“Merupakan  pembinaan  lanjutan  di  atas  23  sampai  selesai  masa  pidananya  dan jika  dinilai  sudah  siap  dikembalikan  ke  masyarakat  maka  narapidana  dapat
diusulkan untuk mendapatkan pembebasan bersyarat PB dan cuti menjelang bebas CMB.”
Sahudirman  juga  menjelaskan  mayoritas  narapidana  disini  terlibat  kasus narkoba  lalu  setelah  nya  pencurian,  pencurian  dengan  kekerasan  dan  yang  terakhir
perlindungan  anak.  Dengan  kasus  yang  berbeda-beda  itu  dalam  melaksanakan pembinaan  tidak  ada  pembedaan  diantara  para  narapidan  anak  dengan  kasus  berat
ataupun  kasus  ringan,  pengawasan  juga  sama  tidak  di  beda-bedakan  tapi  karena jumlah  narapidana  disini  sudah  over  kapasitas  dan  juga  kurangnya  petugas  yang
mengawasi  maka  dibantu  oleh  tamping-tamping  yang  ada  di  LPKA.  Berikut penuturannya:
“Kalo  pembedaan  dalam  pembinaan  sih  tidak  ada,  semua  narapidana  anak disini  boleh  ikut  semua  pembinaan  yang  ada,  namun  tetap  di  awasi  oleh
petugas dan di bantu oleh para tamping-tamping yang ada disini, soalnya kan jumlah narapidana disini sudah melebihi kapasitas dan petugasnya juga masih
kurang.”
5.2.2. Informan Kunci 2
1. Nama
: Leonardo Pandjaitan
2. Umur
: 35 Tahun
3. Pendidikan
: S1
4. Jenis Kelamin
: Laki-Laki
5. Agama
: Kristen
6. Suku
: Batak
Universitas Sumatera Utara
Leonardo  Pandjaitan  merupakan  kasubsie  bimbingan  kemasyarakatan  di Lembaga  Pembinaan  Khusus  Anak  Klas  I  Tanjung  Gusta.  Pertama  kali  peneliti
menjumpai  Leonardo  Pandjaitan  saat  itu  sedang  diadakan  perlombaan  LPKA  Idol dimana peneliti di izinkan untuk melihat acara tersebut. Kegiatan seperti LPKA idol
ini  rutin  di  adakan  setiap  tahunnya  untuk  menyambut  hari-hari  besar  seperti  hari pemasyarakatan,  17  Agustus  dan  hari  besar  lainnya.  Lembaga  Pembinaan  Khusus
Anak  juga  mempunyai  band  yang  anggotanya  terdiri  dari  anak  binaan  LPKA. Berikut Penuturan Leonardo Pandjaitan:
“Anak-anak di sini seperti yang kita liat mereka ternyata memang punya bakat dengan adanya LPKA Idol kami jadi tau anak-anak di sini ternyata suaranya
bagus-bagus,  bulan  lalu  LPKA  Band  sempat  tampil  di  MICC,  terus  mereka dapet   piala.  Coba  aja  adek  liat  youtube  ada  itu  videonya,  ya  kami  di  sini
ikut  senang  dengan  adanya  event-event  seperti  itu  jadi  membuat  mereka term
otivasi lagi untuk berkarya biar mereka juga ga bosan kan.” Sebelum  peneliti  menjumpai  Leonardo  Pandjaitan  di  tempat  diadakannya
acara LPKA Idol, peneliti sempat melewati kamar-kamar dari anak-anak yang dibina di LPKA peneliti melihat beberapa narapidana berjemur di bawah matahari, peneliti
sempat  bertanya-tanya  apa  yang  sedang  mereka  lakukan  dan  bertanya  kepada Leonardo  Pandjaitan  saat  melakukan  wawancara.  Berikut  penuturan  Leonardo
Panjaitan: “Mereka  begitu  agar  terhindar  dari  penyakit  kulit  dek,  soalnya  kapasitas
narapidana di sini udah melebihi jumlah yang seharusnya, jadi setiap kamar itu  ya  tidur  sempit-sempitan  kan,  belum  lagi  laki-laki  kan  biasanya  males
nycui  baju  mandi  pun  jarang  kan  takutnya  nanti  kena  penyakit  kulit,
Universitas Sumatera Utara
makanya  mereka  berjemur  gitu,  ya  harus  kita  arahkan  juga  agar  mau menjaga kesehatan dan kebersihan kamar masing-
masing.” Leonardo  Pandjaitan  juga  menjelaskan  berapa  kapasitas  LPKA  untuk
menampung  narapidana  anak.  Seharusnya  LPKA  hanya  bisa  menampung  250  anak menjadi  457  anak  itu  disebabkan  karena    narapidana  anak  dan  narapidana  remaja
atau  bisa  disebut  juga  pemuda  digabung  di  satu  LPKA  ini.  Leonardo  Pandjaitan menjelaskan digabungkannya narapidana anak dan narapidana remaja itu disebabkan
karena belum adanya lembaga pembinaan khusus untuk remaja di Medan ini. Berikut penuturannya:
“Ya  mau  bagaimana  lagi  dek,  kenapa  jadi  over  kapasitas  begini  karena belum  adanya  lembaga  pembinaan  khusus  buat  remaja  di  Medan,  jadi  di
gabung  di  sini,  paling  di  sini  narapidana  anak  nya  hanya  sekitar  70  orang sangat  besar  kan  perbandingannya  daripada  narapidana  remaja,  dengan
jumlah kamar yang hanya 50 an.” Peneliti  juga  sempat  bertanya  bagaimana  kalau  anak-anak  di  sini  sakit,
Leonardo  Pandjaitan  mengatakan  bahwa  anak-anak  di  LPKA  apabila  sakit  dan mempunyai  BPJS  itu  bisa  langsung  di  bawa  kerumah  sakit,  LPKA  bekerja  sama
dengan  rumah sakit Bina Kasih, tapi tidak semua anak di  LPKA mempunyai BPJS karena  banyak  dari  narapidana  anak  di  LPKA  berasal  dari  luar  Medan.  Berikut
penuturan Leonardo Pandjaitan: “Ya  kalau  sakit  parah  anak  di  sini  yang  mempunyai  BPJS  bisa  dibawa  ke
rumah sakit, kalau sakit ringan bisa dibawa ke klinik LPKA, di sini kita juga punya klinik  kok. Tapi  menurut saya sih BPJS  merugikan daripada ASKES,
kalau BPJS ngurusnya kan ribet soalnaya anak di sini ga semua berasal dari Medan,  jadi  terpakasa  anak  binaan  yang  ga  punya  BPJS  cuma  dirawat
Universitas Sumatera Utara
seadanya di klinik. Dana yang diberikan pemerintah buat kesehatan anak di LPKA juga sangat minim pertahunnya hanya Rp. 2.500 jadi setiap anak yang
sakit hanya di berikan obat yang sama.” Selanjutnya  peneliti  menanyakan  bagaimana  pendekatan-pendekatan  awal
yang  dilakukan  kepada  anak  binaan  di  LPKA  agar  mereka  tertarik  atau  merasa nyaman  mengikuti  pembinaan  ya  ada.  Leonardo  pandjaitan  mengatakan  kepada
penliti  bahwa  pendekatan  yang  dilakukan  kepada  anak-anak  harus  lebih  lembut karena  anak-anak  biasanya  susah  untuk  terbuka  kepada  orang  lain  apalagi  dengan
masalah  yang  mereka  hadapi,  jadi  leonardo  pandjaitan  berusaha  berbaur  dengan mereka bukan sebagai  petugas  LPKA tetapi sebagai keluarga  atau teman  yang bisa
menjadi tempat keluh-kesah para anak binaan di LPKA. Berikut penuturannya: “Ya  kita  dekati  mereka  bukan  sebagai  petugas  dek,  sebagai  teman  aja  biar
meraka mau terbuka dengan masalah-masalahnya, di sini juga banyak anak hilang dek, maksudnya anak yang ga punya orang tua lagi, jadi kami di sini
berperan  juga  sebagai  orang  tua  mereka,  mendengar  curhatan  dan  keluh  k esah mereka baru sete
lah itu kami kasi solusi untuk mereka.” Leonardo  Pandjaitan  juga  menjelaskan  metode-metode  pelakasanaan
pembinaan, Ia menjelaskan yang pertama yaitu harus memahami keadaan narapidana anak,  mengenali  karakter  masing-masing  dari  anak  tersebut  agar  mereka  merasa
tidak  diasingkan  dan  mau  mengikuti  pembinaan  di  LPKA,  selanjutnya  petugas  di LPKA  juga  berusaha  merubah  tingkah  laku  mereka  melalui  keteladanan  dan
memperlakukan  adil  diantara  sesama  mereka  sehingga  menggugah  hatinya  untuk melakukan  hal-hal  yang  terpuji,  menempatkan  narapidana  anak  sebagai  manusia
yang  memiliki  potensi  dan  memiliki  harga  diri  dengan  hak-hak  dan  kewajibannya yang sama dengan manusia lainnya. Narapidana anak dibina untuk menjadi manusia
Universitas Sumatera Utara
yang  lebih  baik  lagi  setelah  bebas  dari  LPKA.  Petugas  tidak  membeda-bedakan narapidana  satu  dengan  yang  lainnya  agar  tidak  terjadi  kesenjangan  diantara
narapidana. Berikut penuturan Leonardo Pandjaitan: “Kami di sini tidak membeda-bedakan antara narapidana anak satu dengan
yang  lainnya  semua  mendapat  pembinaan  yang  sama,  kan  tujuannya  juga sama mereka dibina   untuk  merubah  tingkah  lakunya  menjadi  lebih  baik
lagi  setelah  keluar  dari  LPKA  dan  agar  tidak  mengulangi  kesalahan  yang sama.”
Kegiatan-kegiatan pembinaan untuk  anak binaan  di  LPKA menurut  Leonardo Pandjaitan  sudah  cukup  bagus  dengan  ada  nya  LPKA  Idol,  Pokjaluh  atau
Penyuluhan  agama,  Band,  Pramuka,  MTSN,  Football  Plus  dan  penyuluhan- penyuluhan  dari  LSM-LSM  seperti  charitas,  LRPPN  Narkoba  serta  pelatihan
keterampilan  bagi  narapidana  anak  yang  berminat.  Berikut  penuturan  Leonardo Pandjaitan:
“Udah cukup baik kok  menurut saya pembinaan di LPKA, saya juga sangat senang  dengan  ada  nya  teman-teman  dari  LSM-LSM  yang  membantu  kami,
berperan dalam memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang agama atau pun bahaya dari narkoba, serta  memberikan konseling, dan memberikan  motivasi
pada  anak  bianaan  di  sini.  Pembicara  nya  juga  memang  orang-orang  hebat yang  di  datangkan  untuk  memberikan  penyuluhan.  Football  Plus  nya  juga
bagus biasanya setiap hari senin dan kami pelatihnya datang buat latihan, jadi siapa  yang  berbakat  bermain  bola  bisa  di  masukkan  ke  PSMS  Junior.  Kalau
untuk pendidikan kami berkerja sama dengan MTSN dan PKBM Puspa dengan mengadakan ujian paket A,B, dan C, bulan  kemaren baru aja diadakan ujian
paket C pas bertepatan dengan UN.”
Universitas Sumatera Utara
Peneliti  juga  menanyakan  apa  saja  yang  menjadi  faktor  pendukung  dan hambatan-hambatan  apa  saja  dalam  melaksankan  pembinaan  di  LPKA.  Leonardo
Pandjaitan  menjelaskan  salah  satu  faktor  pendukung  berasal  LSM-LSM  yang  mau bekerja  sama  dengan  LPKA,  sedangkan  hambatan-hambatan  dalam  melaksanaan
pembinaan Leonardo Pandjaitan mengatakan antara lain kurangnya sarana prasarana, jumlah narapidana yang melebihi daya tampung, sumber daya manusia serta kurang
nya  dukungan  orang  tua  terhadap  anak  yang  dibina  di  LPKA.  Berikut  penuturan Leonardo Pandjaitan:
“Kalau  faktor  pendukung  dari  LSM-LSM,  saya  harap  makain  banyak  lagi LSM-LSM yang mau membantu dalam membina anak di sini. Kalau hambatan
sendiri  ya  itu  dek  sarana  prasarana  yang  kurang,  terus  jumlah  narapidana yang  terlalu  banyak  tidak  sesuai  dengan  daya  tampung  LPKA,  serta  kurang
nya  sumber  daya  manusia,  bayangkan  aja  di  sini  petugas  yang  menangani pembinaan  hanya  4  orang  dengan  anak  binaan  yang  berjumlah  457  anak,
makanya  ini  kami  juga  di  bantu  dengan  dengan  tamping-tamping  yang  ada, terus dukungan orang tua juga  sangat kurang.”
Sebelum  mengakhiri  wawancara  Leonardo  Pandjaitan  juga  memberikan harapan  kedepannya  bagi  anak  yang  telah  mengikut  pembinaan  di  LPKA.  Ia
berharap  semoga  dengan  di  berikannya  pembinaan  bagi  narapidana  anak  di  LPKA, mereka dapat merubah tingkah lakunya menjadi lebih baik, agar setelah keluar dari
LPKA  tidak  melakukan  keselahan  yang  sama  lagi  dan  dapat  hidup  dengan sewajarnya di tengah-tengah masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
5.2.3. Informan Kunci 3