35
BAB IV GAMBARAN UMUM MASKAPAI PENERBANGAN
A. SEJARAH SINGKAT GARUDA INDONESIA 1.  Sejarah Singkat
Seiring  semakin  meningkatnya  permintaan  jasa  industri  penerbangan, Perusahaan terus mengembangkan jaringan penerbangan hingga ke kota-kota
pertumbuhan ekonomi dan wisata baru di wilayah Barat dan Timur Indonesia. Sejarah  penerbangan  komersial  Indonesia  dimulai  saat  bangsa  Indonesia
sedang  mempertahankan  kemerdekaannya.  Penerbangan  komersial  pertama menggunakan pesawat DC-3 Dakota dengan registrasi RI 001 dari Calcutta ke
Rangoon  dan  diberi  nama  “Indonesian  Airways”  dilakukan  pada  26  Januari 1949. Pada tahun yang sama, 28 Desember 1949, pesawat tipe Douglas DC-3
Dakota  dengan  registrasi  PK- DPD  dan  sudah  dicat  dengan  logo  “Garuda
Indonesian  Airways”,  terbang  dari  Jakarta  ke  Yogyakarta  untuk  menjemput Presiden  Soekarno.  Inilah  penerbangan  yang  pertama  kali  dengan  nama
Garuda  Indonesian  Airways.  Setahun  kemudian,  1950,  Garuda  Indonesia resmi  menjadi  Perusahaan  Negara.  Pada  masa  itu,  Perusahaan  memiliki  38
buah pesawat yang terdiri dari 22 jenis DC-3, 8 pesawat Laut Catalina, dan 8 pesawat  jenis  Convair  240.  Armada  Perusahaan  terus  berkembang,  dimana
untuk  pertama  kalinya  Garuda  Indonesia  membawa  penumpang  jamaah  Haji
ke  Mekkah  pada  tahun  1956.  Perjalanan  terbang  ke  kawasan  Eropa  dimulai Garuda Indonesia pada tahun 1965 dengan tujuan akhir di Amsterdam.
a. Tahun 1980 Sepanjang  tahun  1980-an,  Garuda  Indonesia  melakukan  revitalisasi  dan
restrukturisasi  berskala  besar  untuk  operasi  dan  armadanya.  Hal  ini mendorong  perusahaan  untuk  mengembangkan  program  pelatihan  yang
komprehensif  untuk  awak  kabin  dan  awak  darat  Garuda  Indonesia  dan mendirikan  fasilitas  pelatihan  khusus  di  Jakarta  Barat  dengan  nama  Garuda
Indonesia Training Center. b. Tahun 1990
Armada  Garuda  Indonesia  dan  kegiatan  operasionalnya  mengalami revitalisasidan  restrukturisasi  besar-besarandi  sepanjang  tahun  1980-an.  Hal
ini  menuntut  Perusahaan  merancang  pelatihan  yang  menyeluruh  bagi karyawannya  dan  mendorong  Perusahaan  mendirikan  Pusat  Pelatihan
Karyawan, Garuda Indonesia Training Center di Jakarta Barat. c. Tahun 2000
Seiring  dengan  upaya  pengembangan  usaha,  di  awal  tahun  2005,  Garuda Indonesia  memiliki  tim  manajemen  baru,  yang  kemudian  membuat
perencanaan  baru  bagi  masa  depan  Perusahaan.  Manajemen  baru  Garuda
Indonesia  melakukan  evaluasi  ulang  dan  restrukturisasi  Perusahaan  secara menyeluruh  dengan  tujuan  meningkatkan  efisiensi  kegiatan  operasional,
membangun  kembali  kekuatan  keuangan  yang  mencakup  keberhasilan Perusahaan  dalam  menyelesaikan  restrukturisasi  utang,  menambah  tingkat
kesadaran  para  karyawan  dalam  memahami  pelanggan,  dan  yang  terpenting memperbarui dan membangkitkan semangat karyawan Garuda Indonesia.
d. Tahun 2010 Penyelesaian  seluruh  restrukturisasi  utang  Perusahaan  mengantarkan  Garuda
Indonesia siap untuk mencatatkan sahamnya ke publik pada 11 Februari 2011. Perusahaan  resmi  menjadi  perusahaan  publik  setelah  penawaran  umum
perdana  atas  6.335.738.000  saham  Perusahaan  kepada  masyarakat.  Saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia pada tanggal 11 Februari
2011  dengan  kode  GIAA.  Salah  satu  tonggak  sejarah  penting  ini  dilakukan setelah  Perusahaan  menyelesaikan  transformasi  bisnisnya  melalu  kerja  keras
serta  dedikasi  berbagai  pihak.  Per  31  Desember  2013,  struktur  kepemilikan saham Garuda Indonesia sebagai emiten dan Perusahaan publik adalah Negara
Republik Indonesia 69,14, karyawan 0,4, investor domestik 24,34, dan investor internasional 6,12.
Untuk  mendukung  kegiatan  operasionalnya,  Garuda  Indonesia  memiliki  5 lima  Entitas  Anak  yang  fokus  pada  produkjasa  pendukung  bisnis