Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa pengarang yang disampaikan kepada pembaca, karya sastra berisi luapan jiwa pengarang berdasarkan pengalaman pribadi yang benar-benar pernah di alami atau juga sekedar hasil rekaan imajinasi. Sastra sebagai hasil imajinasi, juga bermanfaat sebagai hiburan yang menyenangkan. Karya sastra juga menambah pengalaman batin bagi para pembacanya. Membicarakan sastra yang bersifat imajinatif, ada tiga jenis sastra yaitu prosa, puisi, dan drama. Salah satu jenis prosa adalah novel. Sebuah novel membicarakan tentang kejadian luar biasa dari kehidupan orang-orang.Berbagai permasalahan individu dapat dijadikan bahan penciptaan karya sastra. Tema seperti kritik sosial, perbedaan pandangan masyarakat, dan reaksi kejiwaan seseorang dalam menghadapi peremasalahan kehidupan saat ini banyak dijadikan pokok pemikiran pengarang. Seorang pengarang dapat menciptakan tema yang dirangkum dalam satu tema utama. Semakin banyak permaslahan batin yang dimunculkan melalui tokoh, semakin menarik dan membuat penasaran pembacanya untuk melanjutkan menyelesaikan aktivitas membaca novel tersebut. Pada dasarnya sastra dalam analisisnya selalu melalui analisis struktural, yaitu analisis karya sastra berdasarkan unsur-unsur intrinsiknya. Unsur-unsur tersebut meliputi tema, alur, tokoh, dan penokohan, setting atau latar, sudut perpustakaan.uns.ac.id commit to user 2 pandang, serta amanat. Unsur tokoh dan penokohan menjadi fokus utama tinjauan kajian penelitian. Dalam analisis penokohan memiliki kaitan erat dengan pengertian diri individu. Dalam hal ini, pengarang berusaha mengungkapkan pemikiran dan gejolak batin yang biasa dialami manusia. Oleh sebab itu ada hubungan antara sastra dengan psikologi sastra yang meliputi hubungan psikologi watak tokoh dalam karya sastra, psikologis pembaca sebagai penikmat karya sastra, dan psikologis penulis ketika melakukan proses kreatif yang terproyeksi lewat karangannya. Dalam setiap karya sastra tercermin nilai-nilai pendidikan yang menjadi salah satu tendens sastra. Walaupun sastra pada saat ini tidak lagi sebagai bentuk sastra terikat seperti halnya sastra tahun 20-an atau 30-an tetapi unsur tendens selalu menyertai terciptanya sebuah karya sastra. Cerminan nilai-nilai pendidikan dalam karya sastra meliputi ; pendidikan agama, moral, dan karakter. Tujuan penyampaian nilai-nilai tersebut baik secara tersirat maupun tersurat diharapan dapat memberikan motivasi dan contoh-contoh baik yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Sastra merupakan salah satu materi pelajaran Bahasa Indonesia yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari SD sampai dengan SMA atau sederajat. Secara material pembelajaran sastra harus diarahkan sebagai bentuk aktualisasi budaya nasional dan usaha menumbuhkan kecintaan siswa sebagai generasi bangsa terhadap karya-karya sastra anak bangsa. Secara esensial pada bagian tertentu guru dapat mengarahkan dan memantapkan perilaku siswa pada kearifan nasional untuk menumbuhkan karakteristik siswa yang normatif, commit to user 3 sehingga secara bertahap dapat membentuk pribadi yang berbudaya dan memiliki jati diri sebagai anak bangsa yang patut di banggakan. Pendidikan sebagai keseluruhan yang kompleks sangat berhubungan dengan akal budi dalam kehidupan seseorang sebagai anggota masyarakat. Proses pendidikan di masyarakat bersifat membudaya. Budaya pendidikan dalam diri anak harus di tanamkan sejak mereka masih dalam usia dini, karena dengan usaha tersebut kita dapat meningkatkan sumberdaya manusia SDM untuk menjadikan bangsa berkualitas. Budaya pendidikan dari kehidupan manusia adalah nilai-nilai. Nilai-nilai tersebut perlu di tanamkan, dilestarikan, dan di laksanakan oleh seluruh anggota masyarakat. Keseluruhan proses tersebut disebut budaya, dengan demikian manusia hidup itu selalu beriringan dengan kebudayaan. Nilai budaya dikelompokkan menjadi lima macam, yaitu: 1 nilai keagamaan, 2 nilai ilmu pengetahuan, 3 nilai sosial, 4 nilai ekonomi, dan 5 nilai politik. Ranah 3 Warna adalah sebuah novel yang menceritakan kehidupan seorang pemuda yang bernama Alif. Dalam novel tersebut sarat akan aspek-aspek psikologi tokoh yang menyertai perjalanan hidup dari para tokoh utama dan tokoh-tokoh pembantu lainnya. Alif merupakan tokoh utama dalam cerita. Dia seorang pemuda lulusan pondok pesantren yang tidak memiliki ijazah SMA tetapi dia berani bermimpi brcita-cita untuk masuk UMPTN. Dari sinilah awal permasalah yang mempengaruhi aspek kejiwaan dimulai. Dengan berbagai gejolak di hatinya karena kemungkinan untuk meraih impian itu sangat kecil. Belum lagi berbagai ejekan dan gunjingan dari teman serta tetangganya yang perpustakaan.uns.ac.id commit to user 4 meragukan impian tersebut akan tercapai. bermodalkan mantra man jadda wa jadda berbagai keraguan untuk masuk di perguruan tinggi negeri pun tercapai. Pada cerita berikutnya dipaparkan gejolak kejiwaan sang tokoh tidak hanya berhenti sampai di situ saja. Dia masih harus menghadapi berbagai hambatan ketika sedang menempuh kuliah S1 di Bandung. Mulai dari kehilangan sosok ayah yang dicintainya, himpitan ekonomi karena amak di kampung harus berjuang menghidupi adik-adiknya, IP yang kurang memuaskan, sampai pada akhirnya Alif jatuh sakit karena badannya yang kurus karena setiap hari harus kerja sambil kuliah serta pikirannya yang terkuras habis untuk bisa tetap menyeimbangkan antara kuliah dan kerja. Pada akhir cerita dipaparkan sang tokoh Alif menyadari bahwa ternyata mantera man jadda wa jadda tidak cukup digunakan untuk bekal mengarungi kehidupan ini tetapi juga diperlukan mantera man sabara zafira sehingga dapat menjadikan dia berani menembus segala halangan dan hambatan untuk meraih cita-cita dan impiannya. Dari berbagai peristiwa yang ada dalam cerita itulah peneliti anggap bahwa novel Ranah 3 warna ini layak diteliti dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra. Sebagai pengarang Ahmad Fuadi menampilkan tokoh Alif dengan memasukkan unsur-unsur pendidikan yang di wujudkan tokoh dalam bentuk sikap dan prilaku tokoh sehari-hari. Hal ini di maksudkan agar pembaca meresapi dan mengamalkan dalam kehidupan ini. Sosok Ahmad Fuadi adalah salah satu pengarang dari Sumatra. Ia adalah mantan wartawan TEMPO dan VOA, penerima delapan beasiswa luar negeri, dan penyuka fotografi. Pernah tinggal di Kanada, Singapura, Amerika Serikat, dan commit to user 5 Ingris. Alumni pondok moderen Gontor. Novel pertamanya yang berjudul Negeri 5 Menara telah mendapat penghargaan dan pengakuan di hati masyarakat. Atas dasar uraian di atas dapat di jelaskan alasan dalam pemilihan judul, antara lain:1 Penulis novel ini merupakan penulis terfavorit, anugrah pembaca Indonesia 2010, 2 novel Ranah 3 Warna banyak menggugah hati pembaca sehingga sebagian royalti trilogi ini untuk membangun komunitas menara, sebuah yayasan sosial untuk membantu pendidikan orang yang tidak mampu, yang berbasiskan sukarelawan. 3 novel ini menceritakan seseorang lulusan dari pesantren tetapi juga memiliki kemauan keras untuk merambah kesetaraan pendidikan negri bahkan sampai ke luar negeri.

B. Rumusan Masalah