Tahap-tahap hubungan interpersonal Kajian Teori 1. Persepsi Siswa

33 Johson, Kast, Zweigh 1963: 81-82 dalam Suranto 2011: 40 menjelaskan ada tiga komponen sistem, yaitu input, proses pengolah, dan output. Input merupakan komponen penggerak, proses pengolah merupakan sistem operasi, output menggambarkan hasil-hasil kerja sistem. Hubungan interpersonal sebagai sistem dapat digambarkan sebagai berikut. Gambar 3. Hubungan Interpersonal sebagai Sistem Sumber : Suranto 2011: 40 Hubungan interpersonal dapat dipandang sebagai sistem dengan sifat- sifatnya. Untuk menganalisanya kita harus melihat pada karakteristik individu- individu yang terlibat, sifat-sifat kelompok, dan sifat-sifat lingkungan. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan, serta permainan yang dilakukan. Dengan singkat, model interaksional mencoba menggabungkan model petukaran, peranan, dan permainan. Berdasarkan teori hubungan interpersonal di atas, hubungan interpersonal antara guru dan siswa termasuk ke dalam teorimodel peranan role model, di mana guru dan siswa saling menjalankan peranannya sesuai dengan ekspektasi peranan, tuntutan peranan, dan keterampilan peranan serta sebisa mungkin menghindari konflik peranan dan kerancuan peranan yang akan menyebabkan kerenggangan hubungan interpersonal antara kedua belah pihak.

c. Tahap-tahap hubungan interpersonal

Jalaluddin Rakhmat 2003:125-129 mengatakan bahwa ada tiga tahapan dalam hubungan interpersonal yaitu: INPUT : Harapan, kepentingan, dll PROSES : Interaksi interpersonal OUTPUT : Pengalaman, kesenangan, dll 34 1 Pembentukan hubungan Tahap ini sering disebut tahap perkenalan. Beberapa peneliti seperti Newcomb 1961, Berger 1973, Zunin 1972, dan Duck 1976 dalam Jalaluddin Rakhmat 2003: 125, telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing- masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. Bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis kependudukan, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya. Apabila mereka merasa berbeda, mereka akan berusaha menyembunyikan dirinya sehingga hubungan interpersonal mungkin diakhiri. 2 Peneguhan hubungan Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan equilibrium. Ada empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu: keakraban, kontrol, respons yang tepat, nada emosional yang tepat. Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang. Hubungan interpersonal akan terperlihara apabila kedua belah pihak sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan. Faktor kedua adalah kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan bilamana. Jika dua orang mempunyai pendapat yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan, siapakah yang harus berbicara lebih banyak, siapa yang menentukan, dan siapakah yang 35 dominan. Konflik terjadi umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau tidak ada pihak yang mau mengalah. Faktor ketiga adalah ketepatan respons. Di mana, respons A harus diikuti oleh respons yang sesuai dari B. Dalam percakapan misalnya, pertanyaan harus disambut dengan jawaban, lelucon dengan tertawa, permintaan keterangan dengan penjelasan. Respons ini bukan saja berkenaan dengan pesan-pesan verbal, tetapi juga pesan-pesan nonverbal. Jika pembicaraan yang serius dijawab dengan main-main, ungkapan wajah yang bersungguh-sungguh diterima dengan air muka yang menunjukkan sikap tidak percaya, maka hubungan interpersonal mengalami keretakan. Ini berarti kita sudah memberikan respons yang tidak tepat. Faktor terakhir yang dapat memelihara hubungan interpersonal adalah keserasian suasana emosional ketika komunikasi sedang berlangsung. Walaupun mungkin saja terjadi interaksi antara dua orang dengan suasana emosional yang berbeda, tetapi interaksi itu tidak akan stabil. Besar kemungkinan salah satu pihak akan mengakhiri interaksi atau mengubah suasana emosi. 3 Pemutusan hubungan R.D. Nye 1973 dalam Jalaluddin Rakhmat 2003: 129 mengatakan bahwa setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan pemutusan hubungan yaitu: a Kompetisi; adalah di mana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu dengan merendahkan orang lain. b Dominasi; adalah di mana salah satu pihak berusaha mengendalikan 36 pihak lain sehingga orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar. c Kegagalan; adalah di mana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama tidak tercapai. d Provokasi; adalah di mana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain. e Perbedaan nilai; adalah di mana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut. Suranto 2011: 41-45 mengatakan bahwa siklus hubungan interpersonal merupakan sebuah siklus dari perkenalan, menuju kebersamaan, menuju perpisahan, kembali rujuk, menuju kebersamaan lagi dan seterusnya. Siklus hubungan interpersonal dapat digambarkan seebagai berikut. Gambar 4. Siklus Hubungan Interpersonal Sumber : Suranto 2011: 42 1 Tahap perkenalan; ditandai adanya tindakan memulai initiating, merupakan usaha awal, komunikasi biasanya dilakukan dengan hati-hati agar terbentuk persepsi dan kesan pertama yang baik. 2 Penjajagan experimenting; merupakan usaha mengenal diri orang lain. Tahap ini digunakan untuk mengetahui kemiripan dan perbedaan. Masing- masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap, nilai pihak yang Kebersamaan Pengikatan Penggiatan Penjajagan Perkenalan Pembedaan Pembatasan Penghindaran Pemutusan 37 lain. Bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya. 3 Penggiatan intensifying; menandai awal keintiman, berbagai informasi pribadi, status kenalan menjadi teman akrab sehingga banyak perubahan cara berkomunikasi. Derajat keterbukaan menjadi lebih besar. Frekuensi berkomunikasi juga semakin tinggi. Pada tahap ini masing-masing pihak juga menunjukkan sikap untuk menepati komitmen. 4 Pengikatan bonding; tahap yang lebih formal atau ritualistik terjadi bila dua orang mulai menganggap diri mereka sendiri sebagai pasangan. Dapat berupa pasangan persahabatan, kerja sama, dan perkawinan. 5 Kebersamaan; tahap ini merupakan puncak keharmonisan hubungan interpersonal. Hakikat kebersamaan adalah bahwa mereka menerima seperangkat aturan yang mengatur hidup mereka bersama secara tulus. Suranto 2011: 43-44 mengatakan bahwa hubungan interpersonal pada tahap puncak yaitu kebersamaan, tidak bersifat mutlak dan permanen. Seringkali ada hambatan untuk menjaga hubungan kebersamaan itu. Dengan demikian, hubungan interpersonal dapat tererosi ke dalam situasi yang menjurus perpisahan, diawali dari adanya perbedaan-perbedaan hal itu terjadi karena: 1 Pembedaan differentiating; terjadi tatkala dua orang memutuskan bahwa hubungan mereka terlalu membatasi adanya perbedaan. 2 Pembatasan circumscribing; suatu tahap yang menunjukkan bahwa pasangan mulai mengurangi frekuensi dan keintiman komunikasi. 3 Penghindaran avoiding; upaya selalu menghindar dari pertemuan dan komunikasi. 38 4 Pemutusan terminating; adalah tahap paling rendah dalam kadar suatu hubungan. Semakin lama dan semakin penting hubungan interpersonal tersebut, pemutusan hubungan terasa semakin menyakitkan. Suranto 2011: 44 mengatakan bahwa untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Hal itu disebabkan, salah satu keadaan yang dapat memelihara kebersamaan adalah keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jadi selama kedua belah pihak masih secara seimbang merasa memperoleh manfaat dari hubungan interpersonal itu, maka akan ada tindakan nyata untuk memeliharanya dalam suasana kebersamaan. Secara teoritis, hubungan interpersonal akan terjaga manakala kedua belah pihak sama-sama memperoleh manfaat dari hubungan tersebut. Apabila salah satu pihak sudah merasa tidak memperoleh manfaat, apalagi merasa dikhianati, maka hubungan interpersonal dapat tergelincir kepada situasi kadar hubungan yang makin buruk, bahkan pemutusan, ada beberapa faktor yang memicu penurunan kadar hubungan interpersonal yaitu kompetisi, dominasi, saling menyalahkan, meremehkan dan perbedaan nilai Suranto, 2011: 44. Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa tahap-tahap hubungan interpersonal yang terjadi di dalam proses pembelajaran yang berlangsung antara guru dengan siswanya itu dimulai dari tahap pembentukan perkenalan. Pada tahap ini guru dan siswa pertama kali bertemu bertatap muka di kelas dan guru mulai membuka pelajaran. Komunikasi pada tahap ini dilakukan dengan hati-hati untuk membentuk persepsi dan kesan pertama yang baik. Misalnya, guru berpenampilan menarik dan memberikan apersepsi dalam pembelajaran untuk memberikan persepsi awal siswa yang positif, sehingga 39 siswa merasa termotivasi bahwa mata pelajaran yang sedang disampaikan itu adalah penting dan bermanfaat. Pada tahap kebersamaanpeneguhan hubungan interpersonal antara guru dengan siswa tidaklah bersifat tetap, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal guru-siswa, diperlukan tindakan- tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan equilibrium. Guru menciptakan keakraban, kontrol, respons yang tepat, nada emosional yang tepat dalam interaksi dengan siswanya. Dalam tahap peneguhan ini guru harus tetap menjaga suasana kelas agar tetap terkontrol dalam arti siswa tetap aktif mengikuti pembelajaran dengan baik. Misalnya, siswa tidak ada yang mengantuk, gaduh, dan mengganggu siswa yang lain. Guru dapat melakukan tahap peneguhan dengan berbagai cara. Misalnya, selama proses pembelajaran berlangsung guru menyelipkan kelucuan-kelucuan yang wajar agar siswa tidak cepat merasa bosan sehingga siswa merasa ‘hangat’ dan ‘akrab’. Guru harus mampu memotivasi siswanya untuk dapat belajar dengan baik agar prestasi belajar siswa dapat optimal. Akan tetapi, jika guru tidak berhasil memberikan peneguhan maka sering dijumpai beberapa siswa yang malas mengikuti pembelajaran, pasif di kelas, membuat gaduh dan lain-lain. Pada tahap terakhir hubungan interpersonal adalah pemutusan. Pada tahap pemutusan adalah ketika guru sudah tidak dapat mendekatkan diri dengan siswanya. Siswa merasa apa yang disampaikan oleh gurunya sudah tidak penting. Siswa merasa sangat jenuh sehingga siswa menunjukkan sikap yang sering membolos pada saat jam pelajaran itu berlangsung. Walaupun demikian, pada tahap pemutusan masih dapat membangun hubungan interpersonal yang baik lagi karena sifat hubungan interpersonal adalah tidak statis. Guru masih dapat membangun kembali ke 40 tahap peneguhan. Salah satunya dengan kemampuan guru untuk mengadakan relasi yang dekat dengan para siswanya agar keduanya merasa saling membutuhkan.

d. Faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal