Sifat-Sifat Lapisan Masyarakat PELAPISAN MASYARAKAT

243 Hubungan antar individu dengan kedudukan dapat diibaratkan sebagai hubungan pengemudi mobil dengan tempat atau kedudukan pengemudi dengan mesin mobil tersebut. Tempat mengemudi dengan segala alat untuk menjalankan mobil adalah alat-alat tetap yang penting untuk menjalankan serta mengendalikan mobil, pengemudinya dapat diganti dengan orang lain, yang mungkin akan dapat menjalankannya secara lebih baik, atau bahkan lebih buruk. Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam kedu- dukan yaitu ascribed-status dan achieved-status.Ascribed-status adalah kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbeda- an-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran, misalnya kedudukan anak seorang bangsawan adalah bangsawan pula. Seseorang warga kasta Brahmana di India memperoleh kedudukan demikian karena orang tuanya tergolong dalam kasta yang bersangkutan. Pada umumnya ascribed-status dijumpai pada masyarakat dengan sistem lapisan tergantung pada perbedaan rasial. Namun de- mikian, ascribed-status tak hanya dijumpai pada masyarakat dengan sis- tem lapisan yang tertutup. Pada sistem lapisan terbuka mungkin juga ada. Misalnya, kedudukan laki-laki dalam satu keluarga, kedudukannya berbeda dengan kedudukan istri dan anak-anaknya. Ascribed-status walaupun tidak diperoleh atas dasar kelahiran, tetapi pada umumnya sang ayah atau suami adalah kepala keluarga batihnya. Untuk menjadi kepala keluarga batih, laki-laki tidak perlu mempunyai darah bangsawan atau menjadi warga suatu kasta tertentu. Emansipasi wanita akhir-akhir ini banyak menghasilkan persamaan dalam bidang pekerjaan dan politik. Tetapi kedudukan seorang ibu di dalam masyarakat secara relatif tetap berada di bawah kedudukan seorang ayah sebagai kepala rumah tangga. Achieved-Status adalah kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran. Akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan- tujuannya. Misalnya, setiap orang dapat menjadi hakim asalkan memenuhi persyaratan tertentu. Terserahlah kepada yang bersangkutan apakah dia mampun menjalani syarat-syarat tersebut. Apabila tidak, tak mungkin kedudukan sebagai hakim tersebut akan tercapai olehnya. Demikian pula setiap orang dapat menjadi guru dengan memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang kesemuanya terserah pada usaha-usaha dan kemampuan yang bersangkutan untuk menjalaninya. Kadang-kadang dibedakan lagi satu macam kedudukan, yaitu assigned-status Polak, 1969 yang merupakan kedudukan yang diberikan. Assigned-status sering mempunyai hubungan yang erat dengan acheived status. Artinya suatu kelompok atau golongan memberikan kedudukan yang lebih tinggi kepada seseorang yang ber- jasa, yang telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Akan tetapi kadang-kadang kedudukan tersebut diberikan, karena seseorang telah lama menduduki suatu 244 kepangkatan tertentu, misalnya seorang pegawai negeri seharusnya naik pangkat secara reguler, setelah menduduki kepangkatannya yang lama, selama jangka waktu yang tertentu. Sebagaimana telah diuraikan di muka, maka seseorang dalam masyarakat biasanya memiliki beberapa kedudukan sekaligus. Dalam hubungan macam-macam kedudukan itu, biasanya yang selalu menonjol hanya satu kedudukan yang utama. Masyarakat hanya melihat pada kedudukan utama yang menonjol tersebut. Atas dasar itu, yang bersngkutan digolongkan ke dalam kelas-kelas yang tertentu dalam masyarakat. Misalnya, Bapak Achmad mempunyai kedudukan sebagai suami, kepala rumah tangga, ketua rukun tetangga, anggota perkum- pulan olah raga badminton, dan sebagai guru serta kepala SMK. Bagi masyarakat, kedudukan sebagai kepala SMK itulah yang menonjol. Adakalanya, antara kedudukan-kedudukan yang dimiliki seseorang, tim- bul pertentangan-pertentangan atau konflik, yang dalam sosiologi dinamakan status conflict. Misalnya Bapak Achmad tersebut di atas, dalam kedudukannya sebagai kepala SMK harus menghukum putranya sendiri yang menjadi siswa SMK tersebut, karena telah melanggar tata tertib sekolah. Konflik antara kedudukan-kedudukan tersebut seringkali tidak dapat dihindari karena kepentingan-kepentingan individu tidak sela- lu sesuai, atau sejalan dengan kepentingan-kepentingan masyarakatnya, sehingga seringkali seseorang mengalami kesulitan untuk mengatasinya. Kedudukan seseorang atau kedudukan yang melekat padanya dapat terlihat pada kehidupansehari-harinya melalui ciri-ciri tertentu yang dalam sosiologi dinamakan prestise simbol status symbol. Ciri-ciri tersebut seolah-olah sudah menjadi bagian hidupnya yang telah institutionalized atau bukan internalized. Ada beberapa ciri-ciri tertentu yang dianggap sebagai status symbol, misalnya cara berpakaian, pergaulan, cara mengisi waktu senggang, memilih tempat tinggal, cara dan corak menghiasi rumah kediaman dan seterusnya di kota besar misalnya dapat dilihat betapa mereka yang tergolong warga lapisan tinggi, karena hanya mereka yang sanggup menanggung biaya-biaya reaksi semacam itu. Seseorang warga lapisan bawah mungkin akan dapat pula mengeluarkan biaya yang besar untuk mengisi waktu senggangnya di tempat-tempat rekreasi yang mahal itu, tetapi tentu memerlukan waktu yang lama, karena dia harus menyesuaikan dirinya dulu pada kebiasaan-kebiasaan pergaulan lapisan atasan tersebut. Gejala lain yang dewasa ini tampak dalam batas-batas waktu ter- tentu untuk masa-masa mendatang adalah gelar kesarjanaan. Gelar kesarjanaan mendapat tempat tertentu dalam sistem penilaian masyara- kat Indonesia. Karena gelar tersebut membuktikan bahwa yang mem- perolehnya telah memenuhi beberapa persyaratan tertentu dalam bidang- bidang ilmu pengetahuan yang khusus. Hal ini mendorong terjadinya beberapa akibat negatif, yang dikejar bukanlah ilmu pengetahuan tetapi gelar kesarjanaannya. Gelar tersebut kemudian menjadi status symbol tanpa menghiraukan kualitas sesungguhna. Banyak yang merasa malu