Aspek Persepsi Tampilan Visual
23
b. Perkembangan Kognitif
Teori neo-piagetian memperhatikan tingkat tertinggi dari pencapaian kognitif adalah berpikir reflektif atau penalaran
abstrak. Berpikir reflektif merupakan bentuk kompleks dari kognisi. Berpikir reflektif pertama kali didefinisikan oleh filsuf
Amerika dan seorang pendidik John Dewey sebagai pertimbangan aktif, persisten, dan hati-hati terhadap informasi
atau keyakinan mengenai bukti-bukti yang mendukung mereka dan mengarahkan keputusan yang dibuat. Berdasarkan tahap
Piaget dari operasi formal, pemikir reflektif dapat menciptakan system kecerdasan kompleks yang menyatukan konflik ide-ide
atau pertimbangan yang muncul. Kapasitas pemikir reflektif muncul di antara usia 20 dan 25 tahun. Meskipun hampir semua
individu dewasa mengembangkan kapasitas untuk menjadi pemikir reflektif, lebih sedikit yang mencapai kecakapan yang
optimal dalam keterampilan tersebut dan bahkan lebih sedikit lagi yang dapat menggunakannya secara konsisten untuk
beragam masalah. Penyelidikan lain berhadapan dengan pikiran pascaformal
yang mengombinasikan logika dengan emosi dan pengalaman praktis dalam memecahkan masalah yang rancu. Pemikiran
pascaformal ini fleksibel, terbuka, adaptif, dan indivialistik. Pemikiran pasca normal juga bersifat relative. Seperti berpikir
24
reflektif, yang memungkinkan individu dewasa untuk melampaui system logika tunggal dan mencoba berdamai atau
memilih di antara konflik yang ada atau tuntutan, perspektif ini bisa menjadi sebuah kebenaran yang valid Labouvie-Vief,
1990a; Sinnott, 1996, 1998, 2003. c.
Perkembangan Psikososial Peralihan menjadi dewasa seringkali merupakan waktu
untuk mencoba sebelum manjalankan peran dan tanggung jawab sebagai individu dewasa. Menuju masa dewasa ini dipengaruhi
oleh faktor-faktor seperti gender, kemampuan akademis, sikap awal terhadap pendidikan, harapan di akhir masa dewasa, kelas
social, dan perkembangan ego. Pengukuran akan suksesnya peralihan masa dewasa mengatasi tugas-tugas perkembangan
ketika meninggalkan rumah masa kecilnya adalah kemampuan dewasa untuk memelihara kedekatan dengan orang tua.
Dewasa muda mencari intimasi dalam sebuah hubungan dengan sebayanya dan pasangan romantisnya. Membuka diri
merupakan aspek penting dalam intimasi. Kebanyakan dari dewasa muda ini memiliki banyak teman dan kurang
menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Menurut teori segitiga cinta dari Sternberg, cinta memiliki tiga aspek yaitu
intimasi, gairah, dan komitmen. Dewasa muda yang sampai pada tahap komitmen akan melanjutkan hubungannya ke jenjang
25
pernikahan. Setelah menikah, dewasa muda akan menjadi orang tua.
Berdasarkan penjelasan tersebut ada tiga perkembangan yang dilalui oleh dewasa awal yaitu adanya perkembangan fisik, perkembangan
kognitif, dan perkembangan psikososial.