105
Universitas Sumatera Utara
didalam prosesnya sendiri peneliti tidak menutup kemungkinan akan munculnya pertanyaan-pertanyaan baru yang dapat menggali informasi lebih dalam dari para
informan. Adapun indikator yang digunakan untuk menganalisis implemetasi
kebijakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Kejelasan Isi KebijakanUndang-Undang
Pada dasarnya suatu kebijakan diformulasikan dengan maksud untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Kebijakan tersebut
dirumuskan secara rinci dan disusun secara jelas sesuai dengan kepentingannya. Kejelasan isi kebijakan berarti isi dan tujuan dari
kebijakan mudah dipahami implementor dan dapat diterjemahkan pada pengimplementasiaanya.
Hasil wawancara peneliti dengan informan kunci yaitu dengan bapak Zulkifli Sitepu, informan menyatakan bahwa pemahaman beliau
tentang ruang terbuka hijau itu sendiri adalah ruang yang mana ruangan itu mempunyai unsur penghijauannya baik karena taman maupun karena
penghijauannya harus mendukung dari taman itu. Kemudian peneliti juga menanyakan hal yang sama kepada Kepala Bidang Taman dan Makam
Dinas Pertaman Kota Medan yaitu dengan Ibuk Ir Susy Agustina, M.si, pemahaman beliau sendiri tentang ruang terbuka hijau adalah ruang
terbuka yang sifatnya bisa aktif atau pasif yang fungsinya bermacam- macam seperti untuk lingkungan, edukasi, keberadaan ruang dll. Dalam
arti luas RTH adalah ruang aktif dan RTH tidak aktif. RTH pasif seperti
106
Universitas Sumatera Utara
jalur hijau tepi sungai. Lebaran jalur hijau tergantung dengan lebaran sungai. Selain itu jalur kiri-kanan rel kereta api, RTH kiri-kanan jalan.
RTH aktif adalah taman-taman kota, taman-taman perumahan, dan taman pekarangan rumah.
Berikutnya peneliti
juga melakukan wawancara dengan Ibu Indri
Meiyanti selaku bagian Tata Ruang Dinas Tata dan Tata BangunanTRTB Kota Medan. Beliau menyatakan bahwa ruang terbuka
hijau di dalam RDTR itu adalah RTH terbagi atas 6 RTH 1: Taman kelurahan, RTH 2: Taman Kota. RTH 3: TPU, RTH 4: Kawasan wisata,
RTH 5: Hutan Kota, RTH 6: Lapangan olahrahraga. Itulah pembagian RTH dari RDTR Dinas Tata Ruang dan Wilayah Kota Medan
Kemudian peneliti juga menanyakan apa yang menjadi dasar di keluarkannya Kebijakan Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031 adalah Peraturan Daerah Nomor
10 Tahun 2013 Tentang Kekayaan Daerah. Peraturan ini dikeluarkan agar masyarakat dapat menikmati ruang terbuka hijau karena memang ruang
terbuka hijau itu merupakan ruang publik, hanya saja kalau masyarakat itu akan menggunakan ruang terbuka hijau dalam acara yang sifatnya
komunitas atau event maka masyarakat itu harus mengikuti ketentuan sesuai dengan Perda. Jika umpamanya perorangan berekreasi atau
berolahraga maka pemanfaatan ruang terbuka hijau itu disediakan tidak dikenakan aturan atau biaya.
107
Universitas Sumatera Utara
Kepala bidang Taman dan Makam menyatakan bahwa dalam pelaksanaan kebijakan ruang terbuka hijau, Dinas Pertamanan berpedoman
terhadap peraturan pusat yang sudah ada yaitu berdasarkan Undang- Undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007 dimana di dalam UU
tersebut secara jelas menyatakan bahwa proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit adalah 30 dari luas wilayah kota dimana dari
yang 30 tersebut 20 adalah RTH publik dan 10 adalah RTH privat dan juga Peraturan Menteri Pekerjaan Umum yang tentang Pedoman
penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau dikawasan perkotaan . Kepala Seksi Taman dan Dekorasi menambahkan bahwa perda tth
RTH memang harus ada karena fungsi-fungsi RTH itu sangat banyak dan untuk menampung semua fungsi tersebut agar bisa berjalan maka harus di
buat Perda, 30 dari luas kota harus hijau jika mau tingkat polusi kota itu tidak tinggi. Hal yang sama juga di nyatakan oleh informan tambahan jika
dia RTRW luas RTH itu 30 dan di RDTR juga tidak boleh kurang dari 30 namun dalam penyusunan RDTR RTH 30 di bagi menjadi RTH
publik 22,26 dan RTH privat 6,5. Disini RTH publik yang di bagi menjadi 6 RTH dan sisanya adalah di perumahan
Peneliti juga menanyakan apa yang menjadi target dan tujuan dari kebijakan atau peraturan tersebut. Informan kunci menyatakan
mengatakan bahwa yang menjadi target dan tujuannya adalah menguatkan kepada masyarakat bahwa ruang terbuka hijau itu ada Perda dan
ketentuannya apabila masyarakat secara komunitas membuat acara maka akan dikenakan biaya administrasi. Informan tambahan pun juga
108
Universitas Sumatera Utara
menyatakan targetnya adalah 30 itu harus karena dimanapun nanti rencana kota medan itu harus menyediakan 30 dan peta nya sudah di
tarok dimana-mana. Jika ada yang memohon izin namun kawasan tersebut adalah RTH maka izin tidak akan dikeluarkan untuk melakukan
pembangunan. Kemudian peneliti juga menanyakan kepada informan kunci siapa
yang menjadi pelaku dari pelaksanaan kebijakan ini Perda ini, beliau menyatakan bahwa pelaku dalam pelaksaan Perda ini adalah Pemerintah
Kota medan yaitu Dinas Pertamanan itu sendiri. Informan tambahan juga menambahkan bahwa dalam mengeluarkan izinnya adalah Dinas TRTB
tapi untuk kebijakannnya adalah Bappeda, dan untuk pelaksnaan kebijakannya taman-tamannya adalah Dinas Pertamanan Kota Medan.
Peneliti juga menanyakan apakah kebijakan dalam pelaksanaan nya memiliki hubungan dengan dinas-dinas lainnya. Kepala seksi taman
dan dekorasi menyatakan ada yaitu pada bagian jalur hijau ada koordinasi dengan dinas Pekerjaan umum karena bagian trotoar dan paret adalah
tanggung jawab dari dinas pekerjaan umum. Dengan dinas tata ruang hanya menetapkan dimana jalur hijau yang harus di buat menurut perda
orang itu.TRTB hanya bersifat global dan konsep-konsep saja. Menurut informan tambahan yang menjadi indikator pelaksanaan perda ini adalah
pada saat penentuan peta RTRW dan konsisi di lapangan dan kajian- kajian hkusus dan kajian lapangan dalam menentukan suatu kawasan itu
RTH atau tidak.
109
Universitas Sumatera Utara
Peneliti juga menyakan berapa persen ruang terbuka hijau yang sudah terealisasi, beliau menyatakan ruang terbuka hijau yang sudah
terealisasi hampir sekitar 17, memang sesuai dengan amanat Perda Tata Ruang yang mestinya 30 namun Dinas Pertamanan sendiri berupaya
terus meningkatkan persentase ruang terbuka hijau di Kota Medan Semaksimal mungkin.
Peneliti juga menanyakan apakah dinas pertamanan sendiri memiliki target yang harus dicapai, beliau menyatakan secara bertahap
upaya ini terus dilakukan dengan memanfaatkan ruang-ruang yang selama ini barangkali dari segi kerapatan tanaman kemudian lahan-lahan yang
dianggap memungkinkan di bangun ruang terbuka hijau seperti lokasi pemakaman dengan mengupayakan penghijauan di sekitar makan tersebut.
Informan juga menyatakan dalam rangka memenuhi yang 30 ini dengan memaksimalkan kondisi yang ada dengan meminta kepada Pemko medan
mengadakan lahan yang mana lahan tersebut nantinya oleh Dinas Tata Ruang dan Tata bangunan yang menyediakannya, dan lahan yang telah
tersedia tetap dimanfaatkan semaksimal mungkin dan mengupayakan lahan-lahan baru sehingga untuk mencapai 30 tersebut bisa
dilaksanakan. Peneliti juga mendapatkan informasi dari informan tambahan
mengapa pemerintah kota medan hanya bisa menargetkan hanya 17, beliau menjawab karena yang ingin di bebaskan itu lahan masyarakat.
Kita hanya bisa menetukan kawasan tersebut harus RTH tapi lahan tersebut belum menjadi milik pemko medan. Yang di bilang belum sampai
110
Universitas Sumatera Utara
30 itu adalah lahan yang sudah milik pemko medan, memang belum sampai 30, masih beberapa seperti taman beringin, taman gajah mada,
taman ahmad yani dll. Yang di hitung 30 adalah yang telah menjadi milik pemko medan. Pemko medan sudah merencanakan tempat tempat
yang menjadi RTH hanyasaja masalahnya untuk pembebasan lahan tersebut belum ada dananya. Karena dana yang di butuhkan untuk
pembebasan itu Miliayaran untuk membebaskan lahan masyarakat tersebut.
Peneliti juga menyakan apa yang menjadi hambatan sehingga ruang terbuka hijau yang 30 tidak bisa tercapai. Beliau menyatakan yang
namanya pilar pembangunan itu ada tiga yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat. Jadi yang menjadi hambatan itu sendiri adalah kesadaran dari
masyarakat itu sendiri yang menjadi hambatannya, harapan nya supaya masyarakat bisa mendukung penghijauan tersebut antara lain dengan
memanfaatkan pekarangan dengan melakukan penghijauan dengan menanam pohon produktif dan membuat taman-taman di sekitar
pekarangan. Jika umpamanya lahan lingkungan nya tidak ada ruko maka bisa di buat yang namanya Vertikal garden. kemudian dari pihak swasta
atau pengusaha-pengusaha atau lintas instansi atau kampus Negeri maupun Swasta kami juga berharap agar sama-sama mengejar persentase 30
ruang terbuka hijau tersebut karena tidak cukup pemerintah saja yang berupaya dalam meningkatkan ruang terbuka hijau.
Menurut kepala seksi dekorasi dan taman hambatannya adalah lahan yang sangat minim dan harga lahan di tengah kota yang juga sangat
111
Universitas Sumatera Utara
mahal. Kendala nya sangat banyak dan berat. Informan juga menambahkan hambatan lainnya adalah dari segi lahan. Dan sejauh ini
hambatannya juga dari segi keuangannya. Pendapat yang sama juga di nyatakan oleh informan tambahan
hambatannya adalah dana, pemko belum bisa mengganti rugi semua tanah- tanah itu. TRTB sudah menentukan lokasinya namun pemko belum bisa
mengganti rugi untuk taman. Tidak bisa dalam satu tahun langsung mengganti rugi namun dilakukan secara bertahap karena banyak izin-izin
IMB yang tidak bisa terbit karena berada di kawasan zona taman RTH, Pemko Medan belum bisa mengganti rugi itu secepatnya karena harus di
anggarkan terlebih dahulu. Kita hanya bisa menetapkan 30 nya saja dan menentukan tempatnya dimana saja tapi tanah tersebut belum milik
pemerintah namun masih milik masyarakat. Peneliti juga menyakan apa upaya dari pemerintah sendiri dalam
meningkatkan ruang terbuka hijau. Informan menyatakan disamping menganggarkan lahan kemudian memanfaatkan ruang supaya
volumekerapatan tanaman dan keanekaragaman tanaman di tingkatkan dan menghimbau pihak swasta dan masyarakat supaya ikut berperan aktif
dalam rangka meningkatkan ruang terbuka hijau.
b. Komunikasi dan Koordinasi