Sudut Pandang dalam Novel

150 bahasa yang berbeda dengan bahasa yang biasa digunakan oleh orang Meninjau. Selain itu kondisi masyarakat miskin yang tinggal di kota Bandung memiliki nasib yang tragis di bandingkan dengan kondisi masyarakat miskin yang ada di tanah Meninjau tempat kelahirannya. Walaupun strata kehidupannya sama-sama tercatat sebagai orang miskin akan tetapi orang miskin yang tinggal di Meninjau masih bisa makan karena mereka bisa bertanam dan memiliki lahan di sekitar rumahnya, sedangkan keadaan orang miskin yang tinggal di kota memang benar-benar miskin segala- galanya bahkan tempat tinggal pun terkadang mereka tidak punya, karena memang tidak memiliki lahan untuk membuat rumah, mereka harus rela tinggal di tempat pembuangan sampah atau kolong-kolong jembatan. Latar terakhir yang disampaikan dalam novel adalah negara Amerika, yaitu suatu negara yang banyak memiliki tempat pendidikan di bidang teknologi, dan bidang-bidang lain. Tempat inilah yang menjadi pelabuhan cita-cita Alif untuk mendalami ilmu di dunia kejurnalisan. Kemampuan dan kreativitas pengarang untuk bisa menampilkan latar di Negara Amerika tidak di ragukan lagi. Pengarang berhasil menciptakan suasana latar peristiwa di Negara Amerika tersebut secara estetis.

e. Sudut Pandang dalam Novel

Ranah 3 Warna Sudut pandang, point of view merupakan cara dan atau pandangan yang di pergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam perpustakaan.uns.ac.id commit to user 151 sebuah karya fiksi khususnya novel. Pada hakikatnya sudut pandang ialah strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja di pilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Segala sesuatu yang di kemukakan dalam novel, memang hak sepenuhnya pengarang, pandangan hidup dan tafsirannya terhadap kehidupan. Namun, kesemuanya itu dalam novel di tampilkan pengarang melalui sudut pandang tokoh atau lewat kaca mata tokoh cerita. Sudut pandang juga dapat di samakan artinya dengan istilah pusat pengisahan, focus of narration. Sebagai pusat pengisahan segala sesuatu yang menjadi tonggak awal dalam pembuatan cerita bisa di katakan bertumpu pada sudut pandang. Penceritaan peristiwa yang ada dalam novel di mulai dari pembuatan sudut pandang cerita. Sebelum pengarang menulis cerita langkah awal yang di lakukan adalah memutuskan pemilihan sudut pandang yang akan di gunakan dalam pengisahan ceritanya. Ia harus telah mengambil sikap naratif, antara mengemukakan cerita dengan dikisahkan oleh seorang tokohnya, atau oleh narrator yang di luar cerita itu sendiri. Ia juga harus mengambil sikap apakah akan menuliskan cerita dengan menggunakan sudut pandang orang pertama atau ketiga, yang masing-masing memiliki berbagai kemungkinan atau bahkan menggunakan keduanya sekaligus. Penggunaan sudut pandang “Aku” atau pun “Dia” biasanya juga berarti tokoh aku atau tokoh dia, dalam novel berfungsi untuk memerankan dan menyampaikan berbagai hal yang dimaksudkan perpustakaan.uns.ac.id commit to user 152 pengarang. Ia dapat berupa ide, gagasan, nilai-nilai, sikap dan pandangan hidup, kritik, pelukisan, penjelasan, dan penginformasian untuk dapat menciptakan cerita yang bernilai estetis. Melalui penentuan sudut pandang inilah pembaca dapat mengikuti segala bentuk pandangan hidup dan pola piker yang akan di sampaikan pengarang melalui penampilan tokoh, latar, dan perwatakannya. Pemilihan sudut pandang akan dapat mempengaruhi terhadap penyajian cerita. Sedangkan reaksi afektif pembaca terhadap sebuah novel pun dalam banyak hal akan di pengaruhi oleh bentuk sudut pandang. Selain itu sudut pandang juga memiliki hubungan psikologis dengan pembaca. Pembaca membutuhkan persepsi yang jelas tentang sudut pandang cerita untuk mendapatkan pemahaman yang sempurna ketika sedang membaca novel, karena hal itu akan dapat menentukan seberapa jauh persepsi dan penghayatan pembaca bahkan penilaiannya terhadap novel. Menurut Burhan Nurgiyantoro 2010: 256 menyatakan bahwa pembedaan sudut pandang di lihat dari bagaimana kehadiran cerita itu kepada pembaca, lebih bersifat penceritaan telling atau penunjukan showing , naratif atau dramatik. Dengan metod e telling pemaparan di lakukan secara langsung oleh si pengarang melalui berbagai bentuk pengisahan, sedangkan dalam metode showing penceritaan di kisahkan secara dramatik artinya para tokoh dalam karya sastra bebas menampilkan commit to user 153 diri sendiri secara langsung baik melalui tingkah laku atau pun percakapan-percakapan yang ada dalam cerita. Berdasarkan pendapat di atas novel Ranah 3 Warna yang di tulis Ahmad Fuadi adalah tergolong novel yang menggunakan teknik penceritaan tidak langsung atau showing. Artinya dalam novel ini Ahmad Fuadi menceritakan segala bentuk peristiwa dan jati diri melalui peran para tokoh yang di ciptakannya. Dia berusaha menempatkan diri sebagai pengarang yang tidak berhak masuk dalam wilayah cerita yang ada dalam novel. hal ini akan menciptakan kesan tokoh dalam cerita tampak lebih hidup dan cerita akan berjalan secara wajar. Selain menggunakan metode showing novel ini juga menggunakan sudut pandang orang pertama dalam pemaparan ceritanya. Hal ini tampak pada setiap penyebutan tokoh utamanya dengan menggunakan kata “Aku” untuk menyebut sosok Alif. Pengarang menggunakan sudut pandang “Aku” tokoh tambahan atau di sebut juga dengan first person observant, yaitu pengarang yang tidak ikut berperan dalam cerita, hadir sebagai tokoh tambahan yang aktif sebagai pendengar atau penonton dan hanya melaporkan cerita kepada pembaca dari sudut pandang “saya”. Sudut pandang dengan menggunakan “Aku” untuk penyebutan si tokoh utama mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah, dalam diri sendiri, maupun fisik, hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya. “Aku” menjadi pusat kesadaran, pusat cerita. Segala sesua tu yang di luar diri si “Aku” , perpustakaan.uns.ac.id commit to user 154 peristiwa, tindakan, dan orang, di ceritakan hanya jika berhubungan dengan dirinya, atau di pandang penting. Jika tidak, hal itu tidak di singgung sebab si “Aku” memiliki keterbatasan terhadap segala hal yang di luar dirinya. Ahmad Fuadi dalam usahanya menampilkan sebuah novel cenderung memilih penggunaan sudut pandang “Aku”. Ia menganggap pusat peristiwa yang ada dalam seluruh novel hanya berpusat pada tokoh utama Alif. Dia hanya akan menceritakan orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengan tokoh utama tersebut, seperti kedua orang tua tokoh utama, sahabat dekat, dan guru yang dominan menjadi perantara kesuksesan tokoh utama. Hal ini di lakukan untuk menciptakan sosok Alif sebagai sosok manusia utama dalam novel yang bisa menampilkan segala nilai positif untuk di jadikan panutan pembaca. Sedangkan tokoh-tokoh tambahan walaupun sikap dan perwatakannya juga mengandung nilai positif tetapi kehadirannya hanya sebagai pelengkap cerita.

f. Amanat dalam Novel