129
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil penelitian tentang pemahaman informan akan Implementasi Kebijakan Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Peraturan Daerah Kota
Medan Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan dapat dilihat bahwa sebenarnya secara garis besar para informan sudah
cukup memahami dan mengetahui maksud tujuan serta pentingnya kebijakan penyediaan ruang terbuka hijau tersebut, tetapi perlu ditingkatkan lagi sosialisasi
dan pemberian arahan langsung kepada masyarakat agar mereka semakin memahami apa yang menjadi maksud dan tujuan dari peraturan tersebut serta mau
melaksanakannya. Karena pada hakekatnya, suatu program kebijakan akan berhasil jika kebijakan tersebut juga didukung oleh masyarakat sebagai penerima
layanan.
5.2. Kejelasan isi kebijakan undang-undanng
Pada dasarnya suatu kebijakan diformulasikan dengan maksud untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Kebijakan tersebut dirumuskan secara rinci
disusun secara jelas sesuai dengan kepentingannya. Kejelasan isi kebijakan berarti isi dan tujuan dari suatu kebijakan mudah dipahami implementor dan dapat
diterjemahkan pada pengimplementasiannya. Menurut para informan yang menjadi dasar dikeluarkannya Kebijakan
Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 13 Tahun 2011 Tentan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan adalah
Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2013 Tentang Kekayaan Daerah. Peraturan ini dikeluarkan agar masyarakat dapat menikmati ruang terbuka hijau karena
memang ruang terbuka hijau itu merupakan ruang publik, hanya saja kalau masyarakat itu akan menggunakan ruang terbuka hijau dalam acara yang sifatnya
130
Universitas Sumatera Utara
komunitas atau event maka masyarakat itu harus mengikuti ketentuan sesuai dengan Perda. Dalam hal ini peneliti menyimpulkan bahwa implementor belum
sepenuhnya memahami latar belakang terbentuknya Perda ini karena implementor belum secara rinci bisa menyebutkan dasar terbentuknya kebijakan ini.
Kepala bidang Taman dan Makam menyatakan bahwa dalam pelaksanaan kebijakan ruang terbuka hijau, Dinas Pertamanan berpedoman terhadap peraturan
pusat yang sudah ada yaitu berdasarkan Undang-Undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007 dimana di dalam UU tersebut secara jelas menyatakan bahwa
proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit adalah 30 dari luas wilayah kota dimana dari yang 30 tersebut 20 adalah RTH publik dan
10 adalah RTH privat dan juga Peraturan Menteri Pekerjaan Umum yang tentang Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau dikawasan
perkotaan . Selanjutnya, kejelasan isi kebijakan juga ditinjau dari target dan tujuannya.
Menurut para informan, yang menjadi target dan tujuan Perda tersebut yakni tercapainya ruang terbuka hijau yang 30 dan apabila ada masyarakat yang ingin
membuat izin mendirikan bangunan di kawasan ruang terbuka hijau maka izin tersebut tidak akan dikeluarkan apabila zona tersebut telah di tetapkan sebagai
kawasan ruang terbuka hijau. Informan juga menambahkan bahwa setiap tahun dinas pertamanan selalu membuat proyek-proyek untuk menambah dan
meningkatkann ruang terbuka hijau di kota Medan. Namun dalam pencapaian target 30 sangat banyak hambatan yang harus
di hadapi oleh pemerintah. Hambatan yang paling sulit di hadapi pemerintah adalah keterbatasan lahan. Disini pemerintah belum bisa membeli lahan yang
131
Universitas Sumatera Utara
masih menjadi milik masyarakat karena keterbatasan dana walaupun kawasan tersebut sudah ditetapkan sebagai kawasan untuk ruang terbuka hijau tetapi
pemerintah belum cukup dana untuk membebaskan lahan tersebut untuk ruang terbuka hijau dan dana yang dibutuhkan untuk pembebasan lahan tersebut tidaklah
sedikit walaupun dana untuk ruang terbuka sudah ada di APBD kota Medan tetapi dana tersebut dalam pengimplemtasian nya digunakan untuk pembangunan yang
lain yang lebih utama sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Informan juga menambahakan bahwa hambatan dalam pelaksanaan perda
ini adalah masyarakat itu sendiri. Informan menyatakan bahwa pilar pembangunan itu ada 3 yaitu pemerintah, swasta, masyarakat itu sendiri.
Kurangnya kesadaran masyarakat dari masyarakat tentang pentingnya ruang terbuka hijau merupakan masalah besar yang di hadapi pemerintahan kota Medan.
Misalnya dalam mendirikan sebuah bangunan harusnya ada zona hijau, namun saat ini banyak masyarakat yang mendirikan bangunan tidak lagi memperdulikan
zona hijau tersebut dan melakukan pembangunan penuh terhadap sebuat bangunan yang seharusnya bagi masyarakat yang peduli maka ia akan membuat
taman-taman kecil di sekitar bangunan tersebut namun dalam hal ini masyarakat tidak peduli akan hal tersebut. Disini informan berharap agar pemerintah, swasta
dan masyarakat sama-sama berupaya agar ruang terbuka hijau di kota Medan dapat ditingkatkan dan memanfaatkan ruang terbuka hijau yang sudah ada dengan
semaksimal mungkin. Selanjutnya yang menjadi indikator dalam pelaksanaan perda ini adalah
pada saat menetukan peta ruang terbuka hijau harus memperhatikan kondisi di lapangan dengan kajian-kajian kusus dan kajian lapangan apakah suatu kawasan
132
Universitas Sumatera Utara
dapat di jadikan sebagai kawasan ruang terbuka hijau. Menurut para informan yang menjadi pelaku dalam pengimplementasian kebijakan ruang terbuka hijau ini
adalah Dinas Pertaman kota Medan, namun dalam penetuan lokasi dan konsep zona-zona nya adalah Dinas Tata Ruang Dan Tata Bangunan Kota Medan dan
dalam penetapan kebijakannya adalah Bappeda. Menurut informan dalam pelaksanaan perda ini juga memiliki hubungan dengan dinas-dinas lainnya seperti
dalam hal penamanan bibit-bibit unggul yang cocok di tanam di kawasan ruang terbuka hijau adalah adalah Dinas Pertanian, untuk bagian trotoar dan paret adalah
Dinas Pekerjaan Umum. Dari semua penjelasan yang dipaparkan oleh peneliti,maka dapat
disimpulan bahwa variable kejelasan isi kebijakan sudah cukup baik walaupun masih banyak terdapat kekurangannya dalam implemetasi Kebijakan Penyediaan
Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2013-
2031. Dan tentu saja variabel ini sangat berpengaruh dalam pengimplementasian kebijakan ruang terbuka hijau. Karena tujuan dan sasaran kebijakan tercapai
sangat bergantung pada pemahaman tiap implementor, jika para implementor kurang memahami kejelasan kebijakan, maka akan membuat arahan dari
kebijakan ini menjadi tidak tercapai.
5.3. Komunikasi dan Koordinasi