Dimensi-dimensi Pendidikan Multikultural PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
347
diidentikkan dengan pluralisme, padahal ada beberapa perbedaan diantara kedua konsep tersebut.
Pluralisme pada dasarnya memiliki beberapa makna, yakni sebagai doktrin, sebagai model dan keterkaitannya dengan konsep lain.
Sebagai doktrin pluralisme sering dimaknai bahwa dalam setiap hal, tidak ada satu pun sebab bersifat tunggal monism atau ganda dualism bagi
terjadinya perubahan masyarakat. Sementara itu, pluralisme sebagai model, memungkinkan terjadinya peran individu atau kelompok yang
beragam dalam masyarakat. Pluralisme merupakan suatu pandangan bahwa sebab dari sebuah peristiwa sosial, harus dapat diuji melalui
interaksi yang beragam faktor dan bukan dianalisis hanya dari satu faktor semata-mata, dan keberagaman faktor itu adalah faktor kebudayaan.
Plurarisme mendorong perubahan cara berpikir dari cara monokultur ke arah cara berpikir multikultur. Dengan demikian, multikultur bukan hanya
sekedar bermakna keberagaman budaya, tetapi lebih kepada cara berpikir, cara bertindak, dan berperilaku terhadap keberagaman budaya
yang ada dalam masyarakat.
Kemajemukan masyarakat Indonesia adalah sebuah realitas sosial dan integrasi nasional adalah substansi utamanya. Dalam konteks
pluralitas masyarakat Indonesia, konsep integrasi nasional Indonesia, hendaknya diartikan bukan sebagai benda akan tetapi harus diartikan
sebagai semangat untuk melakukan penyatuan terhadap unsur-unsur dan potensi masyarakat Indonesia yang beraneka-ragam.
Dengan kata lain, integrasi nasional harus dimaknai sebagai sebuah spirit bangsa untuk memandang kehidupan yang serba majemuk
itu sebagai semangat untuk bersatu. Integrasi nasional, adalah kata kunci untuk membangun dan membina serta mempertahankan persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia yang hidup dalam alam kemajemukan masyarakat dan budayanya.
Di kebanyakan negara-negara dunia, sebagian besar dari mereka adalah bangsa-bangsa bekas jajahan, terdiri atas kelompok-kelompok
etnik dan budaya yang sangat majemuk, multikulturalisme adalah sebuah gagasan yang terus diperjuangkan. Bahkan lebih dari itu, kebanyakan
negara yang relatif muda usia ini, harus berjuang terlebih dahulu dengan gagasan nasionalisme.
348
Gagasan nasionalisme negara-negara yang pada umumnya memperoleh kemerdekaannya setelah Perang Dunia II, dibangun melalui
kesadaran para pemimpinnya akan kepercayaan bahwa negaranya amat majemuk, seringkali terdiri atas puluhan bahkan ratusan kelompok etnik,
hanya mungkin dipersatukan dengan ikrar yang meneguhkan persatuan sebagai dasar untuk menciptakan kehidupan bersama yang lebih baik.
Dalam masyarakat multikultural itu telah terjadi interaksi dan dialog antar budaya. Bahkan juga, secara tidak disadari mungkin, telah
terjadi dialog antar peradaban, misalnya peradaban Barat yang didasarkan pada nilai-nilai Yudeo-Kristiani dan peradaban Islam atau
Konfusian. Dalam komunitas seperti itu tidak terjadi apa yang disebut oleh Samuel Huntington, clash of civilization, benturan peradaban.
Manajemen multi-kultural, memang telah menjadi budaya perusahaan-perusahaan dari negara-negara yang lebih maju. Penerapan
manajemen multikultural itu, tentunya didasarkan pada prasangka baik tentang multikulturalisme. Tapi mungkin disadari juga bahwa suatu
masyarakat atau komunitas multikultural, mengandung potensi konflik, berdasarkan teori yang sederhana, yaitu karena terjadinya perjumpaan
dua atau beberapa budaya asing. Dalam interaksi itu mungkin terkandung prasangka-prasangka negatif antar kelompok etnis, ras,
budaya atau agama. Dengan katar belakang prasangka itu mungkin terjadi gesekan atau bahkan benturan. Dalam masyarakat multikultural,
yang terjadi mungkin justru isolasionisme, dimana suatu komunitas berkonsentrasi pada suatu daerah pemukiman tertentu yang bersifat
swasembada self-sufficient. Meskipun demikian, interaksi dengan komunitas luar tak bisa dihindari. Maka dalam interaksi yang membawa
prasangka bisa terjadi persaingan yang tidak sehat.
Pendidikan multikultural pada umumnya diletakkan pada latar kewarganegaraan. Pendidikan kewarganegaraan mengarah pada upaya
perwujudan warga negara yang baik. Pembelajaran multikultural pada dasarnya merupakan program pendidikan bangsa agar komunitas
kewarganegaraan dapat berpartisipasi dalam mewujudkan kehidupan demokrasi yang ideal bagi bangsanya.
Secara meluas, pendidikan multikultural mencoba membantu menyatukan bangsa secara demokratis, dengan menekankan pada