Kelas-Kelas dalam Masyarajat Social Classes
244
kepangkatan tertentu, misalnya seorang pegawai negeri seharusnya naik pangkat secara reguler, setelah menduduki kepangkatannya yang lama,
selama jangka waktu yang tertentu. Sebagaimana telah diuraikan di muka, maka seseorang dalam
masyarakat biasanya memiliki beberapa kedudukan sekaligus. Dalam hubungan macam-macam kedudukan itu, biasanya yang selalu menonjol
hanya satu kedudukan yang utama. Masyarakat hanya melihat pada kedudukan utama yang menonjol tersebut. Atas dasar itu, yang
bersngkutan digolongkan ke dalam kelas-kelas yang tertentu dalam masyarakat. Misalnya, Bapak Achmad mempunyai kedudukan sebagai
suami, kepala rumah tangga, ketua rukun tetangga, anggota perkum- pulan olah raga badminton, dan sebagai guru serta kepala SMK. Bagi
masyarakat, kedudukan sebagai kepala SMK itulah yang menonjol. Adakalanya, antara kedudukan-kedudukan yang dimiliki seseorang, tim-
bul pertentangan-pertentangan atau konflik, yang dalam sosiologi dinamakan status conflict. Misalnya Bapak Achmad tersebut di atas,
dalam kedudukannya sebagai kepala SMK harus menghukum putranya sendiri yang menjadi siswa SMK tersebut, karena telah melanggar tata
tertib sekolah. Konflik antara kedudukan-kedudukan tersebut seringkali tidak dapat dihindari karena kepentingan-kepentingan individu tidak sela-
lu sesuai, atau sejalan dengan kepentingan-kepentingan masyarakatnya, sehingga seringkali seseorang mengalami kesulitan untuk mengatasinya.
Kedudukan seseorang atau kedudukan yang melekat padanya dapat terlihat pada kehidupansehari-harinya melalui ciri-ciri tertentu yang
dalam sosiologi dinamakan prestise simbol status symbol. Ciri-ciri tersebut seolah-olah sudah menjadi bagian hidupnya yang telah
institutionalized atau bukan internalized. Ada beberapa ciri-ciri tertentu yang dianggap sebagai status symbol, misalnya cara berpakaian,
pergaulan, cara mengisi waktu senggang, memilih tempat tinggal, cara dan corak menghiasi rumah kediaman dan seterusnya di kota besar
misalnya dapat dilihat betapa mereka yang tergolong warga lapisan tinggi, karena hanya mereka yang sanggup menanggung biaya-biaya
reaksi semacam itu. Seseorang warga lapisan bawah mungkin akan dapat pula mengeluarkan biaya yang besar untuk mengisi waktu
senggangnya di tempat-tempat rekreasi yang mahal itu, tetapi tentu memerlukan waktu yang lama, karena dia harus menyesuaikan dirinya
dulu pada kebiasaan-kebiasaan pergaulan lapisan atasan tersebut.
Gejala lain yang dewasa ini tampak dalam batas-batas waktu ter- tentu untuk masa-masa mendatang adalah gelar kesarjanaan. Gelar
kesarjanaan mendapat tempat tertentu dalam sistem penilaian masyara- kat Indonesia. Karena gelar tersebut membuktikan bahwa yang mem-
perolehnya telah memenuhi beberapa persyaratan tertentu dalam bidang- bidang ilmu pengetahuan yang khusus. Hal ini mendorong terjadinya
beberapa akibat negatif, yang dikejar bukanlah ilmu pengetahuan tetapi gelar kesarjanaannya. Gelar tersebut kemudian menjadi status symbol
tanpa menghiraukan kualitas sesungguhna. Banyak yang merasa malu
245
karena tak mempunyai gelar kesarjanaan. Padahal kedudukan mereka di dalam masyarakat telah terpandang, sehingga penambahan gelar
kesarjanaan tidak akan mengakibatkan suatu perbaikan atau kenaikan tingkat dalam kedudukannya lazim juga disebut sebagai civil effect.