Pendekatan Penelitian METODE PENELITIAN

77

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif deskriptif dengan metode survei. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata 2015, penelitian kuantitatif deskriptif merupakan bentuk penelitian untuk mendapatkan informasi data yang luas dari suatu populasi atau sampel tertentu mengenai fenomena-fenomena kegiatan pendidikan, pembelajaran, implementasi kurikulum, jenjang, dan satuan pendidikan yang terjadi saat ini dengan analisis data yang bersifat statistik. Penelitian ini menggunakan variabel tunggal satu variabel karena mendeskripsikan suatu fenomena pada profesi pendidikan dalam hal pemahaman kode etik profesi bimbingan dan konseling pada guru bimbingan dan konseling. Menurut Zainal Arifin 2012: 54, penelitian deskriptif dapat menggunakan variabel tunggal atau lebih. Nana Sudjana dan Ibrahim 2004: 65 mengemukakan pendapat yang sama bahwa variabel yang diteliti bisa tunggal atau satu sehingga penelitian ini tidak dilakukan sampai pengujian hipotesis. Oleh karena itu, penelitian kuantitatif deskriptif ini cukup dengan pertanyaan penelitian. Metode survei merupakan bagian dari penelitian kuantitatif deskriptif. Menurut Zainal Arifin 2012: 41, pola-pola penelitian deskriptif diantaranya: survei, studi kasus, casual-comparative, korelasi, dan pengembangan. Morissan, dkk 2012: 166 menjelaskan bahwa penelitian survei bisa dibagi ke dalam dua kategori, yaitu survei deskriptif dan survei analitis. Survei deskriptif berupaya menjelaskan atau mencatat kondisi atau sikap untuk menjelaskan apa 78 yang ada saat ini. Penelitian ini sesuai dengan variabel yang digunakan oleh peneliti dalam mengungkap kondisi pemahaman kode etik profesi bimbingan saat ini. Penelitian survei memiliki beberapa kelebihan. Menurut Wimmer dan Dominick dalam Morissan, dkk 2012: 167 kelebihan dari jenis penelitian survei yaitu: 1. Survei dapat digunakan untuk meneliti suatu masalah atau pertanyaan penelitian dalam situasi yang sebenarnya. 2. Biaya yang dibutuhkan untuk melakukan survei relatif tidak mahal jika dibandingkan dengan jumlah informasi yang diperoleh. 3. Kuantitas data dalam jumlah besar dapat diperoleh dengan relatif mudah dari berbagai kelompok masyarakat. 4. Survei tidak dibatasi oleh batasan geografis artinya dapat dilakukan dimana saja. 5. Survei dapat menggunakan berbagai sumber data pendukung atau data sekunder yang sudah tersedia. Jenis penelitian survei ini yaitu school survey. Menurut Van Dalen dalam Suharsimi Arikunto 2010: 153 menjelaskan bahwa school survey bertujuan meningkatkan efisiensi dan efektifitas pendidikan. Masalah yang diungkap berhubungan dengan pemahaman sikap dan tingkah laku yang menunjang dalam proses belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu, peneliti membatasi penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif melalui metode survey untuk mengetahui seberapa besar tingkat pemahaman guru 79 bimbingan dan konseling dalam memahami kode etik profesi bimbingan dan konseling yang menunjang proses belajar mengajar di sekolah.

B. Subyek Penelitian

Dokumen yang terkait

Sistem Informasi Penilaian Kinerja Guru Bimbingan Dan Konseling di Sekolah Menengah Pertama Negeri 27 Bandung

1 7 165

PROFIL KUALITAS PRIBADI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI (SMPN) SE-KOTA BANDUNG: Studi Terhadap Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Pertama Negeri se-Kota Bandung Tahun Pelajaran 2012-2013.

0 3 50

modul 9 profesionalisasi kode etik profesi bimbingan dan konseling fix

2 13 83

TINGKAT PEMAHAMAN TERHADAP KONSEP DAN PRAKSIS ASESMEN PADA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SE-KABUPATEN BREBES.

37 223 245

TINGKAT PENGUASAAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SE-KOMISARIAT 1 KABUPATEN CIAMIS.

0 0 240

KOMPETENSI SOSIAL GURU BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI DI KABUPATEN SLEMAN.

0 2 194

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI SE-KABUPATEN SLEMAN.

0 0 200

TINGKAT PEMAHAMAN KETERAMPILAN KONSELING PADA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING SMA NEGERI SE-KABUPATEN BANTUL.

0 1 255

DRAFT I KODE ETIK PROFESI KONSELOR INDONESIA (ASOSIASI BIMBINGAN KONSELING INDONESIA) Oleh: Prof. Dr. Syamsu Yusuf, LN dan tim ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA 2009 KODE ETIK PROFESI KONSELOR INDONESIA (ASOSIASI BIMBINGAN KONSELING INDONESIA) PE

0 0 17

Modul guru pembelajar bimbingan dan konseling sekolah menengah pertama (SMP) kelompok kompetensi C profesional: program bimbingan dan konseling - Repositori Institusi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

0 0 40