5.2.3. Informan Kunci 3
1. Nama
: Andre Silalahi Amd. IP. SH
2. Umur
: 26 Tahun
3. Pendidikan
: S1
4. Jenis Kelamin
: Laki-laki
5. Agama
: Kristen
6. Suku
: Batak
Andre Silalahi merupakan staf petugas bimbingan kemasyarakatan  yang turut serta  dalam  membina  narapidana  anak  di  LPKA,  sebelumnya  Andre  Silalahi  juga
pernah  bertugas  di  LAPAS  dewasa  di  luar  Medan.  Saat  peneliti  pertama  kali menjumpai Andre Silalahi untuk melakukan wawancara  peneliti di bawa ke ruangan
tempat  wawancara  yang  berada tak jauh dari kamar-kamar para narapidana anak di LPKA.  Andre  Silalahi  juga  sempat  memperkenalkan  peneliti  ke  pada  para  anak
binaan LPKA yang berada di ruangan tersebut, peneliti sangat terkesan melihat anak- anak binaan LPKA yang sangat baik dan ramah.
Andre  Silalahi  dengan  lancar  menjawab  semua  pertanyaan  yang  ditanya peneliti,  Ia  menjelaksan  pembinaan  apa  saja  yang  ada  di  LPKA,  pembinaan
keperibadian  menurutnya  bertujuan  agar  merubah  tingkah  laku  anak  disini  dan menyadari  hukuman  apa  yang  dapat  di  terima  oleh  mereka,  serta  menyadari
keselahan  mereka.  Sedangkan  pembinaan  keterampilan  menurutnya  agar  anak binaan di LPKA yang mempunyai bakat keterampilan tahu apa yang harus dilakukan
setelah keluar dari LPKA. Berikut penuturan Andre Silalahi: “Kalo  pembinaan  kepribadian  kan  tujuannya  untuk  merubah  tingkah  laku
mereka  jadi  lebih  baik  lagi  dek,  dan  agar  anak  binaan  di  sini  juga  sadar
Universitas Sumatera Utara
hukum kan terus ada nya kegiatan-kegiatan hiburan seperti band, sepak bola gitu  agar  mereka  ga  bosan  juga  biar  terhibur,  dan  kita  dapat  mengetahui
bakat-bakat  mereka  di  bidang  apa  terus  kita  arahkan  lah,  band  LPKA  juga udah pernah tampil di festival-festival gitu seperti kemaren itu di MICC dapet
piala  mereka.  Sepak  bola  nya  juga  sangat  bagus,  mereka  dilatih  sama pelatih  dari  luar  dan  siapa  anak  binaan  yang  memang  benar-benar
mempunyai bakat bermain sepak bola bisa di masukkan ke PSMS Junior.” Andre  Silalahi  juga  menjelaskan  tentang  pendidikan  bagi  anak  binaan  di
LPKA.  Ia  mengatakan  bahwa  LPKA  bekerja  sama  dengan  MTSN  dan  PKBM PUSPA  dimana  setiap  kamis  dan  sabtu  kegiatan  MTSN  diadakan  serta  PKBM
PUSPA  yang  menyelenggarakan  ujian  paket  A,  B,  dan  C.  Andre  Silalahi  juga mengatakan pada bulan tiga baru saja di adakan ujian paket C yang di ikuti oleh 13
anak binaan  dan 2 anak  binaan  yang sudah bebas  yang sebelumnya sudah terdaftar mengikuti  ujian  paket  C,  dan  bulan  5  ini  rencanannya  juga  akan  di  adakan  ujian
paket B. Berikut penuturan Andre Silalahi: “Untuk pendidikan kami bekerja sama dengan MTSN dan PKMB PUSPA yang
menyelenggarakan  ujian  paket  A,B,  dan  C  dek,  ya  bagus  sekali  kan  kegiatan seperti ini walau mereka udah terenggut kebebasannya tapi mereka juga masi
bisa  sekolah  dan  belajar,  malah  ketika  mereka  berada  di  luar  banyak  dari mereka  yang  sudah  tidak  bersekolah  lagi  tapi  setelah  di  bina  di  sini  keluar-
keluar  sudah  dapat  ijazah,  ya  maksudnya  ga  menyarankan  juga  untuk  buat kesalahan agar masuk ke sini.”
Selanjutnya peneliti menanyakan bagaimana pendekatan awal  yang dilakukan terhadap  narapidana  anak  di  sini,  Andre  Silalahi  menejelaskan  bahwa  pendekatan
yang  di  lakukan  terhadap  anak  menurut  nya  adalah  dengan  cara  mengajak  mereka,
Universitas Sumatera Utara
membuat  sesuatu  yang  menyenangkan  kepada  narapidana  anak  di  sini  agar  mereka merasa  nyaman  dan  mau  mengikuti  pembinaan  yang  ada.  Andre  Silalahi  juga
mengatakan  bahwa  metode  pembinaan  yang  dilakukan  yaitu  pembinaan  dilakukan secara  terus  menurus,  dan  sistematis.  Menurut  Andre  Silalahi  pembinaan  yang
dilakukan  LPKA  sudah  terencana  dengan  baik,  setiap  pembinaan  dilakukan  terus menerus  sampai  narapidana  anak  menguasai  pembinaan  yang  diberikan.  Setelah
narapidana  anak  sudah  menguasai  pembinaan  yang  ada  maka  di  arahkan  untuk mengajari  narapidan  anak  lain  yang  masi  baru  mengikuti  pembinaan  dengan  di
dampingi petugas. Berikut Penuturan Andre Silalahi: “Awalnya  pendekatan  yang  dilakukan  ya  kita  mengajak  mereka  mengikuti
pembinaan,  mengenalkan  pembinaan  apa  saja  yang  ada  di  LPKA,  melihat bakat apa yang dimiliki anak, lalu ya itu dek menempatkan dan mengarahkan
mereka untuk mengikuti kegiatan yang sesuai dengan bakatnya. Kalau metode ya  itu  pembinaan  di  sini  dilakukan  secara  terus  menerus  dan  sistemati.
Hampir setiap hari ada saja kegiatan yang di lakukan di LPKA ini, entah itu band,  sepak  bola,  pramuka,  penyuluhan  agama  dengan  mendatangankan
pembicara    dari  luar,  penyuluhan-penyuluhan  tetang  kesehatan  atau penyakit  menular  yang  biasanya  dibawakan  oleh  LSM  seperti  Caritas
atau LRPPN Narkoba, itu bisa adek lihat di papan jadwal-jadwal kegiatan   di sini,  kalau  untuk  keterampilan  kita  punya  banyak  kegiatan  seperti  pertanian,
perbengkelan, pertukangan ataupun pembuatan sabun dan sendal.” Andre  Silalahi  menjelaskan  tentang  kamar-kamar  yang  berada  di  LPKA,  ia
mengatakan  kamar-kamar  yang  berada  di  LPKA  berjumlah  52  kamar,  50  kamar untuk  tempat  beristirahat  para  narapidana  anak  serta  2  kamar  lagi  dijadikan  klinik.
Kamar  tempat  beristirahat  anak  binaan  di  LPKA  terbagi  menjadi  dua  tipe  kamar,
Universitas Sumatera Utara
kamar besar setidaknya di isi oleh 15 anak, kamar kecil di isi oleh sektiar 6-7 orang anak. Berikut penuturan Andre Silalahi:
“Kalau kamar setidaknya ada 52 kamar dek, 2 kamar dijadikan sebagai klinik. tipe  kamarnya  ada  dua  besar  dan  kecil  itu  pun  mereka  masi  tidur  sempit-
sempitan  karena  jumlah  daya  tampung  narapidana  yang  sudah  melebihi kapasitas
.” Selanjutnya Andre Silalahi juga menjelaskan tentang jadwal  kunjungan untuk
narapidana  anak  di  LPKA,  Ia  mengatakan  keluarga  boleh  menjenguk  kapan  saja pada  jam-jam  kerja  LPKA,  bagi  keluarga  juga  diperbolehkan  untuk  memberi  uang
atau  makanan  kepada  narapidana  anak  di  LPKA.  Ruangan  untuk  menjenguk  juga sudah di sediakan di dalam LPKA. Di LPKA juga di sediakan telepon umum untuk
menelpon keluarga mereka. Berikut penuturan Andre Silalahi: “Kalau keluarga sudah di sediakan kok jam-jam besuk nya juga ruangannya,
memberikan  makanan  atau  uang  juga  tidak  di  larang,  karena  di  dalam  sini juga ada kedai atau warung-warung gitu yang menjual makanan atau cemilan
dek,  kalau  mereka  kangen  sama  keluarga  juga  bisa  pakai  telpon  umum  yang tersedia, walaupun harus mengantri d
an bergantian dengan anak yang lain.” Masalah  pengawasan  kepada  narapidana  anak  yang  melakukan  pembinaan
menurut Andre Silalahi harus ada, tapi tidak membeda bedakan antara anak dengan kasus  berat  maupun  ringan  semua  di  awasi  secara  sama,  tetapi  dengan  banyaknya
narapidana  di    LPKA  pengawasan  terhadap  narapidana  anak  juga  di  bantu  oleh tamping-tamping yang sudah di percaya petugas. Berikut penuturan Andre Silalahi:
“Kalau  pengawasan  ya  harus  ada  tapi  kalau  khusus  tidak  ada,  kami mengawasi  napi  secara  sama  rata  tidak  membeda-bedakan  narapidana  anak
kasus berat ataupun kasus ringan, soalnya juga petugas di sini cuma 4 petugas
Universitas Sumatera Utara
yang menangani pembinaan sedangkan anak yang dibina 457 anak kami juga di bantulah dek sama tamping-tamping untuk di megarahkan me
reka.” Peneliti  juga  menayakan  apa  yang  menjadi  hambatan-hambatan  dalam
melaksanakan  pembinaan  di  LPKA,  Andre  Silalahi  menjelaskan  bahwa  hambatan- hambatannya adalah kurangnya Sumber Daya Manusia atau jumlah petugas, sarana
prasarana,  serta  daya  tampung  narapidana  yang  sudah  melebihi  batas.  Berikut penuturan Andre Silalahi:
“Kalau  hambatan  dalam  melaksankan  pimbinaan  yang  pertama  itu  kurang nya  petugas,  sarana  prasana  juga  kurang  memadai,  terus  dengan  banyaknya
narapidana  di  sini  yang  sudah  melebihi  batas  daya  tampung  kami  agak kesulitan  juga  untuk mengawasi  mereka, makanya dengan penambahan  SDM
seharusnya  sangat  penting  untuk  dilakukan,  terus  kamar  seharusnya  juga  di pisahkan  antara  anak  dan  remaja  biar  tidak  ada  penekanan  yang  ujung  nya
menimbulkan konflik.”
5.2.4. Informan Utama 1