Peran Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam Pembinaan Narapidana Anak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan.

(1)

Pedoman Wawancara

Peran Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam Pembinaan Narapidana Anak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan.

A. Karakteristik Identitas Informan

1. INFORMAN KUNCI (Kepala Seksi Pembinaan dan Petugas Lembaga Pembinaan Khusus Anak)

Identitas Informan

a. Nama :

b. Umur :

c. Pendidikan :

d. Jenis kelamin :

e. Agama :

f. Suku :

B. Asesmen

1. Bagaimana pendekatan yang dilakukan kepada anak binaan agar mereka merasa nyaman mengikuti pembinaan?

2. Apakah semua anak binaan mendapatkan pembinaan yang sama?

3. Bagaimana metode pelaksanaan pembinaan di lembaga pembinaan khusus anak?

4. Bagaimana tahapan-tahapan pembinaan di lembaga pembinaan khusus anak? 5. Pembinaan keterampilan apa saja yang ada di lembaga pembinaan khusus


(2)

6. Apakah ada pengawasan khusus bagi anak binaan yang mengikuti pembinaan? misalanya terhadap anak binaan kasus berat atau ringan? 7. Apakah keuntungan yang didapat anak binaan dari pembinaan di lembaga

pembinaan khusus anak?

8. Apakah ada faktor pendukung dalam melaksanakan pembinaan bagi anak binaan?

9. Apa saja hambatan-hambatan dalam melaksanankan pembinaan bagi anak binaa di lembaga pembinaan khusus anak?

10. Apakah menurut Ibu/Bapak pembinaan di lembaga pembinaan khusus anak ini sudah cukup baik?

11.Bagaimana harapan Ibu/Bapak terhadap anak binaan setelah mengikuti pembinaan di lembaga pembinaan khusus anak?

A. Karakteristik Identitas Informan

2. INFORMAN UTAMA (Narapidan Anak) Identitas Informan

a. Nama :

b. Umur :

c. Pendidikan :

d. Jenis kelamin :

e. Agama :

f. Suku :

B. Asesmen

1. Apa yang menyebabkan anda sehingga berada di lembaga pembinaan khusus anak?


(3)

2. Sudah berapa lama anda berada di lembaga pembinaan khusus anak? 3. Apakah anda mengetahui pembinaan apa saja yang ada lembaga pembinaan

khusus anak?

4. Apakah anda mengikuti semua pembinaan yang ada lembaga pembinaan khusus anak?

5. Pembinaan keterampilan apa yang anda ikuti di lembaga pembinaan khusus anak?

6. Apa manfaat yang ada terima selama mengikuti pembinaan di lembaga pembinaan khusus anak?

7. Menurut anda bagaimana sikap petugas lembaga pembinaan dalam membina anak disini?

8. Selama mengikuti pembinaan di lembaga pembinaan khusus anak ini apakah hubungan adik dengan petugas pembinaan cukup baik?

9. Selama mengikuti pembinaan apakah hubungan anda dengan anak binaan yang lain cukup baik?

10.Apakah anda pernah berkonflik dengan anak binaan yang lain saat mengikuti pembinaan?

11.Bagaimana petugas disini mengatasi konflik yang terjadi antar sesama anak binaan?

12.Selama mengikuti pembinaan di lembaga pembinaan khusus anak ini perubahan apa yang anda alami?

13.Bagaimana harapan anda untuk pembinaan yang di lembaga pembinaan khusus anak ini kedepannya?

14.Apakah keluarga anda selalu mendukung anda selama mengikuti pembinaan di lembaga pembinaan khusus anak?


(4)

A. Karakteristik Identitas Informan

3. INFORMAN TAMBAHAN (TAMPING) Identitas Informan

a. Nama :

b. Umur :

c. Pendidikan :

d. Jenis kelamin :

e. Agama :

f. Suku :

B. Asesmen

1. Sudah berapa lama anda menjadi tamping di lembaga pembinaan khusus anak tanjung gusta?

2. Bagaimana anda bisa menjadi tamping di lembaga pembinaan khusus anak tanjung gusta?

3. Kegiatan apa yang anda lakaukan setelah menajdi tamping?

4. Menurut anda apakah peran lembaga pembinaan khusus anak dalam pembinaan anak sudah cukup baik?

5. Apakah manfaat yang anda terima setelah mengikuti pembinaan yang ada di lembaga pembinaan khusus anak ?

6. Apa harapan anda kedepannya untuk pembinaan di lembaga pembinaan khusus anak?


(5)

Dokumentasi Foto

Peran Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam Pembinaan Narapidana Anak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan.


(6)

(7)

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 2002. Sosiologi (skema teori dan terapan). Jakarta : PT. Bumi Aksara Bagong, Suyanto J. Dwi Narwoko. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.

Jakarta: Kencana Media Group.

Gunawan, Ari H. 2000. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Harsono Hs, C.I. 1995. Sistem Baru Pembinaan Narapidana. Jakarta: Djambatan Prints, Darwan. 1997. Hukum Anak Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti Poernomo, Bambang. 1986. Pelaksanaan Pidana Penjara Dengan Sistem

Pemasyarakatan. Yogyakarta: Liberty

Mangunhardjana, AM. 1991. Pembinaan Arti dan Metodenya. Yogyakarta: Kanisius Soekanto, Soerjono. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Grafindo Persada Susilowati, Ima. Pengertian Konvensi Hak Anak. UNICEF untuk Indonesia. Jakarta:

PT. Enka Parahiyangan. 2003.

Sarbaguna, Boy. 2008. Analisis Data pada Penelitian Kualitatif. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial, Pedoman Praktis Penelitian Bidang Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Kesehatan. Medan: PT. Grasindo Monoratama.

Suyanto, Bagong dan Sutinah 2005. Metode Penelitian Sosial: Aplikasi dalam praktik. Jakarta: EGC

Volz, Anna. 2009. Advocay Strategies Training Manual: General Comment No. 10: Children’s Rights in Juvenile Justice. Defence for Children International

Sumber lain :

(http://banten.kemenkumham.go.id/2015/08/07/diakses pada tanggal 8 Maret 2016 pukul 00:12)

(http://www.antaranews.com/jumlah-anak-berhadapan-dengan-hukum-meningkat diakses pada tanggal 5 Maret 2016 pukul 20:56)

(http://www.hukumonline.com/empat perkara yang paling banyak menyeret anak diakses pada tanggal 5 Maret 2016 pukul 20:53)


(9)

(http://hukumham.info/index.php?option=com_content&task=view&id/ diakses pada tanggal 20 Januari 2016 pukul 22:15)

(http//www.kksp.or.id/ diakses pada tanggal 9 maret 2016) (e-journal.uajy.ac.id diakses pada tanggal 18 mei 2016) (http://dbagus.com/ diakses pada tanggal 18 mei 2016)

(http://belajarpsikologi.com/ diakses pada tanggal 18 mei 2016).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 tahun 1974 Tentang Kesejahteraan Anak

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidan Anak


(10)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan dan mendeskripsikan obejek dan fenomena yang diteliti. Termasuk didalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan ada pula produk interaksi yang berlangsung ( Siagian, 2011 : 52 ).

Penelitian deskriptif bersifat menggambarkan dan menuliskan suatu hal berupa gambar atau foto yang didapat dari data lapangan dan kemudian menjelaskannya dengan kata-kata. Pendekatan penelitian ini adalah berupa pendekatan kualitatif, yaitu dengan mengkaji data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, menyusun dalam suatu satuan. Melalui penelitian deskriptif ini, penulis membuat gambaran kondisi secara menyeluruh tentang Peran Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam Pembinaan Narapidana Anak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I yang berlokasi di Jalan Pemasyarakatan Tanjug Gusta, Medan. Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah karena Lembaga Pembinaan Khusus Anak ini merupakan satu-satunya Lembaga Pembinaan Khusus Anak yang ada di Sumatera Utara.


(11)

3.3 Informan Penelitian

Informan adalah orang yang bermanfaat untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Ia mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian. Informan berkewajiban secara sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal. Informan dengan kebaikannya dan kesukarelaannya dapat memberikan pandangannya dari segi orang dalam nilai-nilai, sikap dan suatu proses yang menjadi latar penelitian tersebut.

Pada penelitian ini, penulis tidak menggunakan populasi dan sampel tapi menggunakan subyek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian. Subyek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian (Suyanto, 2005: 171-172). Informan penelitian ini meliputi tiga macam informan yaitu:

1. Informan kunci yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Informan kunci dalam penelitian ini adalah 3 Petugas Lembaga Pembinaan Khusus Anak Tanjung Gusta.

2. Informan Utama yaitu mereka yang terlibat langsung dalam penelitian ini yaitu 5 narapidana di Lembaga Pembinaan Khusu Anak Tanjung Gusta. 3. Informan tambahan yaitu mereka yang dapat menguatkan informasi

walaupun tidak langsung terlibat dalam interasksi sosial yang diteliti. Informan tambahan dalam penelitian ini adalah 2 tamping di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Tanjung Gusta.


(12)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data-data dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data atau informasi menyangkut masalah yang akan diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku serta tulisan yang ada pada kaitannya terhadap masalah yang diteliti.

2. Studi lapangan yaitu pengumpulan data atau informasi yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti adalah:

a. Observasi, yaitu mengumpulkan data tentang gejala tertentu yang dilakukan dengan mengamati, mendengar, dan mencatat kejadian yang menjadi sasaran penelitian.

b. Wawancara, yaitu cara pengumpulan data dimana penelitian dan responden hadir dalam waktu dan tempat yang sama dalam rangka memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam suatu penelitian ( Siagian, 2011 : 211 ). Dalam penelitian ini, wawancara yang dimaksud yaitu mengajukan pertanyaan secara tatap muka dengan responden yang bertujuan untuk melengkapi data yang diperlukan.

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan menjabarkan hasil penelitian sebagaimana adanya. Data-data yang telah di tetapkan dari hasil penelitian lapangan melalui observasi dan wawancara kemudian dikumpulkan lalu diolah dan dianalisis


(13)

dengan menggambarkan dan menjelaskan serta memberikan komentar dengan jelas sehingga dapat dipahami dengan mudah untuk mengetahui jawaban dari masalah yang diteliti (Sarbaguna, 2008).

Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif, artinya untuk analisis data tidak diperlukan model uji statistik dengan memakai rumus-rumus tertentu, melainkan lebih ditujukan sebagai tipe penelitian deskriptif. Kutipan hasil wawancara dan observasi sejauh mungkin akan ditampilkan untuk mendukung analisis yang disampaikan, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian.


(14)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lembaga Pembinaan Khusus Anak Tanjung Gusta Medan

4.1.1. Sejarah Lembaga Lembaga Pembinaan Khusus Anak Tanjung Gusta Medan

Medan, narapidana anak (anak pidana) digabung dengan narapidana dewasa di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan. Namun karena adanya pelanggaran yang dilakukan anak yang belum genap berusia 18 (delapan belas) tahun yang termasuk dalam kategori anak, yang tidak baik jika ditempatkan bersama dengan narapidana dewasa maka pemerintah membangun gedung khusus narapidana anak setelah dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M.01.PR.07.03 tanggal 26 Februari 1985 tentang didirikannya Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Medan (selanjutnya disebut LPKA). Pembangunan gedung LPKA Medan tepat berada di depan/ berhadapan dengan Lapas kelas II-A wanita dan dilakukan secara bertahap hingga akhirnya diresmikan pada tanggal 24 Oktober 1986.

Sebenarnya Lembaga Pembinaan Khusus Anak diperuntukkan bagi narapidana anak (anak pidana) namun dikarenakan tidak adanya rumah tahanan khusus anak di Sumatera Utara maka tahanan anak juga ditempatkan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak. Lembaga Pembinaan Khusus Anak tidak hanya berfungsi sebagai tempat pembinaan dan perawatan bagi narapidana melainkan juga sebagai tempat perawatan tahanan. Hal ini jelas dicantumkan dalam penjelasan Pasal 22 ayat (1) KUHAP yang menyatakan bahwa “ Selama belum ada rumah tahanan negara


(15)

ditempat yang bersangkutan, maka penahanan dilakukan di Kantor Kepolisian Negara, di Kantor Kejaksaan, di Lembaga Pemasyarakatan, di Rumah Sakit dan dalam keadaan memaksa di tempat lain”. Selain sebagai tempat melaksanakan pembinaan bagi anak pidana, Lembaga Pembinaan Khusus Anak juga berfungsi sebagai tempat melaksanakan perawatan bagi tahanan anak. Perihal penempatan tahanan dan narapidana, Lembaga Pembinaan Khusus Anak menerima tahanan dan narapidana yang berumur hingga 21 tahun. Hal ini disebabkan karena Lapas dan Rutan di sekitar Kota Medan melebihi kapasitasnya. Oleh sebab itu hingga kini Lembaga Pembinaan Khusus Anak tidak hanya dihuni oleh narapidana anak yang berumur hingga 18 (delapan belas) tahun melainkan terdapat juga narapidana dan tahanan yang berumur diatas 18 (delapan belas) tahun hingga 21 (dua puluh satu) tahun. Lembaga Pembinaan Khusus Anak berlokasi di Kelurahan Tanjung Gusta Medan Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan, berada di sekitar perumahan yang padat penduduk dan berjarak ± 3 km dari jalan Asrama di samping Perumnas Helvetia Medan.

4.2. Visi, Misi dan Motto Lembaga Pembinaan Khusus Anak

1. Visi Lembaga Pembinaan Khusus Anak Medan adalah memulihkan kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan warga binaan pemasyarakatan sebagai individu, anggota masyarakat dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa (Membangun Manusia Mandiri).

2. Misi Lembaga Pembinaan Khusus Anak adalah melaksanakan perawatan tahanan, pembinaan dan perlindungan warga binaan pemasyarakatan dalam kerangka penegakan hukum, pencegahan dan penanggulangan kejahatan serta pemajuan dan perlindungan HAM.


(16)

3. Tujuan Lembaga Pembinaan Khusus Anak yaitu:

a. Membentuk warga binaan pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, mandiri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat berperan aktif dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.

b. Memberikan jaminan perlindungan hak asasi bagi tahanan yang ditahan di Lapas dalam rangka memperlancar proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan. Tampak jelas di dalam penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Lembaga Pembinaan Khusus Anak dapat dikatakan juga sebagai Rutan khusus bagi anak-anak yang berusia hingga 21 (dua puluh satu) tahun karena Lembaga Pembinaan Khusus Anak tidak hanya terdiri dari narapidana anak melainkan juga terdapat tahanan anak yang berasal dari Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah Agung.

4.3. Struktur Lembaga Pembinaan Khusus Anak Tanjung Gusta Medan Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI Nomor: M.01.PR.07.10 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI, dijelaskan bahwa Kepala Lembaga Pemasyarakatan (KaLapas), bertugas untuk mengkoordinasikan kegiatan administrasi keamanan dan tata tertib serta pengelolaan tata usaha yang meliputi urusan kepegawaian, keuangan, dan rumah tangga sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam mencapai tujuan pemasyarakatan narapidana, anak didik, atau penghuni Lapas.


(17)

Dalam garis komando pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pembinaan serta pengamanan narapidana anak dan tahanan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Tanjung Gusta Medan bertanggung jawab langsung pada Kepala Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan. Adapun struktur organisasi Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan berdasarkan Keputusan Menteri di atas terdiri dari :

1. Kepala Lembaga Pemasyarakata KaLapas sebagai pimpinan dan penanggung jawab tunggal atas seluruh isi dan keberadaan Lapas, karena KaLapas sebagai koordinator pelaksanaan pembina anak pidana serta memelihara kamanan serta pengelolaan tata usaha yang meliputi urusan kepegawaian, keuangan dan rumah tangga. Dalam melaksanakan tugasnya, KaLapas dibantu oleh beberapa bidang yaitu, Sub bagian Tata Usaha, Seksi Bimbingan Napi/Anak didik, Seksi Kegiatan Kerja, Seksi Administrasi, Keamanan dan Tata Tertib dan Kesatuan Pengamanan Lapas (KPLP).

2. Sub bagian Tata Usaha Sub bagian tata usaha mempunyai tugas melaksanakan urusan tata usaha dan kerumah tanggaan Lapas dibantu oleh 2 kepala urusan dibidang :

a) Urusan Kepegawaian dan Keuangan Berfungsi melaksanakan urusan kepegawaian dan keuangan sesuai dengan peraturan dan prosedur demi kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan.

b) Urusan Umum Berfungsi melaksanakan urusan surat menyurat, perlengkapan, pemeliharaan serta rumah tangga Lapas Anak Medan sesuai dengan peraturan dan prosedur yang berlaku demi kelancara pelaksanaan tugas


(18)

dan fungsi dalam Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan.

3. Seksi Bimbingan Narapidana/Anak didik Seksi bimbingan narapidana/anak didik mempunyai tugas melaksanakan bimbingan kepada anak pidana sesuai dengan peraturan dan prosedur yang berlaku dalam rangka mewujudkan dan mempersiapkan anak pidana kembali kedalam masyarakat dengan dibantu oleh 2 (dua) sub seksi yaitu:

a) Sub seksi Registrasi

Bertugas melakukan pencatatan terhadap segala yang berkaitan dengan warga binaan meliputi identitas,masa penahanan, penghitungan habisnya masa hukuman, statistik serta dokumentasi dan sidik jari anak pidana.

b) Sub seksi Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan

Bertugas memberikan bimbingan kemasyarakatan, bimbingan penyuluhan rohani dan sosial serta memberikan pelatihan olahraga, pemahaman dalam asimilasi, cuti menjelang bebas, cuti mengunjungi keluarga, pembebasan bersyarat, mengurus kesehatan anak pidana serta memberikan perawatan bagi anak pidana.

4. Seksi Kegiatan Kerja Seksi kegiatan kerja mempunyai tugas memberikan bimbingan kerja, mempersiapkan sarana kerja dan mengelola hasil kerja dengan dibantu oleh dua sub seksi yaitu:

a) Sub seksi Bimbingan Kerja dan Pengelolaan Hasil Kerja Berfungsi memberikan petunjuk dan bimbingan latihan kerja bagi anak pidana serta mengelola hasil kerja.

b) Sub seksi Sarana Kerja Berfungsi untuk mempersiapkan sarana kerja, mengeluarkan dan menyimpan peralatan kerja berdasarkan kebutuhan.


(19)

5. Seksi Administrasi Keamanan dan Tatib

Seksi administrasi keamanan dan tatib bertugas mengkoordinasikan kegiatan administrasi keamanan dan tata tertib, mengatur jadwal tugas, mengatur penggunaan perlengkapan, pembagian tugas pengamanan, menerima laporan harian dan berita acara dari satuan pengamanan yang bertugas serta menyusun laporan dibidang keamanan dan menegakkan tata tertib di Lembaga Pembinaan Khusus Anak dengan bantuan dua subseksi, yaitu:

a) Sub seksi Keamanan

Bertugas untuk menyelenggarakan tugas keamanan dan ketertiban, mengatur dan membuat jadwal keamanan.

b) Sub seksi Pelaporan dan Tata Tertib

Bertugas untuk membuat laporan keamanan dan ketertiban berdasarkan laporan petugas keamanan yang bertugas di Lembaga Pembinaan khusus Anak.

6. Kesatuan Pengamanan Lapas (KPLP)

Kesatuan pengamanan Lapas bertugas menjaga keamanan dan ketertiban di Lembaga Pembinaan khusus Anak. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut KPLP mempunyai fungsi melakukan penjagaan dan pengamanan atau pengawasan terhadap anak pidana, melakukan pemeliharaan keamanan dan ketertiban, melakukan pengawalan pada waktu penerimaan dan pengeluaran anak pidana.

Pelaksanaan tugas pembinaan kepada Warga Binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan dilaksanakan oleh petugas yang diklasifikasikan berdasarkan golongan.


(20)

I. PEJABAT STRUKTURAL

1. KALAPAS ANAK : 1 ORANG

2. KASUB BAG.TU : 1 ORANG

3. KASI BINADIK : 1 ORANG

4. KASI KEG. KERJA : 1 ORANG

5. KASI ADM. KAMTIB : 1 ORANG

6. KA. KPLP : 1 ORANG

7. KARUS KEPEGAWAIAN/ KEUANGAN : 1 ORANG

8. KARUS UMUM : 1 ORANG

9. KASUBSI REGISTRASI : 1 ORANG

10. KASUBSI BIMPAS : 1 ORANG

11. KASUBSI BIMBINGAN KERJA : 1 ORANG

12. KASUBSI SARANA KERJA : 1 ORANG

13. KASUBSI PELAPORAN/ TATA TERTIB : 1 ORANG

14. KASUBSI KEAMANAN : 1 ORANG

II TINGKAT PENDIDIKAN

1. SD : -

2. SMP : 4 ORANG

3. SMA : 41 ORANG

4. D3 : 6 ORANG

5. S1 : 27 ORANG

6. S2 : 6 ORANG

7. S3 : -

III. GOLONGAN


(21)

2. II : 39 ORANG

3. III : 38 ORANG

4. IV : 4 ORANG

IV. STAF / PENJAGAAN

1. KPLP : 5 ORANG

2. BINADIK : 20 ORANG

3. ADM. KAMTIB : 11 ORANG

4. TU : 7 ORANG

5. RUPAM : 18 ORANG

6. GIATJA : 5 ORANG

7. DETASER : 1 ORANG

V. JENIS KELAMIN

1. LAKI-LAKI : 58 ORANG

2. PEREMPUAN : 23 ORANG

VI. AGAMA

1. ISLAM : 36 ORANG

2. KRISTEN : 45 ORANG

4.4. Gambaran Fisik dan Fasilitas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Tanjung Gusta Medan

Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan terletak di jalan Pemasyarakatan kelurahan Tanjung Gusta kecamatan Medan Helvetia, dibangun tepat di depan Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II-A Tanjung Gusta Medan yang dibangun di atas tanah seluas ± 15.000 m² dengan luas bangunan ±


(22)

2850 m². Secara umum bangunan Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan dikelompokkan menjadi 3 fungsi:

(1) bangunan yang digunakan untuk kegiatan perkantoran;

(2) bangunan yang digunakan untuk hunian warga binaan pemasyarakatan; (3) bangunan yang digunakan untuk kegiatan pembinaan bagi warga binaan pemasyarakatan. Adapun fasilitas dan bangunan yang ada di dalam Lapas Anak Medan adalah:

1. Ruang untuk kantor (KaLapas, Kepegawaian, Registrasi, Bimpas, Tata Usaha, Keuangan, Kesatuan Pengaman Lembaga Pemasyarakatan (KPLP), Klinik.

2. Ruang untuk pembinaan ( Ruang kelas kejar paket A,B,C; Ruang Doa; Gudang; Audio musik;R. Staff pembinaan;Gereja; Mesjid;Cetiya Ananda (ruang ibadah untuk agama Hindu dan Budha); Dapur; Ruang bimbingan kerja; Ruang keterampilan;Perpustakaan;Ruang Keterampilan; Aula serba guna; Kantin,2 buah Bak penampungan air untuk anak pidana, Lapangan olah raga (bola kaki, volly); tenis meja; dll.

3. Ruang untuk hunian terdiri dari 4 Blok yaitu :

a. Blok A terdiri dari 6 kamar digunakan untuk anak pidana yang mengidap penyakit tertentu dan harus dipisahkan.

b. Blok B terdiri dari 17 kamar

c. Blok C terdiri dari 12 kamar, 2 diantaranya digunakan untuk kamar isolasi (kamar kereng) bagi anak pidana yang mendapatkan hukuman disiplin.

d. Blok D terdiri dari 15 kamar, 4 diantaranya digunakan sebagai kamar bagi anak pidana yang masih menjalani masa Mapnaling (masa pengenalan lingkungan)


(23)

Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan juga memiliki tempat mencuci pakaian di luar kamar hunian untuk Warga Binaan namun masih dalam pembangunan dan hampir selesai. Tujuan pembangunan tempat mencuci pakaian yang berada di luar kamar agar para Warga Binaan lebih leluasa mencuci pakaiannya.

4.5 Jumlah Penghuni Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan

Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan adalah Lembaga pembinaan khusus bagi anak yang bermasalah dengan hukum. Berdasarkan data yang diperoleh oleh penulis pada Mei 2015 diketahui bahwa Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan dihuni oleh 457 orang anak yang terdiri dari narapidana anak dan tahanan anak.


(24)

BAB V ANALISIS DATA

5.1. Pengantar

Melalui wawancara dan observasi, peneliti berhasil mengumpulkan data mengenai peran Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam pembinaan narapidana anak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan. Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu:

1. Penelitian dilakukan atau diawali dengan melakukan observasi ke lokasi penelitian. Adapun lokasi yang telah diobservasi peneliti adalah Lembaga Pembinaan Khusu Anak Klas I Tanjung Gusta Medan.

2. Melakukan wawancara mendalam dengan 3 orang petugas LPKA, 5 orang Narapidana anak dan 2 orang tamping mengenai peran Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam pembinaan narapidana anak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan.

Hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan diperoleh berbagai data. Untuk melihat gambaran yang lebih jelas dan rinci, maka penulis mencoba menguraikan petikan wawancara dengan informan serta narasi penulis tentang data-data tersebut, diteliti, ditelaah, maka selanjutnya adalah mengadakan kategorisasi perbandingan-perbandingan sebelum akhirnya menarik kesimpulan.

. Informan yang menjadi sumber data penelitian ini adalah 3 orang informan kunci, 5 orang informan utama, dan 2 orang informan tambahan. Lokasi dari Lembaga Pembinaan Khusus Anak ini terletak di Jalan Pemasyarakatan Tanjug Gusta, Medan.


(25)

5.2. Hasil Temuan

5.2.1. Informan Kunci 1

1. Nama : Sahduriman, Amd. IP. S.Sos, Msi

2. Umur : 43 Tahun

3. Pendidikan : S2

4. Jenis Kelamin : Laki-Laki

5. Agama : Islam

6. Suku : Jawa

Sahudirman merupakan kasi binadik di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta yang mengetahui berbagai informasi tentang pembinaan yang ada. Peneliti menjumpai pak Sahudirman untuk wawancara saat itu sedang di adakan acara pembagian hadiah bagi narapidana anak yang menang atas perlombaan yang diadakan di LPKA karena menyambut hari Pemasyarakatan Indonesia, kegiatan ini juga merupakan salah satu program pembinaan disini yaitu kegiatan rekreasi. Berikut penuturrannya:

Karena menyambut hari Pemasyarakatan Indonesia jadi disini di adakan berbagai kegiatan perlombaan dek mulai dari LPKA idol, kebersihan kamar, futsal dan banyak lagi lah dek inilah sekarang puncak acaranya sekalian pemberian hadiah bagi yang menang perlombaan. Ini dilakukan juga buat anak-anak disini kan agar mereka ga bosan juga mereka kan juga butuh hiburan jadi ya biasanya setiap hari besar lah diadakan acara seperti ini.’’ Sahudirman juga menjelaskan berbagai pembinaan yang ada di LPKA, pembinaan yang ada di LPKA terbagi dua yaitu pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian, dimana pembinaan kepribadian meliputi pendidikan


(26)

keagamaan, pendidikan umum, dan kepramukaan. Pendidikan keagamaan biasanya dilakukan didalam lingkungan LPKA dimana mempunyai satu masjid dan satu ruangan ibadah untuk napi anak yang beragama kristen, pembina agama islam berasal dari pihak dalam dan luar LPKA serta melibatkan berbagai warga binaan yang ada di LPKA yang dianggap sudah benar-benar mengetahui/mendalami agama islam, Sedangkan pembina dari luar yaitu hasil kerjasama dengan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Sedangkan untuk yang beragama kristen diadakan kebaktian setiap hari rabu, kamis dan minggu. Berikut penuturannya Sahudirman:

Pembinaan keagamaan biasanya dilakukan hampir setiap hari yaitu melibatkan pihak dalam dan luar LPKA ,biasanya pihak dalam yaitu para petugas disini sedangkan pihak luar hasil kerja sama dengan

penyuluh-penyuluh agama dari luar sebagai pembicaranya.”

Menurut Sahudirman Pembinaan keagamaan di LPKA Tanjung Gusta sudah cukup baik, ini dibuktikan dengan sudah ada jadwal pembinaan yang teratur. Pembinaan ini bertujuan agar narapidana anak memperoleh pengetahuan lebih banyak tentang agama dan dapat sebagai penyejuk jiwa bagi narapidana anak serta diharapkan setelah memperoleh pembinaan ini narapidana akan bertaubat dan tidak akan kembali melakukan tindak kejahatan.

Sahudirman juga mengatakan bahwa pendidikan umum disini juga sudah cukup baik dimana bekerja sama dengan MTSN dan PKBM PUSPA dengan diadakannya ujian paket A,B dan C setiap tahunnya. Di mana kegiatan MTSN diadakan setiap hari sabtu pagi. Menurutnya anak yang dibina juga butuh sekolah agar setelah keluar dari LPKA ini dapat menjadi orang yang sukses berguna bagi bangsa dan negaranya. namun tidak ada paksaan dalam pembinaan ini tapi di harapkan semua anak dapat ikut dalam pendidikan umum. Berikut penuturannya:


(27)

“Baru aja bulan 4 kemarin diadakan ujian paket C yang di ikuti oleh 13 anak

binaan di sini dan 2 anak binaan yang sudah bebas dan mungkin bulan 5 ini

akan diadakan lagi ujian paket B”

Sahudirman juga menjelaskan bahawa pembinaan keterampilan disini juga bermacam-macam mulai dari pertanian, bercocok tanam, pembuatan kapal-kapalan, menjahit, las, membuat bunga, dan membuat sabun cuci piring. Pembinaan ini tidak dipaksakan bagi siapa yang mempunyai bakat boleh ikut dalam pembinaan keterampilan yang mereka minati. Berikut penuturannya:

“Pembinaan keterampilan rutin dilakukan setiap hari dek , itu biasanya dilatih sendiri oleh petugas yang ada disini hasilnya juga nanti bisa dijual antara sesama anak binaan disini dan petugas yang ada di LPKA, saya berharap dengan adanya pembinaan keterampilan ini setelah keluar dari sini dapat mengembangkan ketrampilan yang telah diperoleh ketika sudah keluar dari LPKA. Dengan kata lain ketrampilan yang diikuti selama di LPKA dapat

dijadikan sebagai mata pencaharian agar tidak berbuat kejahatan lagi.”

Peneliti juga menanyakan bagaimana pendekatan yang dilakukan agar napi anak di sini merasa nyaman mengikuti pembinaan yang ada di LPKA. Sahudirman menjelaskan bahwa pendeketan yang dilakukan petugas disini dengan interaksi langsung yang sifatnya kekeluargaan, Petugas LPKA memahami keadaan narapidana anak yang terenggut kebebasannya dari masyarakat. Sebab narapidana anak masuk ke LPKA dengan kasus yang berbeda dan memiliki latar belakang yang berbeda pula. Petugas LPKA dalam membina narapidana anak dengan interaksi langsung yang sifatnya kekeluargaan agar narapidana anak merasa tidak diasingkan dan narapidana anak dapat menerima pembinaan yang diberikan. Berikut penuturan Sahudirman:


(28)

“Pendekatanya ya secara kekeluargaan gitu dek, dari hati ke hatilah, kita

anggap aja anak sendiri, kan biasanya anak-anak susah untuk terbuka apalagi dengan keadaan mereka yang seperti sekarang, kita anggap mereka sebagai teman aja agar mereka mau terbuka mengeluarkan keluh kesahnya dan agar tau karakter masing-masing dari mereka secara mendalam lagi.”

Sahudirman juga menjelaskan ada beberapa tahapan-tahapan dalam melakukan pembinaan narapidana anak disini, Tahap pertama setiap anak yang masuk di Lembaga Pembinaan khusus anak dilakukan penelitian untuk mengetahui segala hal ikhwal perihal dirinya termasuk sebab-sebab ia melakukan pelanggaran dan segala keterangan mengenai dirinya yang dapat diperoleh dari keluarga, atasannya, teman, si korban dari perbuatannya serta dari petugas instansi lain yang telah menangani perkaranya. Berikut penuturannya:

“Pembinaan awal yang didahului dengan masa pengamatan, penelitian, dan pengenalan lingkungan sejak diterima sampai sekurangkurangnya 1/3 dari

masa pidana yang sesungguhnya.”

Pada tahap ini narapidana yang baru masuk akan memperoleh pembinaan awal berupa pengenalan lingkungan. Selain itu, tahap ini merupakan tahap yang diharapkan mampu mengarahkan narapidana anak dalam memilih pembinaan yang diminati.

Tahap kedua, jika proses pembinaan terhadap narapidana anak yang bersangkutan telah berlangsung sepertiga ( 1/3 ) dari masa pidananya dan menurut pendapat petugas LPKA sudah dicapai cukup kemajuan, antara lain menunjukkan keinsyafan, perbaikan, disiplin dan patuh pada tata tertib yang berlaku di LPKA maka kepada narapidana yang bersangkutan diberikan kebebasan lebih banyak dan


(29)

ditempatkan di Lingkungan LPKA dengan Medium Security. Berikut penuturan Sahudirman:

“Pembinaan tahap kedua merupakan lanjutan pembinaan di atas 1/3 sampai

sekurang-kurangnya ½ dari masa pidana yang sebenarnya, dalam 48 kurun waktu tersebut narapidana anak menunjukkan sikap dan perilakunya atas

hasil pengamatan petugas”

Tahap ketiga, jika proses pembinaan terhadap narapidana telah dijalani setengah ( ½ ) dari masa pidana yang sebenarnya dan menurut petugas LPKA telah dicapai cukup kemajuan-kemajuan, baik secara fisik maupun mental dan segi ketrampilannya maka wadah proses pembinaannya diperluas dengan diperbolehkannya mengadakan asimilasi dengan masyarakat luar dan dalam pelaksanaannya tetap berada di bawah pengawasan dan bimbingan petugas LPKA. Berikut penuturan Sahudirman:

“Tapi kegiatan asimilasi di LPKA ini hanya sebatas asimilasi ke dalam saja

dek, mengingat jika kita memberikan asimilasi keluar resikonya cukup besar kita takut jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti anak binaan kabur contohnya.”

Tahap keempat, jika proses pembinaannya telah dijalani dua pertiga ( 2/3 ) dari masa 49 pidananya atau sekrang-kurangnya 9 ( sembilan ) bulan, maka kepada narapidana yang bersangkutan dapat diberikan lepas bersyarat dan pengusulan lepas bersyarat. Dalam tahap keempat atau terakhir ini, narapidana akan ditempatkan sebagai tamping atau tenaga yang ditunjuk LPKA untuk bekerja sebagai pembantu petugas seperti sebagai tamping parkir, tamping dapur dan lain-lainnya. Selain itu, dalam tahap ini juga narapidana mendapat PB atau pembebasan bersyarat jika dianggap selama di LPKA berkelakuan baik. Berikut penuturan Sahudirman:


(30)

“Merupakan pembinaan lanjutan di atas 2/3 sampai selesai masa pidananya dan

jika dinilai sudah siap dikembalikan ke masyarakat maka narapidana dapat diusulkan untuk mendapatkan pembebasan bersyarat (PB) dan cuti menjelang bebas

(CMB).”

Sahudirman juga menjelaskan mayoritas narapidana disini terlibat kasus narkoba lalu setelah nya pencurian, pencurian dengan kekerasan dan yang terakhir perlindungan anak. Dengan kasus yang berbeda-beda itu dalam melaksanakan pembinaan tidak ada pembedaan diantara para narapidan anak dengan kasus berat ataupun kasus ringan, pengawasan juga sama tidak di beda-bedakan tapi karena jumlah narapidana disini sudah over kapasitas dan juga kurangnya petugas yang mengawasi maka dibantu oleh tamping-tamping yang ada di LPKA. Berikut penuturannya:

“Kalo pembedaan dalam pembinaan sih tidak ada, semua narapidana anak

disini boleh ikut semua pembinaan yang ada, namun tetap di awasi oleh petugas dan di bantu oleh para tamping-tamping yang ada disini, soalnya kan jumlah narapidana disini sudah melebihi kapasitas dan petugasnya juga masih

kurang.”

5.2.2. Informan Kunci 2

1. Nama : Leonardo Pandjaitan

2. Umur : 35 Tahun

3. Pendidikan : S1

4. Jenis Kelamin : Laki-Laki

5. Agama : Kristen


(31)

Leonardo Pandjaitan merupakan kasubsie bimbingan kemasyarakatan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta. Pertama kali peneliti menjumpai Leonardo Pandjaitan saat itu sedang diadakan perlombaan LPKA Idol dimana peneliti di izinkan untuk melihat acara tersebut. Kegiatan seperti LPKA idol ini rutin di adakan setiap tahunnya untuk menyambut hari-hari besar seperti hari pemasyarakatan, 17 Agustus dan hari besar lainnya. Lembaga Pembinaan Khusus Anak juga mempunyai band yang anggotanya terdiri dari anak binaan LPKA. Berikut Penuturan Leonardo Pandjaitan:

“Anak-anak di sini seperti yang kita liat mereka ternyata memang punya bakat dengan adanya LPKA Idol kami jadi tau anak-anak di sini ternyata suaranya bagus-bagus, bulan lalu LPKA Band sempat tampil di MICC, terus mereka dapet piala. Coba aja adek liat youtube ada itu videonya, ya kami di sini ikut senang dengan adanya event-event seperti itu jadi membuat mereka termotivasi lagi untuk berkarya biar mereka juga ga bosan kan.”

Sebelum peneliti menjumpai Leonardo Pandjaitan di tempat diadakannya acara LPKA Idol, peneliti sempat melewati kamar-kamar dari anak-anak yang dibina di LPKA peneliti melihat beberapa narapidana berjemur di bawah matahari, peneliti sempat bertanya-tanya apa yang sedang mereka lakukan dan bertanya kepada Leonardo Pandjaitan saat melakukan wawancara. Berikut penuturan Leonardo Panjaitan:

Mereka begitu agar terhindar dari penyakit kulit dek, soalnya kapasitas narapidana di sini udah melebihi jumlah yang seharusnya, jadi setiap kamar itu ya tidur sempit-sempitan kan, belum lagi laki-laki kan biasanya males nycui baju mandi pun jarang kan takutnya nanti kena penyakit kulit,


(32)

makanya mereka berjemur gitu, ya harus kita arahkan juga agar mau menjaga kesehatan dan kebersihan kamar masing-masing.”

Leonardo Pandjaitan juga menjelaskan berapa kapasitas LPKA untuk menampung narapidana anak. Seharusnya LPKA hanya bisa menampung 250 anak menjadi 457 anak itu disebabkan karena narapidana anak dan narapidana remaja atau bisa disebut juga pemuda digabung di satu LPKA ini. Leonardo Pandjaitan menjelaskan digabungkannya narapidana anak dan narapidana remaja itu disebabkan karena belum adanya lembaga pembinaan khusus untuk remaja di Medan ini. Berikut penuturannya:

“Ya mau bagaimana lagi dek, kenapa jadi over kapasitas begini karena

belum adanya lembaga pembinaan khusus buat remaja di Medan, jadi di gabung di sini, paling di sini narapidana anak nya hanya sekitar 70 orang sangat besar kan perbandingannya daripada narapidana remaja, dengan

jumlah kamar yang hanya 50 an.”

Peneliti juga sempat bertanya bagaimana kalau anak-anak di sini sakit, Leonardo Pandjaitan mengatakan bahwa anak-anak di LPKA apabila sakit dan mempunyai BPJS itu bisa langsung di bawa kerumah sakit, LPKA bekerja sama dengan rumah sakit Bina Kasih, tapi tidak semua anak di LPKA mempunyai BPJS karena banyak dari narapidana anak di LPKA berasal dari luar Medan. Berikut penuturan Leonardo Pandjaitan:

Ya kalau sakit parah anak di sini yang mempunyai BPJS bisa dibawa ke rumah sakit, kalau sakit ringan bisa dibawa ke klinik LPKA, di sini kita juga punya klinik kok. Tapi menurut saya sih BPJS merugikan daripada ASKES, kalau BPJS ngurusnya kan ribet soalnaya anak di sini ga semua berasal dari Medan, jadi terpakasa anak binaan yang ga punya BPJS cuma dirawat


(33)

seadanya di klinik. Dana yang diberikan pemerintah buat kesehatan anak di LPKA juga sangat minim pertahunnya hanya Rp. 2.500 jadi setiap anak yang

sakit hanya di berikan obat yang sama.”

Selanjutnya peneliti menanyakan bagaimana pendekatan-pendekatan awal yang dilakukan kepada anak binaan di LPKA agar mereka tertarik atau merasa nyaman mengikuti pembinaan ya ada. Leonardo pandjaitan mengatakan kepada penliti bahwa pendekatan yang dilakukan kepada anak-anak harus lebih lembut karena anak-anak biasanya susah untuk terbuka kepada orang lain apalagi dengan masalah yang mereka hadapi, jadi leonardo pandjaitan berusaha berbaur dengan mereka bukan sebagai petugas LPKA tetapi sebagai keluarga atau teman yang bisa menjadi tempat keluh-kesah para anak binaan di LPKA. Berikut penuturannya:

“Ya kita dekati mereka bukan sebagai petugas dek, sebagai teman aja biar meraka mau terbuka dengan masalah-masalahnya, di sini juga banyak anak hilang dek, maksudnya anak yang ga punya orang tua lagi, jadi kami di sini berperan juga sebagai orang tua mereka, mendengar curhatan dan keluh k esah mereka baru setelah itu kami kasi solusi untuk mereka.”

Leonardo Pandjaitan juga menjelaskan metode-metode pelakasanaan pembinaan, Ia menjelaskan yang pertama yaitu harus memahami keadaan narapidana anak, mengenali karakter masing-masing dari anak tersebut agar mereka merasa tidak diasingkan dan mau mengikuti pembinaan di LPKA, selanjutnya petugas di LPKA juga berusaha merubah tingkah laku mereka melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama mereka sehingga menggugah hatinya untuk melakukan hal-hal yang terpuji, menempatkan narapidana anak sebagai manusia yang memiliki potensi dan memiliki harga diri dengan hak-hak dan kewajibannya yang sama dengan manusia lainnya. Narapidana anak dibina untuk menjadi manusia


(34)

yang lebih baik lagi setelah bebas dari LPKA. Petugas tidak membeda-bedakan narapidana satu dengan yang lainnya agar tidak terjadi kesenjangan diantara narapidana. Berikut penuturan Leonardo Pandjaitan:

“Kami di sini tidak membeda-bedakan antara narapidana anak satu dengan yang lainnya semua mendapat pembinaan yang sama, kan tujuannya juga sama mereka dibina untuk merubah tingkah lakunya menjadi lebih baik lagi setelah keluar dari LPKA dan agar tidak mengulangi kesalahan yang

sama.”

Kegiatan-kegiatan pembinaan untuk anak binaan di LPKA menurut Leonardo Pandjaitan sudah cukup bagus dengan ada nya LPKA Idol, Pokjaluh atau Penyuluhan agama, Band, Pramuka, MTSN, Football Plus dan penyuluhan-penyuluhan dari LSM-LSM seperti charitas, LRPPN Narkoba serta pelatihan keterampilan bagi narapidana anak yang berminat. Berikut penuturan Leonardo Pandjaitan:

“Udah cukup baik kok menurut saya pembinaan di LPKA, saya juga sangat

senang dengan ada nya teman-teman dari LSM-LSM yang membantu kami, berperan dalam memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang agama atau pun bahaya dari narkoba, serta memberikan konseling, dan memberikan motivasi pada anak bianaan di sini. Pembicara nya juga memang orang-orang hebat yang di datangkan untuk memberikan penyuluhan. Football Plus nya juga bagus biasanya setiap hari senin dan kami pelatihnya datang buat latihan, jadi siapa yang berbakat bermain bola bisa di masukkan ke PSMS Junior. Kalau untuk pendidikan kami berkerja sama dengan MTSN dan PKBM Puspa dengan mengadakan ujian paket A,B, dan C, bulan kemaren baru aja diadakan ujian


(35)

Peneliti juga menanyakan apa saja yang menjadi faktor pendukung dan hambatan-hambatan apa saja dalam melaksankan pembinaan di LPKA. Leonardo Pandjaitan menjelaskan salah satu faktor pendukung berasal LSM-LSM yang mau bekerja sama dengan LPKA, sedangkan hambatan-hambatan dalam melaksanaan pembinaan Leonardo Pandjaitan mengatakan antara lain kurangnya sarana prasarana, jumlah narapidana yang melebihi daya tampung, sumber daya manusia serta kurang nya dukungan orang tua terhadap anak yang dibina di LPKA. Berikut penuturan Leonardo Pandjaitan:

“Kalau faktor pendukung dari LSM-LSM, saya harap makain banyak lagi LSM-LSM yang mau membantu dalam membina anak di sini. Kalau hambatan sendiri ya itu dek sarana prasarana yang kurang, terus jumlah narapidana yang terlalu banyak tidak sesuai dengan daya tampung LPKA, serta kurang nya sumber daya manusia, bayangkan aja di sini petugas yang menangani pembinaan hanya 4 orang dengan anak binaan yang berjumlah 457 anak, makanya ini kami juga di bantu dengan dengan tamping-tamping yang ada,

terus dukungan orang tua juga sangat kurang.”

Sebelum mengakhiri wawancara Leonardo Pandjaitan juga memberikan harapan kedepannya bagi anak yang telah mengikut pembinaan di LPKA. Ia berharap semoga dengan di berikannya pembinaan bagi narapidana anak di LPKA, mereka dapat merubah tingkah lakunya menjadi lebih baik, agar setelah keluar dari LPKA tidak melakukan keselahan yang sama lagi dan dapat hidup dengan sewajarnya di tengah-tengah masyarakat.


(36)

5.2.3. Informan Kunci 3

1. Nama : Andre Silalahi Amd. IP. SH

2. Umur : 26 Tahun

3. Pendidikan : S1 4. Jenis Kelamin : Laki-laki

5. Agama : Kristen

6. Suku : Batak

Andre Silalahi merupakan staf petugas bimbingan kemasyarakatan yang turut serta dalam membina narapidana anak di LPKA, sebelumnya Andre Silalahi juga pernah bertugas di LAPAS dewasa di luar Medan. Saat peneliti pertama kali menjumpai Andre Silalahi untuk melakukan wawancara peneliti di bawa ke ruangan tempat wawancara yang berada tak jauh dari kamar-kamar para narapidana anak di LPKA. Andre Silalahi juga sempat memperkenalkan peneliti ke pada para anak binaan LPKA yang berada di ruangan tersebut, peneliti sangat terkesan melihat anak-anak binaan LPKA yang sangat baik dan ramah.

Andre Silalahi dengan lancar menjawab semua pertanyaan yang ditanya peneliti, Ia menjelaksan pembinaan apa saja yang ada di LPKA, pembinaan keperibadian menurutnya bertujuan agar merubah tingkah laku anak disini dan menyadari hukuman apa yang dapat di terima oleh mereka, serta menyadari keselahan mereka. Sedangkan pembinaan keterampilan menurutnya agar anak binaan di LPKA yang mempunyai bakat keterampilan tahu apa yang harus dilakukan setelah keluar dari LPKA. Berikut penuturan Andre Silalahi:

“Kalo pembinaan kepribadian kan tujuannya untuk merubah tingkah laku


(37)

hukum kan terus ada nya kegiatan-kegiatan hiburan seperti band, sepak bola gitu agar mereka ga bosan juga biar terhibur, dan kita dapat mengetahui bakat-bakat mereka di bidang apa terus kita arahkan lah, band LPKA juga udah pernah tampil di festival-festival gitu seperti kemaren itu di MICC dapet piala mereka. Sepak bola nya juga sangat bagus, mereka dilatih sama pelatih dari luar dan siapa anak binaan yang memang benar-benar

mempunyai bakat bermain sepak bola bisa di masukkan ke PSMS Junior.”

Andre Silalahi juga menjelaskan tentang pendidikan bagi anak binaan di LPKA. Ia mengatakan bahwa LPKA bekerja sama dengan MTSN dan PKBM PUSPA dimana setiap kamis dan sabtu kegiatan MTSN diadakan serta PKBM PUSPA yang menyelenggarakan ujian paket A, B, dan C. Andre Silalahi juga mengatakan pada bulan tiga baru saja di adakan ujian paket C yang di ikuti oleh 13 anak binaan dan 2 anak binaan yang sudah bebas yang sebelumnya sudah terdaftar mengikuti ujian paket C, dan bulan 5 ini rencanannya juga akan di adakan ujian paket B. Berikut penuturan Andre Silalahi:

“Untuk pendidikan kami bekerja sama dengan MTSN dan PKMB PUSPA yang menyelenggarakan ujian paket A,B, dan C dek, ya bagus sekali kan kegiatan seperti ini walau mereka udah terenggut kebebasannya tapi mereka juga masi bisa sekolah dan belajar, malah ketika mereka berada di luar banyak dari mereka yang sudah tidak bersekolah lagi tapi setelah di bina di sini keluar-keluar sudah dapat ijazah, ya maksudnya ga menyarankan juga untuk buat

kesalahan agar masuk ke sini.”

Selanjutnya peneliti menanyakan bagaimana pendekatan awal yang dilakukan terhadap narapidana anak di sini, Andre Silalahi menejelaskan bahwa pendekatan yang di lakukan terhadap anak menurut nya adalah dengan cara mengajak mereka,


(38)

membuat sesuatu yang menyenangkan kepada narapidana anak di sini agar mereka merasa nyaman dan mau mengikuti pembinaan yang ada. Andre Silalahi juga mengatakan bahwa metode pembinaan yang dilakukan yaitu pembinaan dilakukan secara terus menurus, dan sistematis. Menurut Andre Silalahi pembinaan yang dilakukan LPKA sudah terencana dengan baik, setiap pembinaan dilakukan terus menerus sampai narapidana anak menguasai pembinaan yang diberikan. Setelah narapidana anak sudah menguasai pembinaan yang ada maka di arahkan untuk mengajari narapidan anak lain yang masi baru mengikuti pembinaan dengan di dampingi petugas. Berikut Penuturan Andre Silalahi:

“Awalnya pendekatan yang dilakukan ya kita mengajak mereka mengikuti

pembinaan, mengenalkan pembinaan apa saja yang ada di LPKA, melihat bakat apa yang dimiliki anak, lalu ya itu dek menempatkan dan mengarahkan mereka untuk mengikuti kegiatan yang sesuai dengan bakatnya. Kalau metode ya itu pembinaan di sini dilakukan secara terus menerus dan sistemati. Hampir setiap hari ada saja kegiatan yang di lakukan di LPKA ini, entah itu band, sepak bola, pramuka, penyuluhan agama dengan mendatangankan pembicara dari luar, penyuluhan-penyuluhan tetang kesehatan atau penyakit menular yang biasanya dibawakan oleh LSM seperti Caritas atau LRPPN Narkoba, itu bisa adek lihat di papan jadwal-jadwal kegiatan di sini, kalau untuk keterampilan kita punya banyak kegiatan seperti pertanian,

perbengkelan, pertukangan ataupun pembuatan sabun dan sendal.”

Andre Silalahi menjelaskan tentang kamar-kamar yang berada di LPKA, ia mengatakan kamar-kamar yang berada di LPKA berjumlah 52 kamar, 50 kamar untuk tempat beristirahat para narapidana anak serta 2 kamar lagi dijadikan klinik. Kamar tempat beristirahat anak binaan di LPKA terbagi menjadi dua tipe kamar,


(39)

kamar besar setidaknya di isi oleh 15 anak, kamar kecil di isi oleh sektiar 6-7 orang anak. Berikut penuturan Andre Silalahi:

“Kalau kamar setidaknya ada 52 kamar dek, 2 kamar dijadikan sebagai klinik.

tipe kamarnya ada dua besar dan kecil itu pun mereka masi tidur sempit-sempitan karena jumlah daya tampung narapidana yang sudah melebihi kapasitas.”

Selanjutnya Andre Silalahi juga menjelaskan tentang jadwal kunjungan untuk narapidana anak di LPKA, Ia mengatakan keluarga boleh menjenguk kapan saja pada jam-jam kerja LPKA, bagi keluarga juga diperbolehkan untuk memberi uang atau makanan kepada narapidana anak di LPKA. Ruangan untuk menjenguk juga sudah di sediakan di dalam LPKA. Di LPKA juga di sediakan telepon umum untuk menelpon keluarga mereka. Berikut penuturan Andre Silalahi:

“Kalau keluarga sudah di sediakan kok jam-jam besuk nya juga ruangannya, memberikan makanan atau uang juga tidak di larang, karena di dalam sini juga ada kedai atau warung-warung gitu yang menjual makanan atau cemilan dek, kalau mereka kangen sama keluarga juga bisa pakai telpon umum yang tersedia, walaupun harus mengantri dan bergantian dengan anak yang lain.” Masalah pengawasan kepada narapidana anak yang melakukan pembinaan menurut Andre Silalahi harus ada, tapi tidak membeda bedakan antara anak dengan kasus berat maupun ringan semua di awasi secara sama, tetapi dengan banyaknya narapidana di LPKA pengawasan terhadap narapidana anak juga di bantu oleh tamping-tamping yang sudah di percaya petugas. Berikut penuturan Andre Silalahi:

“Kalau pengawasan ya harus ada tapi kalau khusus tidak ada, kami

mengawasi napi secara sama rata tidak membeda-bedakan narapidana anak kasus berat ataupun kasus ringan, soalnya juga petugas di sini cuma 4 petugas


(40)

yang menangani pembinaan sedangkan anak yang dibina 457 anak kami juga di bantulah dek sama tamping-tamping untuk di megarahkan mereka.”

Peneliti juga menayakan apa yang menjadi hambatan-hambatan dalam melaksanakan pembinaan di LPKA, Andre Silalahi menjelaskan bahwa hambatan-hambatannya adalah kurangnya Sumber Daya Manusia atau jumlah petugas, sarana prasarana, serta daya tampung narapidana yang sudah melebihi batas. Berikut penuturan Andre Silalahi:

“Kalau hambatan dalam melaksankan pimbinaan yang pertama itu kurang

nya petugas, sarana prasana juga kurang memadai, terus dengan banyaknya narapidana di sini yang sudah melebihi batas daya tampung kami agak kesulitan juga untuk mengawasi mereka, makanya dengan penambahan SDM seharusnya sangat penting untuk dilakukan, terus kamar seharusnya juga di pisahkan antara anak dan remaja biar tidak ada penekanan yang ujung nya menimbulkan konflik.”

5.2.4. Informan Utama 1

1. Nama : AM

2. Umur : 17 Tahun

3. Pendidikan : SMA 4. Jenis Kelamin : Laki-Laki

5. Agama : Islam

6. Suku : Melayu

Peneliti pertama kali bertemu demgam informan utama didampingi dan diarahkan oleh petugas menuju ruangan wawancara yang berada di kawasan kamar


(41)

para narapidana. Informan utama dalam penelitian ini terdiri dari anak binaan dengan kasus yang berbeda-beda, salah satunya AM dengan kasus perampokan.

AM berada di LPKA baru sekitar dua minggu. Ia mengaku masih sebagai tahanan polisi, itu membuatnya belum mengetahui mengenai masa hukuman yang akan didapatnya. karena masih baru AM mengaku sama sekali belum mengikuti kegiatan ataupun pembinaan di LPKA. Berikut penuturannya:

“Aku di sini karena kasus perampokan kak, ya gitulah kak karena ikut-ikut kawan ya ujung-ujungnya ke tangkap deh. Aku di sini masih 2 minggu masih sebagai tahanan polisi belum sidang jadi belum tau keputusan masa hukumannya kak. Jadi aku juga belum pernah mengikuti kegiatan ataupun program pembinaan di LPKA ini.”

Peneliti tidak banyak mendapatkan informasi mengenai peran LPKA dalam pembinaan narapidana anak pada inforaman AM, karena ia masih baru di LPKA jadi belum paham dan belum mengikuti kegiatan ataupun pembinaan di LPKA.

Peneliti menanyakan bagaimana hubungan AM dengan narapidana yang lain dan petugas di LPKA. AM mengatakan bahwa hubungannya dengan narapidana yang lain dan petugas selama berada di LPKA cukup baik. Berikut penuturannya:

“Kalau hubungan dengan napi yang lain sih cukup baik kak, petugasnya juga

baik sangat peduli, kalau gak tahu kami di arahkan oleh mereka.”

Peneliti menanyakan bagaimana dukungan keluarga yang di berikan untuk AM selama berada di LPKA. Saat keluarga mengetahui AM di tahan polisi karena kasus perampokan dan di masukkan ke LPKA, awalnya keluarga sangat terkejut dan kecewa dengan AM, namun keluarga tetap memberikan dukunganya kepada AM. Keluarga menjenguk AM setiap hari sabtu. Berikut penuturannya:


(42)

“Keluarga sih awalnya terkejut dan kecewa saat saya di tahan dan di

masukkan ke LPKA kak, tapi akhirnya kelurga juga tetap mendukung kok kak. Biasanya hari sabtu kelurga sayang datang untuk menjenguk dengan

membawa makanan atau cemilan.”

Sebelum mengakhiri wawancara peneliti juga menanyakan harapan AM setelah berada di LPKA, ia mengatakan bahwa harapannya adalah agar bisa cepat keluar setelah di bina di LPKA, tidak melakukan kesalahan yang sama lagi dan dapat mengikuti pembinaan dengan baik. Berikut penuturannya:

Ya harapan aku sih kak agar bisa cepat-cepat keluar aja kak setelah dibina di LPKA ini semoga juga masa hukuman ku tidak terlalu lama ,dan semoga setelah aku dibina di sini aku sadar dengan perbuatan yang udah aku lakukan

dan tidak mengulanginya lagi kalau udah keluar dari LPKA ini.”

5.2.5. Informan Utama 2

1. Nama : FJ

2. Umur : 17 Tahun

3. Pendidikan : Tamat SD 4. Jenis Kelamin : Laki-Laki

5. Agama : Islam

6. Suku : Jawa

Peneliti pertama kali bertemu dengan informan FJ didampingi dan diarahkan oleh petugas menuju ruangan wawancara yang berada di kawasan kamar para narapidana. FJ sudah berada di LPKA sekitar 1 tahun 3 bulan dengan masa tahanan 3


(43)

tahun dan memiliki sisa hukuman 1 tahun 9 bulan lagi. FJ berada di LPKA disebabkan oleh kasus pembunuhan. Berikut penuturannya:

Aku di sini karena kasus pembunuhann kak. Ceritanya kan kak lagi ada bentrok sesama teman, jadi aku waktu itu bela kawanku kan kak. Kami keroyoklah dia kak habis itu kutikam dia sampe mati. Setelah itu kawan-kawan ku kabur kak, jadilah aku ke tangkap sendiri. Aku dijatuhi hukuman 3 tahun sekarang aku udah 1 tahun 3 bulan di sini, ya kira-kira 1 tahun 9 bulan lagi lah kak aku baru keluar, tapi aku juga coba ngajuin PB”

Peneliti menanyakan kegiatan atau program pembinaan apa saja yang ada di LPKA dan yang diikuti FJ. FJ menjelaskan bahwa ada banyak kegiatan ataupun program pembinaan di LPKA namun ia hanya mengikuti beberapa kegiatan atau program pembinaan seperti sekolah, pengajian, dan sepak bola. Berikut penuturannya:

“Kalau program pembinaannya sih ada banyak kak, kalo yang aku ikuti cuma

sekolah, ngaji dan sepak bola sama keterampilan aku ikut pembuatan sabun cuci piring sih kak, kalo sekolah itu basanya hari kamis dan sabtu, terus kalo ngaji hampir setiap hari kak, biasanya yang ngajarin di datangkan dari luar, kalau sepak bola itu pelatihnya juga di datangkan dari luar kak, siapa yang berbakat nantinya bisa di masukkan ke PSMS Junior kak, makanya aku sangat bersemangat dengan kegiatan sepak bola ini, siapa tahu nanti bisa masuk PSMS Junior. Kalau pembuatan sabun itu kan nanti di ajari sama petugas di sini kak terus hasil nya di jual kak di lingkungan LPKA ini biasanya sih satu botol di jual Rp.5000.”

Selanjutnya peneliti menanyakan apa manfaat yang diterima oleh FJ selama mengikuti pembinaan di LPKA. Ia mengatakan bahwa dengan mengikuti


(44)

pembinaan di LPKA setidaknya membuat nya sadar akan kesalahannya serta tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama lagi. Berikut penuturannya:

“Menurutku sih kak manfaat nya banyak kak setelah aku dibina di sini, aku

jadi sadar dengan kesalahanku, terus dengan mengikuti pendidikan keagamaan membuatku lebih rajin lagi beribadah serta membuat ku jadi lebih bisa mengontrol emosi apabila berhadapan dengan orang banyak. Setelah aku ikut kegiatan ataupun program pembinaan MTSN aku jadi bisa sekolah lagi kak, soalnya aku kan cuma tamat SD sebelum masuk ke LPKA ini. Kata tamping kan kan nnti kita bisa di ikutkan ujian paket B, terus karena aku hobi bermain sepak bola jadi aku sangat senang dengan adanya kegiatan sepak bola biar ga bosan dan membuat fisik sehat juga kan kak. Terus aku kan ikut juga sama pembinaan keterampilan pembuatan sabun cuci miring kak, itu sangat bermanfaat kak siapa tau keluar dari sini aku bisa bikin usaha kan kak.”

Peneliti menanyakan bagaimana hubungan FJ dengan narapidana yang lain dan petugas di LPKA. FJ mengatakan bahwa hubungannya dengan narapidana yang lain dan petugas selama berada di LPKA cukup baik karena tidak pernah terlibat konflik. Sikap petugas di LPKA juga baik mau mengarahkan dan peduli dengan FJ. Apabila terjadi konflik antara sesama warga binaan petugas mendamaikan, lalu megasingkan mereka. Berikut penuturannya:

“Hubunganku di sini baik kak, sama petugas maupun sama kawan yang lain karena aku ga pernah berkonflik di sini jadi ya baik-baik aja sih kak. Kalau misalnya ada yang berantam kak dan ketahuan sama petugas mereka dipisahkan dibawa keruangan petugas untuk di damaikan, habis itu kak mereka diasingkan sementara. Kalau sikap petugasnya di sini juga baik kak


(45)

mau membimbing dan mengarahkan kami apabila kami kurang paham dengan

program pembinaan di LPKA.”

FJ merupakan anak bungsu dari 6 besaudara. Orangtuanya bekerja sebagai tukang becak dan ibunya telah meninggal dunia. Keluarga sudah mengetahui masalah dan kasus FJ hingga ia masuk di LPKA. Awalnya keluarga sedih dan kecewa dengan FJ namun keluarga tetap kalau mendukung FJ. Keluarga mengunjungi FJ setiap 3 minggu sekali dengan membawa keperlusn FJ. Keluarga juga mengusahakan PB untuk FJ. PB adalah Pembebasan bersyarat atau cuti menjelang bebas, yaitu proses pembinaan narapidan dan anak pidana diluar lembaga pemasyarakatan setelah menjalani sekurang-kurangnya 2/3 masa pidananya minimal 9 bulan. Berikut penuturan FJ:

“Kalau Ayah aku kan kak kerjanya tukang becak, mamaku udah meninggal

kak. Aku anak ke 6 kak dari 6 bersaudara, keluarga ku jenguk biasanya 3 minggu sekali kak, kalau jenguk biasanya keluargaku bawa makanan untuk aku kak. Dari awal keluargaku kan kak udah tahu tentang kasus ku ini yang aku nikam orang karena kan kak aku berantamnya memang di daerahku kak. Inilah kak keluargaku lagi ngusahain ngurus PB supaya cepat keluar aku dari

sini kak.”

Peneliti juga menanyakan bagaimana harapan FJ mengenai pembinaan di LPKA dan harapannya setelah keluar dan dibina di LPKA. FJ megatakan bahwa harapannya untuk pembinaan di LPKA agar tetap berjalan dengan baik serta makin banyak lagi LSM-LSM yang mau bekerja sama. Mengenai harapan FJ setelah keluar dari LPKA, ia berharap agar dapat kembali bersekolah dan dapat beraktivitas kembali dengan sewajarnya. Berikut Penuturan FJ:


(46)

“Harapan aku kan kak kalau untuk pembinaan di LPKA ini supaya kegiatan

atau program pembinaannya berjalan dengan lebih baik lagi, terus makin banyak lagi kak yang mau bekerja sama dengan LPKA, kaya LSM-LSM gitu kak jadi lebih banyak lagi kegiatan di sini. Kalau harapan aku setelah keluar dari sini kak supaya aku nanti bisa lanjut sekolah, terus biar aku dapat di

terima lagi sama lingkungan sekitarku.”

5.2.6. Informan Utama 3

1. Nama : MI

2. Umur : 19 Tahun

3. Pendidikan : Tamat SMP 4. Jenis Kelamin : Laki-Laki

5. Agama : Islam

6. Suku : Melayu

Peneliti pertama kali bertemu dengan informan MI didampingi dan diarahkan oleh petugas menuju ruangan wawancara yang berada di kawasan kamar para narapidana. MI sudah berada di LPKA sekitar 3 tahun 4 bulan dengan masa tahanan 5 tahun 1 bulan dan memiliki sisa hukuman 1 tahun 7 bulan lagi. MI berada di LPKA disebabkan oleh kasus narkoba. Berikut penuturannya:

“Awal aku masuk sini itu karena inilah kak tergiur sama obat-obatan yang buat candu ini kak, waktu itu kan kak aku lagi mau ambil barang yang udah aku pesan sama bandarnya, kemaren itu kami janjian di warung dekat pengkolan rumah. Kondisinya aku ambil barang tunggu orang di rumahku tunggu pada tidur semua dulu kak, udah semua anggota rumahku tidur abis itu


(47)

aku mulai diam-diam keluar rumah buat ketemuan sama kurir yang sebelumnya udah nunggu aku di warung pengkolan dekat rumah. Aku keluar rumah harus diam-diam kali kak, soalnya taulah kakak kalo aku ketauan bisa bahaya nanti kak soalnya kan orang rumah gatau kalo aku make. Soalnya sempat mereka tau aku make barang haram kaya gini bisa dihabisin aku ka sama mamaku, bahkan bisa-bisa diusir kali. Nah pas aku udah selesai transaksi sialnya hari itu tau-tau aku udah di ikuti sama intel. Apeslah kak aku ga ada mikir apa-apa, aku pikir yaelah palingan kaya biasanya ga bakal ketauan,transaksi berjalan kaya biasanya aja gitu ga bakal ketauan. Eh pas aku baru siap nerima barang pas mau bayar eh pas pula bisa ketauan. Aku pikir itu orang biasa mau beli makanan di warung pengkolan rumah. Tiba-tiba aja kejadiannya kak, tangan aku ditarik kebelakang sama juga digituin ke kurirnya, tangan kami berdua diborgol terus dibawa ke kantor polisi. Gitulah

kak ceritanya kena hukuman 5 tahun lah aku jadinya kak.”

Dengan kasus yang di alami MI, peneliti sempat menanyakan apakah MI pernah rehab sebelumnya atau tidak. MI mengatakan sebelum masuk dan dibina di LPKA ia mengaku bahwa belum pernah di rahabilitasi sama sekali dan MI mengaku memang baru pertama kali masuk ke LPKA. Berikut penuturan MI:

“Awalnya sih aku cuma coba-coba aja kak, makin lama makin kesini aku jadi terbiasa make shabu, tapi aku ga pala sering kali aku make kak. Aku palingan make kalo lagi banyak pikiran, itupun aku makenya ngumpet-ngumpet di kamar. Ini dialah kak, kalo soal rehab aku belom pernah sama sekali, ya ini baru pertama kalilah ngerasain ditangkap kaya gini. Seumur-umur ga pernah


(48)

Peneliti juga menanyakan pada MI tentang kegiatan atau program pembinaan apa saja yang ada di LPKA, MI menjawab dengan sangat lancar saat di tanya karena ia sudah sangat lama berada di LPKA jadi setidaknya sudah sangat paham dengan kegiatan ataupun program pembinaan yang ada di LPKA. MI mengatakan bahwa hampir semua kegiatan ataupun program pembinaan ya ada ia ikuti, namun hanya beberapa kegiatan yang paling sering MI ikuti seperti kegiatan caritas yang memberikan penyuluhan tentang bahaya narkoba dan penyakit menular, penyuluhan agama islam dan MTSN. Berikut penuturan MI:

“Karena aku udah lama ada di LPKA ini kak, jadi hampir semua aku ikutin kegiatan pembinaan disini, ya hitung-hitung sibuk-sibukin diri sendiri aja sih ka sekalian cari temen sambil adaptasi.Soalnya ini pengalaman pertama aku ada di lingkungan seperti ini, berada di lingkungan yang isinya orang-orang berhadapan dengan hukum semua. Kalo kakak nanya tentang kegiatan yang paling rutin aku ikutin sih itu kaya caritas, nah caritas itu LSM yang kasih penyuluhan tentang bahaya dari narkoba sama penularan penyakit melalui jarum suntik. Kegiatan yang lain penyuluhan agama Islam, kalo ini kegiatannya kaya siraman rohani kalo pembicaranya sih setau aku dibawa dari luar kak. Satu lagi yang paling aku sering ikutin MTSN, kalo ini sejenis kegiatan sekolah gitulah kak, disini kami diajarin pelajaran-pelajaran mulog kaya disekolahan biasa, cuma tempatnya aja yang beda kalo kami sekolahnya ya disini kak, sebenarnya ada kegiatan keterampilan juga sih cuma aku ga ikutin sih soalnya kurang punya bakat di bidang keterampilan sih kak.”

Selanjutnya peneliti menanyakan apa manfaat yang diterima oleh MI selama mengikuti pembinaan di LPKA. Ia mengatakan bahwa dengan mengikuti pembinaan di LPKA membuatnya sadar dengan apa yang telah diperbuatnya serta


(49)

dengan adanya kegiatan mengaji membuatnya menjadi lebih sadar tentang agama, lalu dengan kegiatan penyuluhan narkoba membuatnya sadar tentang bahayanya narkoba dan dengan kegiatan MTSN mebuatnya ingin melanjutkan sekolah lagi setelah keluar dari LPKA. Berikut penuturannya:

“Manfaat yang aku dapat setelah aku mengikuti berbagai macam kegiatan pembinaan disini aku ngerasain perubahan yang lumayan banyaklah kak, kaya misalnya dari kegiatan pembinaan caritas aku jadi tau bahaya narkoba, ternyata narkoba jahat kali kak bikin rusak pemakainya ya termasuk aku salah satunya, buat aku jadi peka dan sadar kalo narkoba itu benar-benar berbahaya dan buat aku jadi ga mau make itu lagi. Dengan kegiatan penyuluhan agama Islam, hal positif yang aku dapat dari kegiatan pembinaan ini iman aku semakin bertambah kak, aku tadinya terlalu percaya sama diri aku sendiri, setelah aku ikut siraman rohani aku jadi sadar kalo aku ini manusia yang lemah, aku jauh dari Tuhan, pengetahuan keagamaan aku juga kurang. Tapi setelah aku ikut kegiatan rohani aku jadi percaya diri menjadi manusia yang seutuhnya, aku tuh sama sekali ga berarti dengan keadaan aku yang bandel sekarang ini kak, aku merasa Allah baik kali mau mengampuni umatnya yang berdosa apalagi aku yang udah terjerumus sama barang haram ini kak. Aku bersyukur ikut acara siraman rohani ini, aku jadi sadar untuk menyayangi tubuhku, aku janji untuk ga make barang haram ini lagi kak. Dengan mengikuti kegiatan MTSN, aku semenjak disini ngerasa enggak ketinggalan mata pelajaran karena kami semua disini diperhatikan juga pola perkembangan pendidikan kami. Itu yang buat wawasan keilmuan aku


(50)

Peneliti menanyakan bagaimana hubungan MI dengan narapidana yang lain dan petugas di LPKA. MI mengatakan bahwa hubungannya dengan narapidana yang lain dan petugas selama berada di LPKA cukup baik karena tidak pernah terlibat konflik. Sikap petugas di LPKA juga baik mau mengarahkan dan peduli dengan MI dan selalu mendengarkan keluh-kesah dan curhatan MI selama di LPKA. MI mengatakan bahwa petugas di LPKA sudah ia anggap seperti orang tua, teman maupun keluarga sendiri. Berikut penuturannya:

“Aku sih sama temen-teman di sini ga pernah terlibat konflik kak jadi hubungan ku sama teman-teman dan juga petugas di sini baik-baik aja sih kak, ya pande-pande kita lah kak cemana bersosialisasi sama teman-teman yang lain, paling sih ya selisih paham aja sama teman yang lain, petugas nya juga baik-baik mau mengarahkan dam membimbing kami selama mengikuti pembinaan di sini, paling kalo marah juga karena kami yang salah kak, kalo petugas di sini sih udah aku anggap kek orang tua aku sendiri lah kak kadang kalo ada masalah aku juga cerita sama mereka nanti di kasih soslusilah kak

sama mereka.”

MI merupakan anak pertama dari dua bersaudara ayahnya telah meninggal dunia dan ibunya hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Awalnya ibu MI sangat terkejut dengan kasus yang menimpa anaknya ia tidak menyangka bahwa selama ini anaknya adalah seorang pemakai, dengan di tangkapnya MI dan di masukkan ke LPKA membuat ibunya sedih dan kecewa, namun ibu nya tetap mendukung MI tapi karena ibu MI sudah tua dan sakit-sakitan membuatnya jarang mengunjungi MI hanya adiknya yang lebih sering mengunjungi MI dengan membawa keperluan MI. Berikut penuturannya:


(51)

“Waktu awal aku ditanggkap dan di masukkan ke LPKA sih ibu ku kaget kali kak terus kecewa kali lah kak sama aku sampe bisa berbuat kek gitu kan, tapi tetap didukungnya lah aku kak cuma ya karena udah tua ibuku dan sakit jadi jarang mengunjungi aku sih kak paling adekkulah yang sering datang ngunjungi aku dengan dengan membawa keperluan aku, biasanya bawa makanan gitu sih lebih sering nya kak, pokoknya nyesal kali lah aku kak ga mau lagi lah aku coba coba pake barang gitu lagi”

Peneliti juga menanyakan bagaimana harapan MI mengenai pembinaan di LPKA dan harapannya setelah keluar dan dibina di LPKA. MI megatakan bahwa harapannya untuk pembinaan di LPKA agar menjadi lebih baik lagi dan makin banyak LSM yang mau bekerja sama lagi dengan LPKA agar makin di tambah lagi kegiatan pembinaan di LPKA. Harapan MI sendiri setelah keluar dari LPKA adalah ia berharap agar tidak terjerumus kepada hal yang sama lagi dan dapat melanjutkan sekolah nya lagi. Berikut penuturan MI:

kalo untuk pembinaan di sini aku sih berharap jadi lebih baik lagi sih kak, menurut ku sekarang pun udah bagus dengan ikutiin pembinaan di sini banyak kali manfaat yang aku dapat, aku jadi nyesal kali kak dengan kesalahan yang aku perbuat, terus setelah aku keluar dari sini aku mau berubah jadi manusia yang lebih baik lagi dan diterima oleh masyarakat walaupun aku mantan narapidana anak, terus aku mau lanjutin sekolah lagi kak, yang

sebelumnya aku cuma tamat SMP di LPKA aku bisa lanjut belajar lagi.”

Sebelum mengakhiri wawancara MI juga mengatakan bahwa di LPKA juga tersedia perpustakaan untuk anak binaan di LPKA jadi anak-anak binaan bisa menambah wawasannya dengan membaca buku. LPKA bekerja sama dengan Badan


(52)

Arsip Perpustakan Medan. Sebulan sekali buku-buku di perpustkaan LPKA di ganti dengan yang baru. Berikut penuturannya:

“Di sini juga ada perpustakaan kok kak, itu kerja sama dengan badan arsip

perpus medan setiap sebulan sekali bukunya juga ganti, jadi engga itu-itu aja bukunya kak, menurut ku bagus kali kan jadi semua anak binaan di sini bisa menambah wawasan mereka dengan membaca buku-buku di perpustakaan

LPKA.”

5.2.7. Informan Utama 4

1. Nama : PA

2. Umur : 18 Tahun

3. Pendidikan : SMA 4. Jenis Kelamin : Laki-Laki

5. Agama : Islam

6. Suku : Batak

Peneliti pertama kali bertemu dengan informan PA didampingi dan diarahkan oleh petugas menuju ruangan wawancara yang berada di kawasan kamar para narapidana. PA sudah berada di LPKA sekitar 6 bulan dengan masa tahanan 2 tahun dan memiliki sisa hukuman 1 tahun 4 bulan lagi. PA berada di LPKA disebabkan oleh kasus penggelapan motor. Berikut penuturannya:

“Itulah kak aku awalnya di sini karena kasus penggelapan kereta, ceritanya

gini kak dulu kan aku kerja di sorum kereta gitu kan kak, waktu itu aku memang mau berhenti dari kerjaanku kan kak , jadi waktu itu aku di suru ngantar kereta ku ke konsumen karena dari awal niat ku udah jelek dan aku


(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Siti Shalita

Nim : 120902075

ABSTRAK

Peran Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam Pembinaan Narapidana Anak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan

Anak adalah putra kehidupan, masa depan bangsa dan negara. Oleh karena itu anak memerlukan pembinaan, bimbingan khusus agar dapat berkembang fisik, mental dan spiritualnya secara maksimal. Dalam menjalani proses kehidupannya bukan tidak mungkin seorang anak terlibat dalam konflik hukum yang menyebabkan dirinya harus menjalani pidana. Sungguh merupakan suatu hal yang sangat berat jika melihat anak yang seharusnya dapat bermain secara bebas harus dirampas kemerdekaanya untuk menjalani hukuman di Lembaga Pembinaan Khusus Anak. Maka peran Lembaga Pembinaan khusus Anak sangat penting dalam membina dan melindungi anak yang berhadapan dengan hukum. Pembinaan yang dilakukan oleh Lembaga Pembinaan Khusus Anak harus menumbuhkan suasana yang penuh saling pengertian dan kerukunan, baik di antara sesama narapidana anak maupun antara petugas dengan narapidananya, sehingga tercipta hubungan yang harmonis di dalam Lembaga Pembinaan Khusus Anak.

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Peran Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam Pembinaan Narapidana Anak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peran Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam Pembinaan Narapidana Anak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel, melainkan informan penelitian yang memberikan informasi yang jelas, akurat dan terpercaya, baik berupa pernyataan, keterangan atau data yang dapat membantu memenuhi persoalan atau permasalahan. Untuk mendapatkan informasi atau data yang

dibutuhkan maka peneliti menggunakan metode pengumpulan data melalui studi kepustakaan dan studi lapangan, yaitu dengan cara observasi dan wawancara.

Kesimpulan dari penelitan menunjukkan bahwa Peran Lembaga Pembinaan Khusus anak dalam pembinaan narapidana anak sudah cukup baik dengan melalui dua program pembinaan yaitu pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian. Pembinaan Kepribadian meliputi pendidikan keagamaan, pendidikan umum, keperamukaan, penyuluhan kesehatan dan rekreasi. Pembinaan Kemandirian meliputi pelatihan keterampilan. Sikap narapidana anak yang sebagian besar merasa sangat tertarik dan sungguh-sungguh mengikuti kegiatan pembinaan, dan reaksi narapidana yang diwujudkan melalui partisipasi serta keterlibatan narapidana anak terhadap pembinaan yang diberikan. Selain itu sebagian narapidana anak merasakan manfaat yang nyata terhadap pengetahuan, keterampilan dan keimanan setelah mengikuti pembinaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak.


(2)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Name : Siti Shalita Nim : 120902075

ABSTRACT

The Role of Coaching Institutions Designated for Inmates in Coaching Children in Child's Special Coaching Institute Class I Tanjung Gusta Medan

Child is the son of life, the future of the nation. Therefore, children need guidance, specific guidance in order to develop physical, mental and spiritual to the fullest. In undergoing the process of life is not impossible that a child is involved in a legal conflict that caused him to undergo a criminal. It is something that is very hard if they see children who should be able to play freely should be deprived of independence for the Agency is serving his sentence at the Special Children. Then the role of the Agency is a special Children are very important in fostering and protecting children in conflict with the law. Development by the Institute for Development of Special Children should foster an atmosphere of mutual understanding and harmony, both among children and among fellow inmates officer with the inmates, so as to create a harmonious relationship in the Special Children's Development Institute.

The issues raised in this research is "How the Role of the Development of Special Children in Development of Children in Institutions Inmates Special Kids Coaching Class I Tanjung Gusta Medan. This study aims to determine the role of the Agency is Special Children in Development of Children in Institutions Inmates Special Kids Coaching Class I Tanjung Gusta Medan. This is a descriptive study using a qualitative approach. In qualitative research did not recognize this sample population, but research informants who provide information that is clear, accurate and reliable, both in the form of statements, information or data that can help meet problems or concerns. To obtain information or data needed so researchers use a method of collecting data through library research and field studies, namely by means of observation and interviews.

The conclusion of the research shows that the role of the Agency is Special Child prisoners in coaching children is good enough through two training programs are personality development and fostering independence. Personality coaching includes religious education, general education, keperamukaan, health education and recreation. Fostering Independence includes skills training. Child prisoners attitude that most were very interested and sincerely follow development activities, and the reaction prisoners are realized through the participation and involvement of child prisoners to guidance provided. In addition, some inmates child feels a tangible benefit to the knowledge, skills and faith after following the guidance in the Special Children's Development Institute.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan Hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan skripsi ini hingga akhir. Shalawat beriring salam juga tak henti-hentinya saya haturkan kepada Junjungan Besar Muhammad SAW yang telah membawa pengetahuan di dunia yang sehingga sedikitnya saya bisa merasakan dan mengamalkan pengetahuan tersebut dalam kehidupan guna menggapai kesempurnaan baik di dunia maupun akhirat kelak. Amin.

Selama penyusunan skripsi ini, Penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan kelemahan sehingga mengurangi nilai kesempurnaannya, hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan pengalaman penulis. Maka dengan kerendahan hati, Penulis membuka diri untuk saran dan kritik yang dapat membangun guna perbaikan di masa akan datang.

Banyak elemen yang sangat membantu di dalam penyusunan skripsi saya ini, dan dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Muriyanto Amin, S.sos.,M.si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar, M.Sp selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Edward, M.S.P., selaku dosen pembimbing yang telah bersedia menyediakan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis serta memberi dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.


(4)

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen dan Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara untuk segala ilmu pengetahuan, bimbingan, dan jasa-jasanya hingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan.

5. Bapak dan Ibu petugas Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta yang telah mengizinkan peneliti untuk penelitian dan memberikan bantuan selama proses penelitian berlangsung.

6. Kedua Orangtua saya yang yang telah mendidik, memberikan motivasi, bantuan moril dan materil selama perkuliahan hingga ke tahap penyelesaian skripsi ini.

7. Sahabat terbaikku Hans Simbolon yang selalu hits ga mau kalah tenar haha makasih ya telah membantu dalam pengetikan skripsi ku, makasih juga buat semua dukungan nya akhirnya bisa siap skripsi ini.

8. The Fighters, makasih ya Aida dan Dwi atas semua bantuannya, masukkannya dalam mengerjakan skripsi sahabat yang selalu kemana mana bareng tapi udah duluan wisuda, makasih juga buat Arum tersayang si miss galau yang selalu menyemangatiku, buat Bunga yang selalu menemaniku selama penelitian banyak kenangan kita ya bung selama penelitian haha, buat Helen dan Ester juga makasih ya dukungannya.

9. Sahabat-sahabat SMA ku makasih semua nya ya, buat Kiko makasih udah mau di ajak ke lapas rela-relain naik angkot bareng wkwk, buat Cicak miss baper yang selalu nyemangatin aku kalau aku galau dan sedih selalu mengingatkan untuk mengerjakan skripsiku makasih ya hehe, buat si cantik Najla makasih ya semangatnya cepat sidang juga biar cepat koas, buat Nurul


(5)

juga yang suka ilang timbul tapi selalu mendukungkku, dan buat Mega, Lala yang udah beda kota tapi selalu menyemangati ku makasih ya.

10.Dua teman seperdopinganku Oscar dan Kaka yang dari seminar bareng sampe sidangpun sama kita haha, yang tadinya ga dekat sekarang jadi dekat karena satu doping wkwk, makasih ya atas semangat dan dukungannya sukses terus kita ya kedepannya.

11.Teman-teman Kessos 2012 yang ga bisa disebutkan satu persatu namanya makasih ya untuk semua informasi nya, bantuanya, semangantnya, dukungannya dalam penyelesaian skripsiku ini. Semangat terus ya dan semoga kita semua sukses kedepannya Amin.

12.Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan, kerja sama dan doanya.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan hidayah dan limpahan rahmat dan karunianya serta membalas segala kebaikan dengan yang lebih baik lagi. Sungguh penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memerlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun, untuk itu sangat diharapkan masukannya. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, terutama bagi kemajuan Ilmu Kesejahteraan Sosial Kedepannya.

Medan, Juni 2016 Penulis,


(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Perumusan masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Sistematikan Penulisan ... 8

BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Peranan ... 10

2.1.1 Pengertian Peranan... 10

2.2 Lembaga Pembinaan Khusus Anak ... 11

2.2.1 Petugas Pemasyarakatan ... 14

2.3 Pembinaan... 16

2.3.1 Pengertian Pembinaan ... 16

2.3.2 Tujuan, Fungsi dan Manfaat Pembinaan ... 17

2.4 Anak ... 19

2.4.1 Pengertian Anak dan Kesejahteraan Anak ... 19

2.4.2 Anak yang Berkonflik dengan hukum ... 21

2.4.3 Hak dan Kewajiban Anak ... 25

2.5 Sistem Pemasyarakatan ... 29

2.5.1 Konsep Sistem Pemasyarakatan ... 29

2.5.2 Pembinaan dalam sistem Pemasyarakatan ... 31

2.6 Kerangka Pemikiran ... 33

2.7 Definisi Konsep ... 36

2.7.1 Definisi Konsep ... 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 37

3.2 Lokasi Penelitian ... 37

3.3 Informan Penelitian ... 38

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.5 Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lembaga Pembinaan Khusus Anak Tanjung Gusta ... Medan ... 41

4.2 Visi, Misi dan Motto Lembaga Pembinaan Khusus Anak ... 42

4.3 Struktur Lembaga Pembinaan Khusus Anak Tanjung Gusta Medan ... 43

4.4 Gambaran Fisik dan Fasilitas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak ... Tanjung Gusta Medan... 48

4.5 Jumlah Penghun LPKA Tanjung Gusta Medan ... 50

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Pengantar ... 51

5.2 Hasil Temuan ... 52

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 99

6.2 Saran ... 100


Dokumen yang terkait

Respon Narapidana Terhadap Program Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas-II A Anak Tanjung Gusta Medan

5 76 122

PELAKSANAAN PEMBINAAN ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK KELAS I-A TANJUNG GUSTA, MEDAN.

2 6 27

Pemenuhan Hak Atas Pendidikan Dalam Proses Pembinaan Terhadap Narapidana Anak Di Lembaga Pembinaan Khusus Anak ( Studi Kasus Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I Medan )

0 0 10

Pemenuhan Hak Atas Pendidikan Dalam Proses Pembinaan Terhadap Narapidana Anak Di Lembaga Pembinaan Khusus Anak ( Studi Kasus Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I Medan )

0 0 1

Pemenuhan Hak Atas Pendidikan Dalam Proses Pembinaan Terhadap Narapidana Anak Di Lembaga Pembinaan Khusus Anak ( Studi Kasus Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I Medan )

0 0 24

Pemenuhan Hak Atas Pendidikan Dalam Proses Pembinaan Terhadap Narapidana Anak Di Lembaga Pembinaan Khusus Anak ( Studi Kasus Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I Medan )

0 0 20

Pemenuhan Hak Atas Pendidikan Dalam Proses Pembinaan Terhadap Narapidana Anak Di Lembaga Pembinaan Khusus Anak ( Studi Kasus Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I Medan ) Chapter III V

0 0 45

Pemenuhan Hak Atas Pendidikan Dalam Proses Pembinaan Terhadap Narapidana Anak Di Lembaga Pembinaan Khusus Anak ( Studi Kasus Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I Medan )

0 0 5

Pemenuhan Hak Atas Pendidikan Dalam Proses Pembinaan Terhadap Narapidana Anak Di Lembaga Pembinaan Khusus Anak ( Studi Kasus Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I Medan )

0 0 21

PERAN LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK DALAM PROSES PEMBINAAN ANAK PIDANA (Studi di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandar Lampung)

1 21 14