35
Universitas Sumatera Utara
berfungsi secara optimal ketika bisa memenuhi aspekkaidah seperti etika kesusilaan, fungsional kebenaran dan estetikakeindahan Imam Djokomono,
2004 Aspek etika mengandung pengertian tentang bagaimana sebuah ruang
publik dapat ‘diterima’ keberadaannya dan citra positif seperti apa yang ingin dimunculkan yang senantiasa melekat dengan keberadaan ruang publik tersebut.
Aspek fungsional setidaknya terdapat tiga faktor yang terkandung, yakni sosial, ekonomi dan lingkungan.
Faktor sosial merupakan syarat utama menghidupkan ruang publik, terdapat orang berkumpul dan terjadi interaksi. Selain sosial juga terdapat faktor
lingkungan dimana ligkungan yang nyaman mampu menjadi daya tarik bagi orang untuk masuk didalamnya. Sedangkan aspek estetika ruang publik terdapat tiga
tingkatan, estetika formal, fenomenologipengalaman dan estetika ekologi. Estetika formal merupakan estetika dimana obyek keindahan memiliki jarak
dengan subyek. Estetika pengalaman dimana obyek dinikmati dengan partisipasi atau interaksi dan estetika ekologi, obyek keindahan dinikmati melalui proses
partisipasi dan adaptasi yang memungkinkan kita berkreasi terhadap ruang tersebut.
1.6.3.4 Tipologi Ruang Terbuka Hijau
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan
Perkotaan, jenis-jenis ruang terbuka hijau yang ada sesuai dengan tipologi ruang
terbuka hijau sebagaimana Gambar 1.2 berikut:
36
Universitas Sumatera Utara
Secara fisik ruang terbuka hijau dapat dibedakan menjadi ruang terbuka hijau alami berupa habitat liar alami, kawasan lindung dan taman-taman nasional
serta ruang terbuka hijau non alami atau binaan seperti taman, lapangan olahraga, pemakaman atau jalur-jaur hijau jalan. Dilihat dari fungsi ruang terbuka hijau
dapat berfungsi ekologis, sosial budaya, estetika, dan ekonomi. Secara struktur ruang, ruang terbuka hijau dapat mengikuti pola ekologis mengelompok,
memanjang, tersebar, maupun pola planologis yang mengikuti hirarki dan
struktur ruang perkotaan.
Dari segi kepemilikan, ruang terbuka hijau dibedakan ke dalam ruang terbuka hijau publik dan RTH privat. Pembagian jenis-jenis ruang terbuka hijau
publik dan ruang terbuka hijau privat. 1.6.3.5
Konsep Dasar Hukum Tata Ruang
Mochtar Koesoemaatmadja mengonstatir bahwa tujuan pokok penerapan hukum apabila hendak direduksi pada satu hal saja adalah ketertiban order.
Ketertiban adalah tujuan pokok dan pertama dari segala hukum, kebutuhan akan ketertiban ini, merupakan syarat pokok fundamental bagi adanya masyarakat
37
Universitas Sumatera Utara
yang teratur, di samping itu tujuan lainnya adalah tercapainya keadilan yang berbeda-beda isi dan ukurannya, menurut masyarakat pada zamannya.
Konsep dasar hukum penataan ruang, tertuang di dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang berbunyi :
“melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia......”
Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 amandemen ke empat, berbunyi “Bumi dan air dan kekayaa alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Ketentuan tersebut memberikan “hak penguasaan kepada negara atas seluruh
sumber daya alam Indonesia, dan memberikan kewajiban kepada negara untuk menggunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat”. Kalimat tersebut
mengandung makna, negara mempunyai kewenangan untuk melakukan pengelolaan, mengambil dan memanfaatkan sumber daya alam guna
terlaksananya kesejahteraan yang dikehendaki. Untuk dapat mewujudkan tujuan tersebut, khususnya untuk meningkatkan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa berarti negara harus dapat melaksanakan pembangunan sebagai penunjang dalam tercapainya tujuan
tadi dengan suatu perencanaan yang cermat dan terarah. Apabila kita cermati dengan seksama, kekayaan alam yang ada dan dimiliki oleh negara, yang
kesemuanya itu memiliki suatu nilai ekonomis, maka dalam pemanfaatannya pun
38
Universitas Sumatera Utara
harus diatur dan dikembangkan dalam pola tata ruang yang terkoordinasi, sehingga tidak akan adanya perusakan terhadap lingkungan hidup. Upaya
pelaksanaan perencanaan penataan ruang yang bijaksana adalah kunci dalam pelaksanaan tata ruang agar tidak merusak lingkungan hidup, dalam konteks
penguasaan negara atas dasar sumber daya alam, di dalam kewajiban negara untuk melindungi, melestarikan dan memulihkan lingkungan hidup secara utuh. Artinya,
aktivitas pembangunan yang dihasilkan dari perencaan tata ruang pada umumnya bernuansa pemanfaatan sumber daya alam tanpa merusak lingkungan.
Selanjutnya, dalam mengomentari konsep Roscoe Pound, Mochtar Koesoemaatmadja mengemukakan bahwa hukum haruslah menjadi sarana
pembangunan. Disini berarti hukum haruslah mendorong proses modernisasi 10. Artinya hukum yang dibuat haruslah sesuai dengan cita-cita keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Sejalan dengan fungsi tersebut maka pembentuk undang-undang meletakkan berbagai dasar yuridis dalam melakukan berbagai
kegiatan pembangunan, sebagai salah satunya yaitu dalam pembuatan undang- undang mengenai penataan ruang.
Untuk lebih mengoptimalisasikan konsep penataan ruang, maka peraturan- peraturan perundang-undangan telah banyak diterbitkan oleh pihak pemerintah, di
mana salah satu peraturan perundang-undangan yang mengatur penataan ruang adalah Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
39
Universitas Sumatera Utara
1.6.3.6 Ketentuan Hukum Ruang Terbuka Hijau