahaan peternakan domba
TF khususnya produk prospektif TF. Faktor lingkungan internal adalah faktor- faktor yang merupakan kekuatan yang dapat dimanfaatkan dan kelemahan yang
harus diantisipasi oleh TF. Berdasarkan hasil wawancara dan pengisian kuesioner kepada para responden,
diperoleh beberapa faktor kunci keberhasilan yang mempengaruhi perusahaan peternakan domba TF khususnya untuk produk prospektif TF. Faktor internal
tersebut terdiri dari faktor kekuatan dan faktor kelemahan. 1 Kekuatan
Kekuatan strength merupakan faktor strategi internal dimana faktor tersebut harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan perusahaan. Kekuatan
yang dimiliki oleh TF merupakan faktor-faktor strategis yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk menjalankan bisnisnya dan mengungguli pesaingnya.
Membangun keunggulan kompetitif memerlukan kompetensi pembeda distinctive competencies, yaitu kekuatan yang dimiliki oleh TF yang tidak mudah ditiru atau
ditandingi oleh pesaing. Berdasarkan hasil yang didapat dari responden, terdapat beberapa kekuatan yang dimiliki oleh TF, yaitu:
77
a Kondisi Modal dan Keuangan Baik Kondisi keuangan seringkali dianggap sebagai satu ukuran terbaik untuk posisi
kompetitif dan daya tarik keseluruhan suatu perusahaan. Modal merupakan salah satu bagian terpenting bagi perusahaan dalam menunjang dan mengembangkan
usahanya lebih lanjut. Modal yang dimaksud tidak hanya dalam bentuk uang tetapi juga termasuk lahan, bangunan, dan alat-alat produksi lainnya. Modal yang
digunakan dapat berasal dari modal sendiri maupun modal pinjaman. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pemilikmanajer perusahaan diperoleh keterangan
bahwa sejak usaha peternakan TF resmi didirikan, perusahaan telah mendapat kepercayaan pinjaman modal dari bank untuk pengembangan usaha dalam jumlah
yang terus meningkat setiap tahunnya. Saat ini proporsi modal perusahaan terdiri dari 50 persen modal sendiri dan 50 persen modal pinjaman.
Kondisi keuangan perusahaan saat ini juga berada pada kondisi yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari omset yang diperoleh perusahaan tiap tahunnya rata-rata
sebesar Rp 1.097.700.000,- dan laba perusahaan sebesar Rp 659.420.000,-. Berdasarkan hasil analisis RC, didapatkan bahwa usaha peternakan domba TF
layak diusahakan dan menguntungkan karena nilai RC sebesar 2,5 1 yang berarti bahwa setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan
penerimaan sebesar Rp 2,50. b Pengelolaan Sumberdaya Manusia SDM yang Baik
Perusahaan TF merupakan usaha peternakan domba yang dikelola oleh pemilik sekaligus manajer perusahaan dengan latar belakang pendidikan sarjana. Saat ini
tenaga kerja yang dimiliki oleh TF berjumlah 17 orang, yang terdiri dari empat orang kepala kandang, sembilan orang anak kandang, satu orang administrasi, satu
orang supir, satu orang pengangkut tahu, dan satu orang satpam. Mayoritas tingkat pendidikan pekerja adalah lulusan SD dan berasal dari daerah sekitar peternakan.
Dalam hal penerimaan dan penempatan kerja, pemilikmanajer perusahaan TF menetapkan nilai-nilai yang telah menjadi budaya usahaternak. Penetapan nilai-
nilai ini bertujuan untuk meningkatkan dan menjaga kualitas moral setiap tenaga kerja. Nilai-nilai moral tersebut antara lain perilaku jujur, pekerja keras, disiplin,
suka menolong sesama dalam pekerjaan, mengetahui karakter atau kebiasaan domba, serta mencintai ternak.
78
Dalam hal organisasional, perusahaan TF telah memiliki struktur organisasi yang jelas walaupun masih sangat sederhana. Pembagian tugas dan tanggung jawab
diatur oleh pemilikmanajer perusahaan sehingga tugas dan tanggung jawab setiap tenaga kerja terlaksana dengan baik. Selain itu, perhatian pemilikmanajer
perusahaan dalam peningkatan potensi SDM di perusahaan TF sudah baik. Hal ini terlihat dari upaya pemilikmanajer perusahaan untuk meningkatkan keterampilan
pekerja dengan memberikan pelatihan secara bertahap karena faktor latar belakang pendidikan pekerja yang masih rendah. Tenaga kerja TF juga memperoleh
pengarahan dari aparat Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor yang diberikan setiap tiga bulan sekali.
Pemberian motivasi dan kesejahteraan pekerja juga tak luput dari perhatian pemilikmanajer perusahaan. Selain pemberian upah yang didasarkan pada kinerja
masing-masing pekerja, pemilikmanajer perusahaan TF juga memberikan tunjangan hari raya, bonus, beberapa fasilitas kerja, dan reward bagi pekerja atas
kontribusi dan usahanya di perusahaan TF selama satu tahun. Sistem pembayaran upah dilakukan setiap minggu. Besarnya upah disesuaikan dengan jenis
pekerjaannya. Bonus diterima pekerja pada saat panen raya ternak yang besarnya disesuaikan dengan hasil kinerja masing-masing sehingga pekerja terpacu untuk
meningkatkan kinerjanya. c Performa Ternak Bagus dan Berkualitas
Domba lokal yang merupakan produk prospektif perusahaan TF memiliki performa fisik yang bagus dan berkualitas. Hal ini dikarenakan dari awal proses
penggemukan terutama dalam pemilihan domba bakalan yang akan digemukkan telah melalui proses penyeleksian dan penyortiran berdasarkan kriteria perusahaan.
Kriteria perusahaan yang dimaksud tersebut adalah kesehatan domba bakalan, performa fisik seperti tanduk yang bagus, bentuk muka, panjang dan tinggi tubuh,
keseragaman bangsa dan warna bulu, serta kecenderungan pertambahan bobot badan yang tinggi sehingga dapat diketahui apakah domba tersebut memiliki nilai
jual yang tinggi. Selain itu, faktor-faktor selama proses penggemukan domba lokal yang mencakup kegiatan perawatan dan pemeliharaan kesehatan ternak, pemberian
pakan, intensitas pemandian domba, pencukuran bulu, pemberian obat cacing dan
79
vaksin, pemotongan kuku, serta pembersihan kandang turut mempengaruhi performa produk TF sehingga dihasilkan produk yang bagus dan berkualitas.
d Lokasi dan Pelaksanaan Produksi Baik Dalam menjalankan usaha peternakannya saat ini, lokasi perusahaan dinilai sudah
cukup strategis. Lokasi yang cukup strategis tersebut dapat dilihat dari beberapa faktor seperti faktor produksi dimana lokasi peternakan berada pada kondisi
topografi yang sesuai untuk usaha peternakan domba dan dekat dengan sumber input khususnya sumber pakan sehingga dalam hal kebutuhan pakan ternak sudah
cukup memadai. Selain itu, lokasi perusahaan juga tidak berada di dekat jalan raya yang cukup bising dan berpolusi karena dapat mengganggu perkembangan ternak.
Pemilihan lokasi perusahaan juga sudah memperhatikan keadaan lingkungan sekitar, dimana lokasi perusahaan tidak berada di daerah permukiman penduduk
sehingga tidak mengganggu kenyamanan penduduk. Saat ini pemasok ternak bagi perusahaan TF berasal dari beberapa pedagang atau
pengumpul yang membawa domba bakalan dari peternak berbagai daerah di Jawa Barat seperti Bogor, Cianjur, Pelabuhan Ratu, Garut, Cicurug, dan Karawang.
Pemilihan dan penentuan pemasok didasarkan pada kemampuannya dalam menyuplai ternak yang berkualitas secara kontinyu dan dengan harga yang murah.
Pemasokan belum dilakukan secara terjadwal, yaitu antara 1-2 kali dalam seminggu dengan sistem pembayaran ternak secara tunai.
Kualitas ternak merupakan hal yang senantiasa diperhatikan perusahaan. Ternak bakalan yang akan diterima perusahaan harus memenuhi syarat kualitas yang telah
ditentukan oleh perusahaan, diantaranya ternak bakalan harus sehat dan tidak cacat, berat minimal 18-20 kg, umur domba berkisar antara 6-8 bulan, gigi seri belum
ganti, jenis kelamin jantan, dan harga yang relatif murah. Ternak yang baru datang dari pemasok akan disortir terlebih dahulu oleh perusahaan. Setelah melalui proses
penyortiran, ternak tersebut mendapat penanganan seperti penimbangan bobot awal, pengistirahatan, pemberian obat cacing, vitamin, dan antibiotik serta pencukuran
bulu ternak untuk kemudian dimandikan dan siap digemukkan. Selama masa penggemukan, domba diberi vaksinasi sebanyak satu kali dalam satu periode
penggemukan sebelum penjualan. Perusahaan TF telah bekerjasama dengan Dinas
80
Peternakan Bogor dalam hal pemeriksaan kesehatan ternak dan pemberian vaksin secara berkala untuk mendapatkan sertifikat sehat dari Dinas Peternakan Bogor.
Pemberian pakan kepada ternak dilakukan perusahaan secara teratur dua kali dalam sehari. Dengan pemberian yang dijatah tersebut, maka kesehatan ternak lebih
terjamin dibandingkan bila ternak diberi pakan dengan cara digembalakan. Meskipun demikian, terkadang ternak yang dimiliki perusahaan TF juga terkena
penyakit seperti mencret, perut kembung, dan orf atau skabies yang tidak berbahaya dan dapat disembuhkan. Ternak yang terserang penyakit dapat mempengaruhi
nafsu makannya sehingga berakibat pada penurunan Average Day Growth ADG. Namun karena perawatan dan pemeliharaan kesehatan yang baik, maka tingkat
kematian dan serangan penyakit pada domba TF sangat rendah. 2 Kelemahan
Faktor kelemahan merupakan bagian dari faktor strategi internal yang dapat menghambat dan mengganggu pencapaian tujuan perusahaan sehingga harus
mendapat perhatian serius dari perusahaan. Kelemahan-kelemahan perusahaan TF
yang dapat diidentifikasi meliputi:
a Kurangnya Promosi Produk Pemasaran merupakan bagian penting perusahaan dalam pencapaian hasil dan
tujuan yang diharapkan. Banyak perusahaan yang gagal mencapai tujuannya hanya karena gagal dalam memasarkan produknya. Promosi sebagai aspek penting dari
bauran pemasaran juga turut menentukan keberhasilan suatu perusahaan dalam memasarkan produknya. Kegiatan promosi yang efektif dipandang mampu
mempengaruhi kecenderungan mengkonsumsi dalam masyarakat. Promosi yang efektif akan mengubah pengetahuan publik mengenai ketersediaan dan karakteristik
beberapa produk. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa anggaran promosi berpengaruh positif terhadap penjualan dan market share, sebaliknya peningkatan
anggaran promosi pesaing berpengaruh negatif terhadap tingkat penjualan dan market share pesaingnya.
Selama menjalankan usahanya, kegiatan promosi yang dilakukan perusahaan TF cukup minim. Perusahaan hanya melakukan promosi produk melalui pendekatan
words of mouth dan menjalin hubungan yang baik dengan jaringan pemasarannya. Perusahaan belum pernah mengupayakan kegiatan promosi melalui media internet
81
maupun media massa. Kurangnya promosi yang dilakukan dikarenakan perusahaan TF tidak memiliki divisi khusus yang menangani kegiatan pemasaran. Hingga saat
ini, kegiatan pemasaran masih dilakukan sendiri oleh pemilikmanajer perusahaan sehingga program pemasaran produk prospektif TF menjadi kurang efektif dan
terarah. Hal ini juga menyebabkan produk prospektif TF yang memiliki banyak
keunggulan belum dikenal baik oleh pasar.
b Administrasi Belum Rapih Untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan, maka
administrasi keuangan harus dikelola dengan baik. Selama ini pencatatan administrasi yang dilakukan sendiri oleh pemilikmanajer TF masih bersifat
sederhana berupa garis besar penerimaan dan pengeluaran serta keuntungan yang diperoleh perusahaan selama satu periode penggemukan tiap tahunnya. Pencatatan
mengenai data hasil produksi dan penjualan belum terarsip secara lengkap dan rapih bahkan terdapat beberapa data-data yang hilang. Selain itu, pencatatan belum
mencakup laporan laba rugi, perubahan modal, dan laporan ekuitas pemilik sehingga menyulitkan perusahaan dalam mengevaluasi kinerjanya. Hal tersebut
dikarenakan TF belum mempunyai karyawan tetap yang berpengalaman dalam memanage keuangan dengan sistem akuntansi yang terkomputerisasi sehingga
kegiatan pelaporan keuangan TF menjadi lebih praktis dan akurat.
c Perencanaan Belum Terstruktur Perencanaan merupakan awal proses dari suatu bisnis yang dapat membantu
perusahaan mencapai hasil yang maksimum dari usaha tertentu. Perencanaan adalah dasar dari formulasi strategi yang efektif, sehingga dengan perencanaan suatu
organisasi dapat mengembangkan strategi. Perencanaan akan efektif jika merumuskan suatu sasaran dan tujuan yang terukur. Proses perencanaan harus
melibatkan manajer dan karyawan dalam organisasi agar memudahkan karyawan memahami dan memberikan komitmen. Berdasarkan hasil wawancara dengan
pihak manajerpemilik perusahaan, kegiatan perencanaan yang telah dilakukan oleh TF belum optimal. Secara tersirat TF memiliki rencana untuk dapat
mengembangkan usahanya dan memperluas wilayah pemasaran dombanya mengingat besarnya peluang pangsa pasar yang belum terpenuhi. Namun
perencanaan yang belum diuraikan secara jelas dan spesifik, tidak adanya target dan
82
sasaran, serta langkah-langkah dan strategi yang harus dilakukan perusahaan baik dalam jangka pendek, menengah atau jangka panjang belum terstruktur
menunjukkan bahwa perencanaan perusahaan belum dirumuskan dengan baik. Dikhawatirkan hal ini dapat menghambat efektifitas kerja perusahaan untuk
berkembang mencapai cita-citanya karena tidak jelas bagaimana cara mencapainya.
d Belum Menggunakan Kontrak Jual Beli Pengertian kontrak bisnis kontrak jual beli adalah kontrak yang dilakukan pelaku
bisnis untuk memperoleh kepastian hukum. Dalam kontrak ini disebutkan apa yang menjadi syarat-syarat, hak, dan kewajiban yang berkaitan dengan bisnis mereka.
Hukum kontrak merupakan hukum privat karena pelanggaran terhadap kewajiban- kewajiban yang ditentukan dalam kontrak murni menjadi urusan pihak-pihak yang
melakukan kontrak
7
. Hingga saat ini, perusahaan TF belum menggunakan kontrak jual-beli dalam
kegiatan bisnisnya khususnya dengan pemasok input bakalan dan pelanggannya. Dalam proses pengadaan dan waktu pemasokan domba bakalan, perusahaan hanya
mengandalkan kemampuan pemasoknya. Tidak adanya kepastian jumlah bakalan yang dapat dipasok dan waktu pemasokan dapat mempengaruhi pelaksanaan
produksi dan pemasaran produk, khususnya kemampuan perusahaan dalam menjaga kontinuitas produksi dan produk yang dipasarkan kepada konsumen.
Selain itu, tidak adanya kontrak jual beli juga mempengaruhi terhadap proses pemasaran produk. Pengalaman perusahaan TF dalam menghadapi pelanggan yang
melakukan tunggakan pembayaran kredit dan tindak kecurangan dalam transaksi dikarenakan perusahaan belum memiliki kontrak jual-beli yang jelas baik mengenai
persyaratan maupun ketentuan pembayaran.
6.3.2 Analisis Lingkungan Eksternal