16 praktik di pasar modal apabila perusahaan tersebut mempunyai kinerja
yang bagus maka harga akan meningkat dengan cepat.
2.1.2.2 Jenis Pemecahan Saham
Pada dasarnya ada dua jenis pemecahan saham yang dapat dilakukan Erwijaya dan Nur Indriantoro, 1999 :
1 Pemecahan turun split down atau reverse split Pemecahan turun adalah peningkatan nilai nominal per lembar
saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan dengan faktor pemecahan 1:2, 1:3, dan 1:4.
Pemecahan saham dengan faktor pemecahan 1:2 maksudnya adalah satu lembar saham baru lembar setelah pemecahan
saham dapat ditukar dengan dua lembar saham lama lembar sebelum pemecahan saham.
2 Pemecahan naik split up atau forward split Pemecahan naik adalah penurunan nilai nominal per lembar
saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan saham dengan faktor pemecahan
yang telah ditentukan sebelumnya 2:1, 3:1, dan 4:1. Pemecahan saham dengan faktor pemecahan 2:1 maksudnya
adalah dua lembar saham baru lembar setelah pemecahan saham dapat ditukar dengan satu lembar saham lama lembar
sebelum pemecahan saham. Pada penerapannya, para emiten umunya melakukan stock
split naik stock split-up dan hanya sedikit kasus reverse stock stock split-down.
2.1.1.3 Tujuan Pemecahan Saham
Tujuan utama emiten melakukan pemecahan saham adalah untuk mengarahkan harga sahamnya pada titik optimal sehingga
likuiditas saham meningkat dan distribusinya menjadi lebih luas. Harapannya adalah untuk mendorong tingkat transaksi yang terjadi
sehingga penjualan saham meningkat.
Universitas Sumatera Utara
17 Baker dan Gallanger melakukan tanya jawab terhadap 100
CFO perusahaan yang sahamnya terdaftar dalam NYSE dengan distribusi 25 atau lebih. Hasil survei menunjukkan bahwa 94 dari
sampel mengindikasi bahwa perusahaan melakukan pemecahan saham agar tingkat perdagangan berada pada kondisi yang lebih baik sehingga
dapat menambah daya tarik investor dan meningkatkan likuiditas perdagangan.
Keiso dan Weygant 2002 : 366, menjelaskan beberapa tujuan perusahaan melakukan stock split yaitu :
1. Untuk menyesuaikan harga pasar saham perusahaan hingga pada tingkat dimana lebih banyak individu dapat berinvestasi
dalam saham. 2. Untuk
menyebarkan dasar
pemegang saham
dengan meningkatkan jumlah saham yang beredar dan membuatnya
lebih dapat dipasarkan. 3. Untuk menguntungkan pemegang saham yang ada dengan
memungkinkan mereka untuk mengambil manfaat dari suatu penyesuaian pasar tidak sempurna setelah melakukan stock
split. Stock split akan efektif jika dilakukan terhadap saham-saham
yang harganya sudah cukup tinggi. Mengambil keputusan stock split dalam suatu perusahaan harus didasarkan atas persetujuan pemegang
saham pada Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham. Ketika
Universitas Sumatera Utara
18 keputusan untuk melakukan stock split dilakukan, maka jumlah saham
yang dimiliki oleh pemegang saham menjadi bertambah banyak dengan nilai nominal per saham yang lebih kecil, tetapi pada saat yang
bersamaan, harga saham tersebut secara teoritis akan turun secara proporsional, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan
nilai kapitalisasi saham tersebut tidak mengalami perubahan.
2.1.3 Teori dalam Pemecahan Saham Stock Split
Secara teoritis motivasi yang melatarbelakangi perusahaan melakukan stock split tertuang dalam beberapa teori, yaitu Signaling Theory dan Trading
Range Theory.
2.1.3.1 Signaling Theory
Signal adalah suatu tindakan yang diambil perusahaan untuk memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen
memandang prospek perusahaan Brigham dan Houston, 2001:36. Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan
memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi Jogiyanto, 2000:392.
Signaling Theory menyatakan bahwa pemecahan saham memberikan informasi kepada investor tentang prospek peningkatan
return masa depan yang substansial. Return yang meningkat tersebut dapat diprediksi dan merupakan sinyal tentang laba jangka pendek dan
jangka panjang. Pengumuman pemecahan saham dianggap sebagai
Universitas Sumatera Utara
19 sinyal yang diberikan oleh manajemen kepada publik bahwa
perusahaan memiliki prospek bagus di masa depan. Menurut Signaling theory, stock split hanya dilakukan oleh
perusahaan yang memiliki prospek kinerja yang baik, dimana perusahaan yakin bahwa harga saham setelah di pecah akan naik sesuai
dengan kenaikan kinerja perusahaan di masa depan Ika dan Purwaningsih, 2008. Copeland 1979 menyatakan bahwa stock split
memerlukan biaya transaksi yang besar, misalnya mencetak sertifikat baru, sehingga perusahaan yang memiliki prospek yang baik saja yang
mampu menanggung biaya tersebut. Jika pasar bereaksi pada waktu pemecahan saham bukan berarti pasar bereaksi atas informasi stock
split yang tidak memiliki nilai ekonomis, melainkan mengetahui prospek perusahaan di masa depan yang disinyalkan melalui
pemecahan saham. Jadi faktor yang memotivasi perusahaan melakukan pemecahan saham adalah kinerja perusahaan.
2.1.3.2 Trading Range Theory