148
d. Latar dalam Novel
Ranah 3 Warna
Menurut Abrams 1981: 175 latar atau
setting
di sebut juga dengan landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu,
dan lingkungan sosial tempat terjadinya peritiwa-peristiwa yang di ceritakan. Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal
ini diharapkan dapat memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan
terjadi. Dengan demikian pembaca akan merasa di permudah untuk mengoperasikan daya imajinasinya dan berperan kritis sesuai dengan
pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. Latar yang di tampilkan pengarang dalam karyanya langsung
dalam kaitannya dengan sikap, pandangan, dan perlakuan tokoh. Dalam novel
Ranah 3 Warna
Ahmad Fuadi berusaha menampilkan latar fisik secara khusus dan detail. Kreativitas ini sesuai dengan pengalaman
seorang pengarang terhadap segala situasi, kondisi, dan tempat yang pernah di kunjunginya.
Menurut Kenny 1966: 39 latar dalam karya fiksi tidak terbatas pada penempatan lokasi-lokasi tertentu, atau sesuatu yang bersifat fisik
saja, melainkan juga yang berwujud tata cara, adat istiadat, kepercayaan, dan nilai-nilai yang berlaku di tempat bersangkutan. Hal ini juga tampak
pada penceritaan yang ada dalam novel
Ranah 3 Warna.
Selain pengarang menyampaikan pikirannnya pada pengalaman segala tempat dan lokasi
pengarang juga mampu menampilkan segala bentuk kebiasaan atau adat perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
149
dan budaya yang ada di lokasi atau tempat terjadinya cerita. Keberagaman segala bentuk budaya tersebut merupakan nilai luhur yang patut di jadikan
panutan bagi para pembaca novel ini. Latar yang di tampilkan secara rinci dapat terlihat pada awal cerita
yang mengkisahkan suasana tanah Meninjau yang sejuk, damai, banyak di kelilingi pohon rindang, dan memiliki danau Meninjau yang airnya
berwarna biru pekat. Penceritaan ini menunjukkan suasana dan kondisi tanah kelahiran tokoh utama.
Sedangkan pengkisahan latar berikutnya juga di sampaikan secara rinci ketika kehidupan tokoh utama hijrah ke Pondok Madani, yaitu tempat
sang tokoh utama Alif menimba ilmu agama dan ilmu-ilmu tasawuf. Pada bagian ini tampak jelas penguasaan pengarang terhadap situasi dan
tempat kehidupan pondok pesantren. Kehidupan pondok digambarkan sebagai tempatnya orang-orang hidup dalam kesederhanaan, tidur tanpa
kasur, makan seadanya, dan uang saku yang pas-pasan serta menahan kerinduan karena harus jauh dari orang tua dan segala orang-orang yang di
cintai termasuk sahabatnya. Latar berikutnya hadir di pertengahan cerita, yakni tepatnya ketika
Alif mulai kuliah di Bandung. Di situ pengarang berlaku sebagai sosok tokoh utama yang dengan gamblang menceritakan keadaan serta segala
kebudayaan yang biasa dilakukan oleh masyarakat Bandung. Kebiasaan yang di lakukan oleh masyarakat Bandung meliputi dialek dan penggunaan
commit to user
150
bahasa yang berbeda dengan bahasa yang biasa digunakan oleh orang Meninjau.
Selain itu kondisi masyarakat miskin yang tinggal di kota Bandung memiliki nasib yang tragis di bandingkan dengan kondisi masyarakat
miskin yang ada di tanah Meninjau tempat kelahirannya. Walaupun strata kehidupannya sama-sama tercatat sebagai orang miskin akan tetapi orang
miskin yang tinggal di Meninjau masih bisa makan karena mereka bisa bertanam dan memiliki lahan di sekitar rumahnya, sedangkan keadaan
orang miskin yang tinggal di kota memang benar-benar miskin segala- galanya bahkan tempat tinggal pun terkadang mereka tidak punya, karena
memang tidak memiliki lahan untuk membuat rumah, mereka harus rela tinggal di tempat pembuangan sampah atau kolong-kolong jembatan.
Latar terakhir yang disampaikan dalam novel adalah negara Amerika, yaitu suatu negara yang banyak memiliki tempat pendidikan di
bidang teknologi, dan bidang-bidang lain. Tempat inilah yang menjadi pelabuhan cita-cita Alif untuk mendalami ilmu di dunia kejurnalisan.
Kemampuan dan kreativitas pengarang untuk bisa menampilkan latar di Negara Amerika tidak di ragukan lagi. Pengarang berhasil menciptakan
suasana latar peristiwa di Negara Amerika tersebut secara estetis.
e. Sudut Pandang dalam Novel