Sistem ilmu dan pengetahuan
326
Tugas 7.1
B. MULTIKULTURAL Multikultural secara etimologis marak digunakan pada tahun 1950-
an di Kanada. Menurut Longer Oxford Dictionary istilah multiculturalism berasal dari kata multicultural. Kamus ini menyitir kalimat dari surat kabar
Kanada, Montreal Times yang menggambarkan masyarakat Montreal sebagai masyarakat multicultural dan multilingual.
Konsep multikulturalisme tidak dapat disamakan dengan konsep keanekaragaman suku bangsa atau kebudayaan suku bangsa yang
menjadi ciri masyarakat majemuk, karena multikulturalisme menekankan keanekaragaman kebudayaan dalam kesederajatan. Multikulturalisme
mau tidak mau juga akan mengulas berbagai permasalahan yang mendukung ideologi ini, yaitu politik dan demokrasi, keadilan dan
penegakan hukum, kesempatan kerja dan berusaha HAM, hak budaya komunitas dan golongan minoritas, prinsip-prinsip etika dan moral, serta
tingkat serta mutu produktifitas Tobroni, dkk: 2007.
Dufty 1996 menjelaskan bahwa multikultural sebagai masyara- kat yang kelompok dan anggotanya mampu melakukan ko-eksistensi
secara harmonis, bebas memelihara keyakinan mereka, bahasa dan kebiasaan serta tradisi yang dikembangkan, dilaksanakan dan dijunjung
tinggi.
Multikultural sering diidentikkan dengan pluralisme, padahal ada beberapa perbedaan diantara kedua konsep tersebut. Pluralisme pada
dasarnya memiliki beberapa makna, yakni sebagai doktrin, sebagai model dan keterkaitannya dengan konsep lain Liliweri, 2005. Sebagai
doktrin pluralisme sering dimaknai bahwa dalam setiap hal, tidak ada satu pun sebab bersifat tunggal monism atau ganda dualism bagi terjadinya
perubahan masyarakat. Sementara itu, pluralisme sebagai model, memungkinkan terjadinya peran individu atau kelompok yang beragam
dalam masyarakat. Pluralisme merupakan suatu pandangan bahwa sebab dari sebuah peristiwa sosial, harus dapat diuji melalui interaksi
yang beragam faktor dan bukan dianalisis hanya dari satu faktor semata- mata, dan keberagaman faktor itu adalah faktor kebudayaan. Dengan
Coba kalian lakukan pengamatan di lingkungan sekolahmu, kemudian berilah contoh nyata unsur-unsur kebudayaan yang ada
di sekolahmu?
327
mengutip pandangan John Gray, Liliweri menegaskan bahwa pada dasarnya plurarisme mendorong perubahan cara berpikir dari cara
berpikir monokultur ke arah cara berpikir multikultur.
Dengan demikian, multi kultur bukan hanya sekedar bermakna keberagaman budaya, tetapi lebih kepada cara berpikir, cara bertindak,
dan berperilaku terhadap keberagaman budaya yang ada dalam masyarakat.
Multikulturalisme lebih bermakna sebagai cara berpikir, cara bertindak, dan berperilaku manusia dalam memandang kebudayaan lain
yang berbeda atau beragam denga kebudayaan kita adalah sebagai suatu hal yang wajar. Oleh karena itu menghargai dan menghormati
kebudayaan lain serta memandang kebudayaan masyarakat lain secara sama adalah suatu keharusan. Multikulturalisme memandang bahwa ma-
nusia mempunyai kebebasan untuk mengembangkan kebudayaannya.
Berbeda dengan pemikiran di atas, Mohammad Ali 2003 lebih memusatkan konsep pluralisme pada keberagaman agama. Menurutnya,
mengakui pluralisme agama sama sekali tidak berarti menghancurlebur- kan bangunan dasar teologis agama mana pun yang telah terbukti eksis
dalam sejarah peradaban umat manusia.
Lebih tegas lagi, bahwa memasyarakatkan pluralisme agama dan praktik politik pluralis yang demokratis, menjadi sebuah keharusan bagi
masyarakat pluralis Indonesia. Pluralisme agama tidak sekadar persoalan mengakomodasi klaim-klaim kebenaran agama dalam wilayah pribadi,
tetapi juga persoalan kebijakan publik di mana pemimpin agama harus mengakui dan melindungi kebebasan beragama.
Menurut Al Hakim 2006 esensi masyarakat pluralis-multikultural dapat digambarkan sebagai idealisasi masyarakat dimana kelompok
dalam masyarakat mampu melakukan ko-eksistensi secara harmonis, bebas memelihara keyakinan mereka, bahasa dan kebiasaan serta tradisi
yang dikembangkan, dilaksanakan dan dijunjung tinggi Dufty, 1996.
Dalam perspektif Indonesia, konsep masyarakat multikultural ber- sifat inhern dalam masyarakat sejak dahulu kala. Hanya saja, karena
dinamika politik ketatanegaraan di masa lalu, praktik multikultural Indonesia sempat tenggelam dari kajian pendidikan sosial. Dengan dalih
membicarakan multikulturalisme berarti akan membuka lahan konflik di dalam kehidupan masyarakat.
Multikulturalisme menjadi bahan kajian kembali ketika terjadi reformasi politik di Indonesia, gema multikultural mulai terdengar kembali.