Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stock Split dengan Trading Volume Activity Sebagai Variabel Pemoderasi dan Dampak yang Ditimbulkannya di ndonesia dan Malaysia

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STOCK SPLIT DENGAN TRADING VOLUME ACTIVITY SEBAGAI VARIABEL

PEMODERASI DAN DAMPAK YANG DITIMBULKANNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA

OLEH

KHATERINE 110503143

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “ANALISIS FAKTOR-FATOR YANG MEMPENGARUHI STOCK SPLIT DENGAN TRADING VOLUME ACTIVITY SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI DAN

DAMPAK YANG DITIMBULKANNYA DI INDONESIA DAN

MALAYSIA” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, ...2015 Yang Membuat Pernyataan

KHATERINE NIM. 110503143


(3)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STOCK SPLIT DENGAN TRADING VOLUME ACTIVITY

SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI DAN DAMPAK YANG DITIMBULKANNYA

DI INDONESIA DAN MALAYSIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV) pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysia periode 2010-2014 berpengaruh terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split dengan tambahan variabel moderating yaitu Trading Volume Activity (TVA).

Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 61 perusahaan yang melakukan stock split, dimana metode sampling yang digunakan adalah metode purposive sampling yaitu penetapan sampel dengan menggunakan kriteria tertentu. Pengolahan data dilakukan dengan analisis regresi logistik dan regresi moderasi dengan alat bantu program statistik SPSS 20.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa EPS, PER dan PBV berpengaruh positif terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split. Ketika TVA digunakan sebagai variabel pemoderasi, maka ditemukan bahwa TVA merupakan variabel moderasi yang memoderasi hubungan antara PER terhadap keputusan stock split di Indonesia dan TVA merupakan variabel moderasi yang memoderasi hubungan antara EPS, PER dan PBV terhadap keputusan stock split di Malaysia


(4)

ABSTRACT

ANALYSIS FACTORS THAT EFFECT TO STOCK SPLIT WITH TRADING VOLUME ACTIVITY AS MODERATING VARIABLE

AND THE IMPACTS OF STOCK SPLIT ON INDONESIA AND MALAYSIA

The aim of this research is to know whether Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV) at the companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) and Bursa Malaysia have effect in making decision by the company to do stock split with addition moderating variable such Trading Volume Activity (TVA) .

Sixty one companies are used as the sample of this research. The method of the research is purposive sampling which define as a determination of the sample by using certain criteria. Data processing was performed by logistic regression and moderating regression analysis with SPSS, statistical program tool 20.

The result of this study indicated that Earning Per Share,Price Earning Ratio and Price to Book Value affects the probability of stock split desicion. When Trading Volume Activity was used as a moderating variable, the Trading Volume Activity was a moderating variable which could moderate the relationship between PER towards stock split decision in Indonesia and it was a moderating variable which could moderate the relationship between EPS, PER and PBV towards stock split decision in Malaysia.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur pada Yesus Kristus Sang Juruselamat atas berkat dan kasih karunia-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktu-Nya. Penulisan skripsi ini berguna untuk memperoleh gelar sarjana dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga banyak mendapat bimbingan, arahan dan motivasi dari berbagai pihak yang mendukung penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis berterima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., C.A., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, M.A.F.I.S., Ak., selaku Ketua Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M., Ak., selaku Sekretaris Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Firman Syarif, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Ibu Mutia Ismail, S.E., M.M., Ak., selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Terima kasih untuk bimbingan dan pembelajaran selama ini.


(6)

Bapak Drs. Rustam, M.Si., Ak., selaku Dosen Pembanding. Terimakasih yang sedalam-dalamnya atas pembelajaran, bimbingan, motivasi dan kasih sayang kepada penulis selama penyelesaian penulisan skripsi ini.

5. Terima kasih untuk kedua orang tua penulis, Papa M. Marpaung SE dan Mama dra. Roswita Sitorus. Terima kasih yang tak terhingga untuk segala kasih sayang, uang, tenaga, waktu, motivasi, dan doa yang mengiringi setiap langkah penulis dalam pencapaian hidup, penulis menyayangi kalian dengan segenap cinta dan kasih. Yesus Kristus melalui Roh Kudus senantiasa menaungi kehidupan kalian dan memenuhi hidup kalian dengan berkat-Nya. Untuk adik penulis, Kharina Melati br Marpaung terima kasih untuk doa, semangat, candaan dan motivasi. Semoga penulis dapat menjadi teladan kakak yang baik untuk kamu. Terima kasih yang mendalam untuk keluargaku tersayang Bou Nadya, yang selalu menjaga dan menyayangi penulis selama perkuliahan penulis di Medan, Ka Nadya dan Bang Bengar yang selalu memotivasi dan memberikan banyak kesempatan berharga kepada penulis, dan juga untuk keponakanku tersayang Eugene Joshua Edward (EJE) yang selalu mengganggu ante dan menjadi hiburan yang sangat menggemaskan. I love you to the moon and back! Terima kasih juga untuk segala dukungan moral dan materil dari keluarga besar Op. Sihasudungan dan keluarga besar Op. Grace yang sangat penulis cintai.

6. Untuk sahabat-sahabatku tersayang, Fantastic Four (Angel, Sinar, dan Tanti) terima kasih telah menjadi kawan paling setia sampai akhir


(7)

perjuangan, segala suka duka, canda tawa yang kita lalui bersama selama di kampus, saat-saat kesepian ketika teman-teman satu per satu telah lulus, you are my best!!; Carpediem! (Anita, Dessy, Febri, Gloria, Moia, Yenni) terima kasih telah saling memanfaatkan, saling merepotkan, saling membocorkan rahasia, saling menjatuhkan, namun tetap saling menyayangi.; F.A.K.E friends (Agung, Feisal, Topan, Monica) terima kasih untuk saling menipu, menyusun skenario FTV, mencaci maki dengan tulus, tak akan ada yang bisa menggantikan ke-fake-an kalian; Nci-nci (Evelyn, Mery, Winny) yang selama ini selalu direpotkan oleh penulis, namun tetap sabar dan setia memberikan semangat dan selalu mengingatkan penulis sampai penulis bisa menyelesaikan skripsi ini; Kantin Nitra (Annisa, Christian, Sindhu, Udin) terima kasih telah menjadi teman menggila, meskipun kita tersebar di berbagai kota di seluruh Indonesia, namun setiap pulang tetap kalian yang selalu menjadi jadwal prioritas untuk meet up. Terima kasih untuk kegilaan dari SMA sampai sekarang, kalian sumber informan terkece sepanjang masa. Terima kasih juga kepada musuhku tercinta Vorries dan Chika, hubungan kita bagaikan Tom and Jerry, kalo ada saling menghina, tapi kalo ga ada saling merindu. Temen seperjuangan ngejar-ngejar ka Dame, bang Prapto and the gank, Dhyta dan Surya, kita laah yang paling tau bagaiman perjuangan mau sidang itu. Terima kasih juga kepada Chili (Ance, Ester, Jessica, Wenny), junior-junior terlovable yang selalu setia menjadi informan mata-mata dosen, kalian detektif terhebat dan tercantik, ku doakan kalian semua cepat


(8)

lulus yaa. Terakhir dan tak terlupa untuk teman-teman S1 Akuntansi terimakasih untuk kebersamaan, pembelajaran dan semangat selama tahun-tahun terakhir penyelesaian tugas akhir kita. Semoga kita sukses!

Penulis sudah melakukan usaha berjuang semaksimal mungkin untuk penyelesaian skripsi ini.Walaupun begitu penulis menyadari terdapat ketidaksempurnaan dalam penulisan skripsi ini yang merupakan keterbatasan penulis. Akhir kata terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah mendukung proses penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Agustus 2015 Penulis,

KHATERINE NIM. 110503143


(9)

DAFTAR ISI

Halaman PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 01 1.2.Rumusan Masalah ... 9

1.3.Tujuan Penelitian ... 10

1.4.Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Tinjauan Teoritis... ... 12

2.1.1 Pasar Modal ... 12

2.1.1.1Efficient Market Theory ... 13

2.1.2 Pemecahan Saham (Stock Split) ... 14

2.1.2.1 Pengertian Pemecahan Saham... 14

2.1.2.2 Jenis Pemecahan Saham ... 16

2.1.2.3 Tujuan Pemecahan Saham... 16

2.1.3 Teori dalam Pemecahan Saham (Stock Split) ... 18

2.1.3.1 Signaling Theory ... 18

2.1.3.2 Trading Range Theory ... 19

2.1.4 Pengaruh EPS Terhadap Pengambilan Keputusan Perusahaan Melakukan Pemecahan Saham ... 20

2.1.5 Pengaruh PER Terhadap Pengambilan Keputusan Perusahaan Melakukan Pemecahan Saham ... 21

2.1.6 Pengaruh PBV Terhadap Pengambilan Keputusan Perusahaan Melakukan Pemecahan Saham ... 23

2.1.7 Likuiditas Saham ... 24

2.1.8 Pengaruh Pemecahan Saham Terhadap Return Saham. 25 2.2.Penelitian Terdahulu ... 26


(10)

2.4.Hipotesis ... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Desain Penelitian ... 33

3.2.Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

3.3.Batasan Operasional ... 34

3.4.Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel ... 34

3.4.1 Variabel Dependen ... 34

3.4.2 Variabel Independen ... 34

3.4.3 Variabel Pemoderasi ... 37

3.5.Populasi dan Sampel... 39

3.6.Jenis dan Sumber Data ... 40

3.7.Metode Analisis Data ... 40

3.7.1 Statistik Deskriptif ... 40

3.7.2 Uji Kualitas Data... 41

3.7.3 Pengujian Univariate ... 41

3.7.4 Pengujian Multivariate ... 43

3.7.5 Uji Multikolinearitas ... 45

3.7.6 Uji Interaksi (Uji Moderating) ... 46

3.7.7 Uji Signifikansi Parsial (t-test) ... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian ... 48

4.2 Analisis Hasil Penelitian Sampel Indonesia... 49

4.2.1 Statistik Deskriptif... 49

4.2.1.1 Stock Split, Earning Per Share, Price Earning Ratio, Price to Book Value, Trading Voume Activity ... 49

4.2.1.2 Return Saham ... 50

4.2.2 Hasil Uji Kualitas Data ... 53

4.2.2.1 Pengujian Kelayakan Model Regresi ... 53

4.2.2.2 Penilaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ... 54

4.2.3 Pengujian Univariate ... 54

4.2.3.1 One Sample Kolmogorov-Smirnov ... 55

4.2.3.2 Independent Sample t-test ... 56

4.2.4 Pengujian Multivariate ... 57

4.2.4.1 Pengujian Multivariate Secara Serentak ... 58

4.2.4.2 Analisis Multivariate Secara Terpisah ... 60


(11)

4.2.6 Uji Interaksi (Uji Moderating) ... 63

4.2.6.1 Uji Interaksi EPS dengan TVA... 63

4.2.6.2 Uji Interaksi PER dengan TVA ... 64

4.2.6.3 Uji Interaksi PBV dengan TVA ... 65

4.2.7 T-Test Paired Two Sample ... 66

4.3 Analisis Hasil Penelitian Sampel Malaysia... 67

4.3.1 Statistik Deskriptif... 67

4.3.1.1 Stock Split, Earning Per Share, Price Earning Ratio, Price to Book Value, Trading Voume Activity ... 67

4.3.1.2 Return Saham ... 68

4.3.2 Hasil Uji Kualitas Data ... 71

4.3.2.1 Pengujian Kelayakan Model Regresi ... 71

4.3.2.2 Penilaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ... 72

4.3.3 Pengujian Univariate ... 72

4.3.3.1 One Sample Kolmogorov-Smirnov ... 72

4.3.3.2 Independent Sample t-test ... 74

4.3.4 Pengujian Multivariate ... 74

4.3.4.1 Pengujian Multivariate Secara Serentak ... 74

4.3.4.2 Analisis Multivariate Secara Terpisah ... 77

4.3.5 Uji Multtikolinearitas ... 78

4.3.6 Uji Interaksi (Uji Moderating) ... 78

4.3.6.1 Uji Interaksi EPS dengan TVA... 78

4.3.6.2 Uji Interaksi PER dengan TVA ... 79

4.3.6.3 Uji Interaksi PBV dengan TVA ... 80

4.3.7 T-Test Paired Two Sample ... 81

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 82

4.4.1 Faktor-Faktor Yyang Mempengaruhi Keputusan Stock Split ... 82

4.4.1.1 Earning Per Share (EPS) ... 82

4.4.1.2 Price Earning Ratio (PER) ... 83

4.4.1.3 Price to Book Value (PBV) ... 84

4.4.2 Pengaruh Trading Volume Activity (TVA) Sebagai Variabel Pemoderasi pada Sampel Indonesia ... 86

4.4.2.1 Moderasi TVA Dalam Pengaruh EPS Terhadap Stock Split ... 86

4.4.2.2 Moderasi TVA Dalam Pengaruh PER Terhadap Stock Split ... 86 4.4.2.3 Moderasi TVA Dalam Pengaruh PBV Terhadap


(12)

Stock Split ... 87

4.4.2 Pengaruh Trading Volume Activity (TVA) Sebagai Variabel Pemoderasi pada Sampel Malaysia ... 87

4.4.2.1 Moderasi TVA Dalam Pengaruh EPS Terhadap Stock Split ... 87

4.4.2.2 Moderasi TVA Dalam Pengaruh PER Terhadap Stock Split ... 87

4.4.2.3 Moderasi TVA Dalam Pengaruh PBV Terhadap Stock Split ... 88

4.4.3 Dampak yang Ditimbulkan Stock Split... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... ... 90

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 91

5.3 Saran ... ... 91

DAFTAR PUSTAKA... ... 93


(13)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu... 26

3.1 Operasional Variabel... 38

4.1 Statistik Deskriptif Sampel Indonesia ... 49

4.2 Statistik Deskriptif Return Saham Sampel Indonesia ... 51

4.3 Hosmer and Lemeshow Test Sampel Indonesia ... 54

4.4 Overall Model Fit Sampel Indonesia ... 54

4.5 Hasil Uji One Sample Komogorov-Smirnov Sampel Indonesia .. 55

4.6 Hasil Uji One Sample Komogorov-Smirnov Return Saham Sampel Indonesia ... 56

4.7 Hasil Independent Sample t-test Sampel Indonesia ... 57

4.8 Koefisien Regresi Logistik Sampel Indonesia ... 58

4.9 Model Summary Sampel Indonesia ... 59

4.10 Hasil Pengujian Multivariate Secara Serentak Sampel Indonesia ... 59

4.11 Hasil Pengujian Multivariate Secara Terpisah Tahap II Sampel Indonesia ... 61

4.12 Hasil Pengujian Multivariate Secara Terpisah Tahap III Sampel Indonesia ... 61

4.13 Uji Multikolinearitas Sampel Indonesia ... 62

4.14 Uji F Test EPS x TVA Sampel Indonesia ... 63

4.15 Uji T Test EPS x TVA Sampel Indonesia ... 64

4.16 Uji F Test PER x TVA Sampel Indonesia ... 64

4.17 Uji T Test PER x TVA Sampel Indonesia ... 65

4.18 Uji F Test PBV x TVA Sampel Indonesia... 65

4.19 Uji T Test PBV x TVA Sampel Indonesia ... 66

4.20 Paired Sample Test Return Saham Sampel Indonesia ... 66

4.21 Statistik Deskriptif Sampel Malaysia... 67

4.22 Statistik Deskriptif Return Saham Sampel Malaysia ... 69

4.23 Hosmer and Lemeshow Test Sampel Malaysia ... 71

4.24 Overall Model Fit Sampel Malaysia ... 72

4.25 Hasil Uji One Sample Komogorov-Smirnov Sampel Malaysia ... 72

4.26 Hasil Uji One Sample Komogorov-Smirnov Return Saham Sampel Malaysia ... 73

4.27 Hasil Independent Sample t-test Sampel Malaysia ... 74


(14)

4.29 Model Summary Sampel Malaysia ... 76

4.30 Hasil Pengujian Multivariate Secara Serentak Sampel Malaysia ... 76

4.31 Hasil Pengujian Multivariate Secara Terpisah Tahap II Sampel Malaysia ... 77

4.32 Uji Multikolinearitas Sampel Malaysia ... 78

4.33 Uji F Test EPS x TVA Sampel Malaysia ... 79

4.34 Uji T Test EPS x TVA Sampel Malaysia ... 79

4.35 Uji F Test PER x TVA Sampel Malaysia ... 80

4.36 Uji T Test PER x TVA Sampel Malaysia ... 80

4.37 Uji F Test PBV x TVA Sampel Malaysia ... 81

4.38 Uji T Test PBV x TVA Sampel Malaysia ... 81


(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan Indonesia

Yang Melakukan Stock Split... 97

2 Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan Malaysia Yang Melakukan Stock Split... 98

3 Daftar Sampel Perusahaan Indonesia yang Melakukan Stock Split... 100

4 Daftar Sampel Perusahaan Malaysia yang Melakukan Stock Split... 101

5 Daftar Sampel Perusahaan Indonesia yang Tidak Melakukan Stock Split... 102

6 Daftar Sampel Perusahaan Malaysia yang Tidak Melakukan Stock Split... 103

7 Pengujian Univariate Sampel Indonesia... 104

8 Pengujian Multivariate Sampel Indonesia Tahap Pertama... 105

9 Pengujian Multivariate Sampel Indonesia Tahap Kedua ... 105

10 Pengujian Multivariate Sampel Indonesia Tahap Ketiga ... 105

11 Pengujian Univariate Sampel Malaysia ... 106

12 Pengujian Multivariate Sampel Malaysia Tahap Pertama... 107


(17)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STOCK SPLIT DENGAN TRADING VOLUME ACTIVITY

SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI DAN DAMPAK YANG DITIMBULKANNYA

DI INDONESIA DAN MALAYSIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV) pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysia periode 2010-2014 berpengaruh terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split dengan tambahan variabel moderating yaitu Trading Volume Activity (TVA).

Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 61 perusahaan yang melakukan stock split, dimana metode sampling yang digunakan adalah metode purposive sampling yaitu penetapan sampel dengan menggunakan kriteria tertentu. Pengolahan data dilakukan dengan analisis regresi logistik dan regresi moderasi dengan alat bantu program statistik SPSS 20.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa EPS, PER dan PBV berpengaruh positif terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split. Ketika TVA digunakan sebagai variabel pemoderasi, maka ditemukan bahwa TVA merupakan variabel moderasi yang memoderasi hubungan antara PER terhadap keputusan stock split di Indonesia dan TVA merupakan variabel moderasi yang memoderasi hubungan antara EPS, PER dan PBV terhadap keputusan stock split di Malaysia


(18)

ABSTRACT

ANALYSIS FACTORS THAT EFFECT TO STOCK SPLIT WITH TRADING VOLUME ACTIVITY AS MODERATING VARIABLE

AND THE IMPACTS OF STOCK SPLIT ON INDONESIA AND MALAYSIA

The aim of this research is to know whether Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV) at the companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) and Bursa Malaysia have effect in making decision by the company to do stock split with addition moderating variable such Trading Volume Activity (TVA) .

Sixty one companies are used as the sample of this research. The method of the research is purposive sampling which define as a determination of the sample by using certain criteria. Data processing was performed by logistic regression and moderating regression analysis with SPSS, statistical program tool 20.

The result of this study indicated that Earning Per Share,Price Earning Ratio and Price to Book Value affects the probability of stock split desicion. When Trading Volume Activity was used as a moderating variable, the Trading Volume Activity was a moderating variable which could moderate the relationship between PER towards stock split decision in Indonesia and it was a moderating variable which could moderate the relationship between EPS, PER and PBV towards stock split decision in Malaysia.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pasar modal merupakan salah satu indikator kemajuan perekonomian suatu negara. Perkembangan pasar modal sebagai piranti investasi memiliki fungsi ekonomi dan keuangan yang semakin diperlukan oleh masyarakat sebagai media alternatif dalam penghimpun dana (Husnan, 1994:1). Memasuki usia yang ke-37, pasar modal Indonesia terus berkembang dan menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan. Berbagai perubahan ekonomi dan politik yang terjadi baik dari dalam lingkungan nasional maupun internasional tidak menghambat pasar modal Indonesia mencatatkan prestasinya, indikatornya dapat dilihat dari pertumbuhan laju IHSG sebesar 21,15%, dan kapitalisasi pasar modal Indonesia dengan pertumbuhan 22.76%. (http://www.idx.co.id/Beranda/BeritadanPengumuman) Prestasi-prestasi yang diraih ini tidak terlepas dari beberapa inisiatif baru yang dilakukan oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk terus meningkatkan kontribusi pasar modal terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bersama seluruh pelaku pasar, beberapa persiapan juga terus dilakukan oleh BEI agar dapat meningkatkan daya saing pasar modal Indonesia dalam menyongsong Asean Economic Community (AEC) yang mulai diberlakukan di 2015 ini.

Serangkaian inisiatif yang dilakukan oleh BEI salah satunya adalah perubahan satuan perdagangan (lot size) dan perubahan fraksi harga untuk Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas yang diberlakukan sejak 6 Januari 2014.


(20)

Kebijakan ini menurunkan jumlah saham dalam 1 lot, dari 500 lembar saham setiap satu lot menjadi 100 lembar saham setiap satu lot. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya BEI untuk melakukan pendalaman pasar (market deepening), membuka akses masyarakat dalam menggunakan atau memanfaatkan jasa keuangan (financial inclusion), serta memperluas inklusivitas investasi di pasar modal sehingga dapat diakses oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Selain itu, perubahan tersebut dilakukan agar dapat menurunkan volatilitas perdagangan saham sehingga perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat menjadi lebih stabil. (http://www.idx.co.id/Beranda/BeritadanPengumuman)

Inisiatif yang dilakukan oleh BEI ini merupakan suatu perubahan yang sangat signifikan bagi investor. Berkurangnya nilai lot size menyebabkan modal awal yang dikeluarkan untuk membeli suatu saham umumnya akan relatif lebih kecil, hal ini membuat semakin banyaknya investor ritel yang ikut bergabung dalam pasar modal Indonesia. Meningkatnya jumlah investor ritel ini mebuat pasar modal Indonesia menjadi sangat mudah bereaksi terhadap suatu informasi, khususnya yang menyangkut dengan harga saham.

Menurut Lorie, Dodd, and Kimpton (1985) yang dimaksud dengan harga saham adalah harga yang dibentuk dari interaksi para penjual dan pembeli saham yang dilatarbelakangi oleh harapan mereka terhadap profit perusahaan. Investor memerlukan informasi yang berkaitan dengan pembentukan harga saham dalam mengambil keputusan untuk menjual atau pun membeli suatu saham. Pengambilan keputusan ini berkaitan dengan pemilihan portofolio investa si yang paling menguntungkan dengan resiko tertentu. Informasi dapat mengurangi


(21)

ketidakpastian yang terjadi sehingga keputusan yang diambil diharapkan dapat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (Sutrisno, 2000)

Informasi memiliki makna apabila informasi tersebut menyebabkan investor melakukan transaksi di pasar modal yang akan tercermin dalam indikator atau karakteristik pasar modal, seperti volume perdagangan dan harga saham. Di pasar modal banyak sekali informasi yang dapat dimanfaatkan, salah satunya adalah informasi yang berkaitan dengan tindakan korporasi (corporation action).

KSEI membagi tindakan korporasi menjadi dua, yaitu tindakan korporasi wajib dan voluntary corporate action. Tindakan korporasi wajib adalah tindakan korporasi atau corporate action (CA) yang tidak memerlukan tindakan atau instruksi dari pemegang rekening yang akan mendapatkan hak CA. Salah satu jenis corporate action yang terjadi dalam tindakan korporasi jenis ini adalah stock split dan reverse split.

Stock split dan reverse split akan mengubah komposisi jumlah kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemegang rekening. Sistem akan mengubah komposisi itu secara otomatis berdasarkan data yang diberikan emiten terkait dan perubahan ini dilakukan pada tanggal yang sudah ditentukan oleh emiten. (http://www.ksei.co.id/services/corporate_action_services)

Stock split atau pemecahan saham merupakan suatu aktivitas yang dilakukan perusahaan yang telah go public dalam rangka meningkatkan jumlah saham yang beredar. Pemecahan saham membuat jumlah lembar saham perusahaan akan menjadi lebih banyak dan harga sahamnya akan dirasa cukup murah atau


(22)

terjangkau oleh investor sehingga diharapkan penjualan sahamnya bisa dimiliki oleh banyak investor (Brigham and Gapenski, 1994)

Pemecahan saham atau stock split menurut Halim (2005:97) adalah pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah lembar yang lebih banyak dengan menggunakan nilai nominal yang lebih rendah per lembar sahamnya secara proporsional. Motivasi yang melatar belakangi perusahaan melakukan stock split yaitu berdasarkan signaling theory dan trading range theory (Mason dan Shelor, 1998). Signaling theory menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal kepada investor mengenai prospek kinerja keuangan perusahaan pada masa mendatang dan juga menunjukkan bahwa perusahaan berada dalam kondisi keuangan yang baik (Grinblatt, Masulis, dan Titman, 1984). Mereka berpendapat bahwa pengumuman stock split memberikan sinyal positif terhadap aliran kas perusahaan di masa yang akan datang. Sinyal positif ini menggambarkan bahwa manajer perusahaan akan menyampaikan prospek yang baik sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan para investor, juga menunjukkan sinyal yang valid bahwa tidak semua perusahaan dapat melakukan stock split. Hanya perusahaan yang memiliki kinerja yang baik yang dapat melakukan stock split, karena perusahaan harus menanggung biaya-biaya yang ditimbulkan oleh stock split tersebut. Trading range theory menjelaskan keinginan manajer perusahaan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Stock split akan menambah daya tarik saham perusahaan sehingga akan menarik para investor dan berdampak pada likuiditas perdagangan saham.


(23)

Signaling theory berkaitan dengan sinyal mengenai prospek perusahaan dimasa depan. Prospek perusahaan yang baik diukur dari kinerja keuangan perusahaan. Kinerja perusahaan yang baik akan mampu menarik banyak investor untuk berinvestasi. Kinerja keuangan suatu perusahaan, dapat dilihat dari laba perusahaan. Para pemegang saham akan menaruh banyak perhatian terhadap laba perusahaan yang diperoleh karena hal tersebut secara langsung akan menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membagikan dividen. Oleh karena itu, informasi tentang laba suatu perusahaan sangat diperlukan dalam melakukan penilaian terhadap saham. Stock split membuat penurunan harga saham terjadi diikuti dengan peningkatan jumlah lembar saham sesuai dengan faktor split-nya. Setelah perusahaan melakukan pemecahan saham, maka ada kemungkinan bahwa harga saham akan bereaksi postif yang disebabkan oleh kemungkinan peningkatan laba akuntansi.

Kinerja keuangan merupakan hasil dari keputusan yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen perusahaan. Penelitian ini mengukur kinerja keuangan dengan menggunakan rasio EPS (Earning Per Share). EPS dapat digunakan sebagai indikator keberhasilan suatu perusahaan. Jika EPS meningkat maka kinerja perusahaan juga dinilai baik.

Kinerja perusahaan yang baik akan membuat investor tertarik untuk membeli saham perusahaan. Semakin banyak investor yang tertarik, maka harga saham akan semakin tinggi. Tingkat kemahalan harga saham dapat dihitung dengan rasio PER dan PBV. Tingkat kemahalan harga saham ini jugalah yang akan mendorong perusahaan untuk melakukan keputusan stock split. Hal ini


(24)

dikarenakan, seiring dengan semakin mahalnya harga suatu saham perusahaan, maka kemampuan investor untuk membelinya akan semakin berkurang, sehingga sahamnya menjadi tidak likuid.

Penelitian mengenai hubungan PER dan PBV terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split telah diteliti oleh Widiastuti dan Usmara. Hasil penelitian Widiastuti dan Usmara (2005) menyimpulkan bahwa tingkat kemahalan harga saham yang diukur dengan PBV berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan stock split. Namun penelitian ini tidak berhasil menunjukkan bahwa harga saham yang diukur dengan PER merupakan variabel yang berpengaruh positif terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan stock split. Likuiditas yang diukur dengan bid-ask spread tidak berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan stock split.

Pemecahan saham (stock split) merupakan fenomena yang menarik untuk diamati. Secara teoritis, stock split hanya meningkatkan jumlah lembar saham yang beredar, tidak menambah kesejahteraan para investor dan tidak langsung mempengaruhi arus kas perusahaan atau tidak memberikan tambahan nilai ekonomi bagi perusahaan, tetapi dalam penerapannya di pasar, stock split menunjukkan bahwa pasar memberikan reaksi terhadap pengumuman stock split, bahkan dalam beberapa kasus menunjukkan hasil yang kontroversi mengenai efek stock split.

Pada tanggal 8 Desember 2010, Charoen Pokphand Indonesia Tbk, dengan kode bursa CPIN melakukan pemecahan saham dengan rasio 5:1. Harga per


(25)

lembar saham CPIN sebelum pemecahan saham adalah Rp 9.550,- dan volume penjualan saham 20.167.500 dengan rasio tersebut, maka harga per lembar sahamnya menjadi Rp 1.910,-. CPIN menutup hari itu dengan closing price Rp 2.050,- dan dengan volume penjualan 20.687.500. Berselang 3 hari kemudian, volume penjualan CPIN meningkat menjadi 35.043.500. Hal ini menunjukkan bahwa strategi pemecahan saham CPIN berhasil meningkatkan likuiditas sahamnya. CPIN yang pada periode Agustus 2010 - Januari 2011 tidak termasuk dalam daftar jajaran perusahaan LQ 45, pada periode selanjutnya, yaitu pada periode Februari 2011 – Juli 2011 berhasil mencatatkan namanya pada daftar perusahaan LQ 45. Perusahaan LQ 45 merupakan perusahaan-perusahaan yang sahamnya dinyatakan paling likuid oleh BEI.

Pada tanggal 7 Agustus 2012, Kresna Graha Sekurindo Tbk, dengan kode bursa KREN melakukan pemecahan saham dengan rasio 4:1. Harga per lembar saham KREN sebelum pemecahan saham adalah Rp 930,- dan volume penjualan saham 1.836.000 dengan rasio tersebut, maka harga per lembar sahamnya menjadi Rp 233,-. KREN menutup hari itu dengan closing price Rp 220,- dan dengan volume penjualan 335.500. Tiga hari kemudian, tepatnya pada tanggal 10 Agustus 2012 volume saham KREN hanya dapat terjual sebanyak 189.000. Hal ini menunjukkan bahwa strategi pemecahan saham KREN tidak berhasil meningkatkan likuiditas sahamnya.

Berbagai studi yang membahas mengenai dampak stock split dilakukan diberbagai pasar modal di seluruh dunia. Di Kenya, Aduda dan Caroline (2010) menemukan bahwa terdapat peningkatan volume perdagangan setelah


(26)

pengumuman stock split dan terdapat rata-rata positif dari abnormal return pada perusahaan-perusahaan yang melakukan stock split dan terdaftar di Nairobi Stock Exchange. Ghazali, Taib dan Othman (2014) melakukan penelitian mengenai stock split pada pasar modal Malaysia yang biasa disebut dengan Kuala Lumpur Stock Exchange (KLSE) dan menemukan bahwa pengumuman stock split berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap perubahan harga saham (abnormal return). Di Indonesia, Lasmanah dan Bagja (2014) melakukan penelitian serupa dan menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada abnormal return dan Trading Volume Activity sebelum dan sesudah stock split.

Selain Lasmanah dan Bagja penelitian mengenai stock split di Indonesia juga diteliti juga oleh Mila (2010) yang menganalisis pengaruh pemecahan saham (stock split) terhadap volume perdagangan dan abnormal return saham pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2007-2009 dan menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara volume perdagangan saham pada peristiwa stock split, sedangkan terhadap abnormal return, tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Sadikin (2011) melakukan penelitian mengenai analisis abnormal return saham dan volume perdagangan saham, sebelum dan sesudah pemecahan saham di Bursa Efek Indonesia menemukan bahwa tidak ada pengaruh signifikan terhadap abnormal return baik sebelum dan sesudah pengumuman stock split, sedangkan terhadap volume perdagangan terdapat pengaruh signifikan baik sebelum dan sesudah stock split.


(27)

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan melakukan keputusan stock split dan dampak yang ditimbulkan dari pengumuman stock split, khususnya untuk perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Malaysia. Peneliti memilih negara Indonesia dan Malaysia dikarenakan kesamaan kondisi perekonomian di kedua negara tersebut dan juga karena kebijakan stock split sering menjadi pilihan bagi perusahaan di kedua negara tersebut. Selain itu saat ini Malaysia juga merupakan salah satu negara Asia yang memiliki kebijakan lot size yang sama dengan Indonesia. Ketertarikan peneliti juga didukung dengan bukti-bukti adanya ketidak-konsistenan antar hasil penelitian sebelumnya dan juga perbedaan fenomena yang ada di pasar. Peneliti mereplikasi penelitian yang dilakukan Rohana, Jeannet, dan Mukhlasin yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stock Split dan Dampak Yang Ditimbulkannya” penelitian ini menggunakan variabel harga saham, frekuensi perdagangan saham dan pertumbuhan laba operasi dalam melakukan pengukuran terhadap kebijakan stock split dan dampaknya, sedangkan penelitian ini mengambil judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stock Split Dengan Trading Volume Activity Sebagai Variabel Pemoderasi dan Dampak Yang Ditimbulkannya di Indonesia dan Malaysia”

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian ini dibatasi hanya berfokus pada masalah-masalah yang diajukan dalam rumusan masalah, yaitu :


(28)

1. Apakah Earning Per Share (EPS), Price to Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV) secara parsial memiliki pengaruh terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split ?

2. Apakah Trading Volume Activity (TVA) mampu memoderasi perngaruh Earning Per Share (EPS), Price to Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV) terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split ?

3. Apakah stock split mempunyai pengaruh terhadap return saham perusahaan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh Earning Per Share (EPS), Price to Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV) secara parsial terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split

2. Untuk mengetahui kemampuan Trading Volume Activity (TVA) dalam memoderasi hubungan antara Earning Per Share (EPS), Price to Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV) terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split.

3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh stock split terhadap return saham perusahaan

1.4 Manfaat Penelitian


(29)

1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai faktor-faktor yang mendorong perusahaan untuk melakukan kebijakan stock split dan dampak yang ditimbulkan stock split dalam hubungannya dengan return saham.

2. Bagi perusahaan (Emiten), hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam melakukan kebijakan perusahaan khususnya stock split.

3. Bagi investor, sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi dengan informasi pengumuman stock split sebagai acuannya.

4. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai tambahan referensi bukti empiris mengenai faktor-faktor yang mendorong perusahaan untuk melakukan kebijakan stock split dan dampak yang ditimbulkan stock split dalam hubungannya dengan return saham, sehingga dapat berkontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan akuntansi dan pasar modal.


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal

Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksadana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.

Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option, futures, dan lain-lain.

Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”.

Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana


(31)

bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain, sehingga masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrumen.

2.1.1.1 Efficient Market Theory

Salah satu teori yang berkembang di pasar modal adalah Efficient Market Theory. Pasar yang efisien adalah suatu pasar bursa dimana efek yang diperjualbelikan merefleksikan seluruh informasi yang mungkin terjadi dengan cepat serta akurat. Konsep efisiensi pasar menyatakan bahwa pemodal selalu menyertakan faktor informasi yang tersedia kedalam keputusan mereka sehingga terefleksi pada harga yang mereka transaksikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa harga yang berlaku di pasar telah mengandung informasi tersebut (Ang, 1997)

Jika pasar efisien, maka suatu pengumuman yang tidak ekonomis tidak akan mengakibatkan reaksi pasar atas pengumuman peristiwa tersebut, apabila pasar bereaksi pada pengumuman yang tidak memiliki nilai ekonomis berarti pasar tersebut belum efisien, karena tidak bisa membedakan pengumuman yang berisi informasi ekonomis dengan informasi yang tidak ekonomis.


(32)

Pengujian bentuk – bentuk efesiensi pasar di bagi menjadi 3 yaitu (Fama, 1970) :

1) Bentuk lemah

Bentuk lemah menguji seberapa kuat informasi masa lalu bisa digunakan untuk memprediksi return masa depan.

2) Bentuk setengah kuat

Bentuk setengah kuat menguji seberapa cepat harga sekuritas bisa merefleksikan informasi yang dipublikasikan

3) Bentuk kuat

Bentuk kuat menjawab apakah calon investor memiliki informasi privat yang tidak terefleksi di harga sekuritas.

Berdasarkan uraian di atas maka teori efesiensi pasar yang digunakan adalah efesiensi pasar setengah kuat yaitu untuk melihat seberapa cepat informasi yang dipublikasikan (stock split) terefleksi pada harga sekuritas.

2.1.2 Pemecahan Saham (Stock Split)

2.1.2.1 Pengertian Pemecahan Saham

Pemecahan saham (stock split) adalah penerbitan saham tambahan bagi pemegang saham sesuai dengan persentase kepemilikan. Melakukan pemecahan saham berarti menurunkan nilai nominal atau nilai tertera di saham (Kieso, 2008:191). Pengurangan nilai nominal dapat menambah jumlah lembar saham tanpa adanya penyebaran atau kapitalisasi nilai perusahaan, karena dalam stock split tidak terjadi penambahan modal yang disetor (Ang, 1997:18).

Fees (2005:16) menyatakan jika saham dipecahkan, penurunan nilai nominal ditetapkan berlaku bagi seluruh saham, termasuk saham yang belum diterbitkan dan saham yang diperoleh kembali. Nilai


(33)

nominal yang lebih rendah akan menarik lebih banyak investor untuk membeli saham dan memperluas jenis serta jumlah pemegang saham, sehingga secara otomatis jumlah saham yang beredar juga akan meningkat secara proporsional.

Hal ini serupa dengan McNichols dan Dravid (1990) yang menyatakan bahwa pemecahan saham merupakan upaya manajemen untuk menata kembali harga saham pada rentan harga tertentu, dengan mengarahkan harga saham pada rentan tertentu, diharapkan semakin banyak partisipan pasar yang akan terlibat dalam perdagangan.

Pemecahan saham merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh para manajer perusahaan dengan melakukan perubahan terhadap jumlah saham yang beredar dan nilai nominal per lembar saham sesuai dengan split factor. Split factor merupakan perbandingan jumlah saham yang beredar setelah dilakukannya stock split dengan jumlah saham yang beredar sebelum dilakukannya stock split.

Secara teoritis stock split tidak memiliki nilai ekonomis karena stock split hanya mengganti saham yang beredar dengan cara menurunkan nilai pari saham, sedangkan saldo modal saham dan laba yang ditahan tetap sama. Banyak peristiwa stock split di pasar modal memberikan indikasi bahwa stock split merupakan alat yang penting dalam praktik pasar modal karena stock split menjadi salah satu alat manajemen untuk membentuk harga pasar perusahaan, dan dalam


(34)

praktik di pasar modal apabila perusahaan tersebut mempunyai kinerja yang bagus maka harga akan meningkat dengan cepat.

2.1.2.2 Jenis Pemecahan Saham

Pada dasarnya ada dua jenis pemecahan saham yang dapat dilakukan (Erwijaya dan Nur Indriantoro, 1999) :

1) Pemecahan turun (split down atau reverse split)

Pemecahan turun adalah peningkatan nilai nominal per lembar saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan dengan faktor pemecahan 1:2, 1:3, dan 1:4. Pemecahan saham dengan faktor pemecahan 1:2 maksudnya adalah satu lembar saham baru (lembar setelah pemecahan saham) dapat ditukar dengan dua lembar saham lama (lembar sebelum pemecahan saham).

2) Pemecahan naik (split up atau forward split)

Pemecahan naik adalah penurunan nilai nominal per lembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan saham dengan faktor pemecahan yang telah ditentukan sebelumnya 2:1, 3:1, dan 4:1. Pemecahan saham dengan faktor pemecahan 2:1 maksudnya adalah dua lembar saham baru (lembar setelah pemecahan saham) dapat ditukar dengan satu lembar saham lama (lembar sebelum pemecahan saham).

Pada penerapannya, para emiten umunya melakukan stock split naik (stock split-up) dan hanya sedikit kasus reverse stock (stock split-down).

2.1.1.3 Tujuan Pemecahan Saham

Tujuan utama emiten melakukan pemecahan saham adalah untuk mengarahkan harga sahamnya pada titik optimal sehingga likuiditas saham meningkat dan distribusinya menjadi lebih luas. Harapannya adalah untuk mendorong tingkat transaksi yang terjadi sehingga penjualan saham meningkat.


(35)

Baker dan Gallanger melakukan tanya jawab terhadap 100 CFO perusahaan yang sahamnya terdaftar dalam NYSE dengan distribusi 25% atau lebih. Hasil survei menunjukkan bahwa 94% dari sampel mengindikasi bahwa perusahaan melakukan pemecahan saham agar tingkat perdagangan berada pada kondisi yang lebih baik sehingga dapat menambah daya tarik investor dan meningkatkan likuiditas perdagangan.

Keiso dan Weygant (2002 : 366), menjelaskan beberapa tujuan perusahaan melakukan stock split yaitu :

1. Untuk menyesuaikan harga pasar saham perusahaan hingga pada tingkat dimana lebih banyak individu dapat berinvestasi dalam saham.

2. Untuk menyebarkan dasar pemegang saham dengan meningkatkan jumlah saham yang beredar dan membuatnya lebih dapat dipasarkan.

3. Untuk menguntungkan pemegang saham yang ada dengan memungkinkan mereka untuk mengambil manfaat dari suatu penyesuaian pasar tidak sempurna setelah melakukan stock split.

Stock split akan efektif jika dilakukan terhadap saham-saham yang harganya sudah cukup tinggi. Mengambil keputusan stock split dalam suatu perusahaan harus didasarkan atas persetujuan pemegang saham pada Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham. Ketika


(36)

keputusan untuk melakukan stock split dilakukan, maka jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham menjadi bertambah banyak dengan nilai nominal per saham yang lebih kecil, tetapi pada saat yang bersamaan, harga saham tersebut secara teoritis akan turun secara proporsional, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan nilai kapitalisasi saham tersebut tidak mengalami perubahan.

2.1.3 Teori dalam Pemecahan Saham (Stock Split)

Secara teoritis motivasi yang melatarbelakangi perusahaan melakukan stock split tertuang dalam beberapa teori, yaitu Signaling Theory dan Trading Range Theory.

2.1.3.1 Signaling Theory

Signal adalah suatu tindakan yang diambil perusahaan untuk memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan (Brigham dan Houston, 2001:36). Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi (Jogiyanto, 2000:392).

Signaling Theory menyatakan bahwa pemecahan saham memberikan informasi kepada investor tentang prospek peningkatan return masa depan yang substansial. Return yang meningkat tersebut dapat diprediksi dan merupakan sinyal tentang laba jangka pendek dan jangka panjang. Pengumuman pemecahan saham dianggap sebagai


(37)

sinyal yang diberikan oleh manajemen kepada publik bahwa perusahaan memiliki prospek bagus di masa depan.

Menurut Signaling theory, stock split hanya dilakukan oleh perusahaan yang memiliki prospek kinerja yang baik, dimana perusahaan yakin bahwa harga saham setelah di pecah akan naik sesuai dengan kenaikan kinerja perusahaan di masa depan (Ika dan Purwaningsih, 2008). Copeland (1979) menyatakan bahwa stock split memerlukan biaya transaksi yang besar, misalnya mencetak sertifikat baru, sehingga perusahaan yang memiliki prospek yang baik saja yang mampu menanggung biaya tersebut. Jika pasar bereaksi pada waktu pemecahan saham bukan berarti pasar bereaksi atas informasi stock split yang tidak memiliki nilai ekonomis, melainkan mengetahui prospek perusahaan di masa depan yang disinyalkan melalui pemecahan saham. Jadi faktor yang memotivasi perusahaan melakukan pemecahan saham adalah kinerja perusahaan.

2.1.3.2 Trading Range Theory

Teori ini menyatakan bahwa manajemen melakukan stock split didorong oleh perilaku praktisi pasar yang konsisten dengan anggapan bahwa dengan melakukan stock split dapat menjaga harga saham tidak terlalu mahal, dimana saham dipecah karena ada batas harga yang optimal untuk saham dan untuk meningkatkan daya beli investor sehingga tetap banyak orang yang mau memperjual-belikannya yang pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham.


(38)

Menurut teori ini, stock split akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Harga saham yang terlalu tinggi (overprice) menyebabkan kurang aktifnya saham tersebut diperdagangan. Pemecahan saham akan membuat harga saham menjadi tidak terlalu tinggi sehingga akan semakin banyak investor yang mampu bertransaksi (Marwata,2001). Selain itu, dengan melakukan kebijakan pemecahan saham, maka hal ini merupakan upaya dari perusahaan untuk mengarahkan harga saham pada interval tertentu yang dapat menjangkau lebih banyak investor.

Hasil penelitian Ikenberry et. al (1996) mengatakan pemecahan saham mengakibatkan terjadinya penataan kembali harga saham pada rentang yang lebih rendah. Survei yang dilakukan Baker dan Gallagher (1980) menunjukkan bahwa manajer cenderung menyebutkan alasan likuiditas sebagai motivasi stock split.

Jika ditinjau dari perspektif perusahaan, teori ini menjelaskan bahwa tingkat kemahalan harga saham adalah penyebab kurang aktifnya saham tersebut diperdagangkan, sehingga perusahaan akan terdorong untuk melakukan keputusan stock split agar sahamnya menjadi lebih likuid di pasar.

2.1.4 Pengaruh EPS Terhadap Pengambilan Keputusan Perusahaan Melakukan Pemecahan Saham (Stock Split)

Kinerja keuangan merupakan hasil dari keputusan-keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh pihak manajemen suatu perusahaan


(39)

(Helfret, 1999). Pengukuran kinerja perusahaan dapat dilihat dari sudut pandang finansial yang tercermin dari informasi laporan keuangan seperti likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas dan sudut pandang nonfinansial seperti kepuasan pelanggan, inovasi dalam produksi dan pengembangan perusahaan.

Alat analisis yang umum digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan adalah rasio keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dengan menggunakan analisis berupa rasio ini diharapkan akan dapat lebih mudah menjelaskan atau memberi gambaran kepada analis tentang baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan.

Pengukuran kinerja keuangan yang dipakai dalam penelitian ini adalah Earning Per Share (EPS). Apabila semakin tinggi EPS maka semakin bagus juga kinerja keuangan suatu perusahaan. Nilai EPS yang tinggi di tiap lembar sahamnya akan memperkuat sinyal perusahaan mengenai prospek yang cerah di masa depan.

2.1.5 Pengaruh PER Terhadap Pengambilan Keputusan Perusahaan Melakukan Pemecahan Saham (Stock Split)

Tingkat kemahalan harga saham dapat diproksikan dengan Price Earning Ratio (PER). Price earning ratio menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Darmadji, 2001:139). Price earning ratio merupakan hubungan antara harga pasar saham dengan earning per share saat ini yang digunakan secara luas oleh investor sebagai panduan umum untuk mengukur nilai saham. Harga pasar


(40)

saham sering dipakai dalam berbagai penelitian pasar modal, karena harga pasar saham yang paling diperhatikan oleh investor. Harga pasar saham mencerminkan nilai suatu perusahaan. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula nilai dari suatu perusahaan dan berlaku sebaliknya. Oleh karena itu, setiap perusahaan yang menerbitkan saham sangat memperhatikan harga pasar sahamnya.

Harga saham perusahaan yang terlalu rendah dapat diartikan bahwa kinerja perusahaan kurang baik, namun bila harga saham terlalu tinggi juga menimbulkan dampak yang kurang baik. Harga saham yang terlalu tinggi akan mengurangi kemampuan investor untuk bisa membelinya, sehingga menyebabkan harga saham tersebut sulit untuk meningkat lagi (Widiastuti & Usmara, 2005). Dalam mengantisipasi hal tersebut, banyak perusahaan yang melakukan stock split. Tujuannya adalah untuk meningkatkan daya beli investor dan menata harga saham ke rentang yang lebih optimal.

Ikenberry, Rankine, dan Stice (1996) menemukan bukti bahwa stock split mengakibatkan terjadinya penataan kembali harga saham pada rentang yang lebih rendah. Harga saham yang lebih rendah akan membuat investor potensial melakukan investasi sehingga akan menunjukkan pasar yang semakin likuid. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai PER suatu perusahaan akan membuat semakin besar kemungkinan perusahaan untuk melakukan keputusan stock split.


(41)

2.1.6 Pengaruh PBV Terhadap Pengambilan Keputusan Perusahaan Melakukan Pemecahan Saham (Stock Split)

Kemahalan harga saham mempengaruhi minat investor, khususnya investor kecil. Hal ini dikarenakan investor harus mengeluarkan dana yang lebih besar untuk mendapatkan suatu saham, sehingga untuk mengantisipasi keadaan tersebut perusahaan berupaya untuk menurunkan harga saham yaitu salah satunya dengan cara melakukan keputusan stock split, kebijakan stock split membuat perusahaan dapat menata kembali harga sahamnya dalam rentang harga yang lebih rendah.

Tingkat kemahalan harga saham dapat diukur melalui rasio penilaian (valuation ratio) yaitu PBV (Price to Book Value). Rasio ini menjadi tolak ukur yang mengaitkan hubungan antara harga saham biasa dengan pendapatan perusahaan dan nilai buku saham atau mencerminkan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Semakin tinggi nilai rasio ini mengindikasi bahwa harga saham yang ditawarkan sudah sangat tinggi (Untung dan Sugiono, 2008).

Nopiyana (2009) dalam penelitiannya untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi stock split menyimpulkan bahwa kemahalan harga saham memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split. Menurut trading range theory, perusahaan melakukan stock split karena memandang bahwa harga sahamnya terlalu tinggi. Dapat disimpulkan bahwa harga saham yang terlalu tinggi merupakan pendorong bagi perusahaan untuk melakukan stock split.


(42)

PBV yang tinggi merupakan penjelasan yang konsisten dengan trading range theory. Saham-saham dengan PBV tinggi akan dihindari oleh pasar, karena aturan keputusan investasi yang banyak digunakan analis adalah membeli saham yang PBV-nya rendah (Marwata 2001)

Semakin tinggi harga saham yang beredar di pasar modal menyebabkan minat investor terhadap saham tersebut menjadi rendah. Hal ini dapat mengakibatkan kurang aktifnya perdagangan saham di pasar modal. Kebijakan stock split akan membuat harga saham menjadi tidak terlalu tinggi, sehingga akan semakin banyak investor yang mampu untuk bertransaksi. 2.1.7 Likuiditas Saham

Salah satu cara untuk mengukur tingkat likuiditas saham adalah dengan mengguanakan Trading Volume Activity (TVA). Perkembangan volume perdagangan saham mencerminkan kekuatan antara permintaan dan penawaran yang merupakan interpretasi dari tingkah laku investor (Robert Ang, 1997). Pendekatan volume perdagangan saham dapat digunakan sebagai proksi reaksi pasar. Argumen yang dikemukakan adalah bahwa volume perdagangan saham lebih merefleksikan aktivitas investor karena adanya suatu informasi baru melalui jumlah saham yang diperdagangkan. Meningkatnya volume perdagangan saham juga merupakan peningkatan aktivitas jual beli saham oleh para investor di bursa efek. Jika permintaan dan penawaran suatu saham semakin meningkat maka akan menyebabkan fluktuasi harga saham tersebut semakin besar sehingga akan berpengaruh terhadap naiknya harga maupun return saham tersebut.


(43)

Tujuan utama stock split adalah agar membuat saham perusahaan lebih likuid, maksudnya adalah kemudahan untuk memperjualbelikan saham dan lebih sering diperdagangkan di bursa. Saham yang tidak likuid sering kali disebabkan oleh dua hal yaitu harga saham yang terlalu tinggi dan jumlah saham yang diperdagangkan terlalu sedikit. Oleh sebab itu dengan strategi pemecahan saham membuat jumlah saham yang beredar lebih banyak dan harga saham lebih murah, sehingga diharapkan calon investor tertarik untuk melakukan investasi (Muharam, 2009). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa likuiditas dapat menjadi salah satu faktor yang memperkuat atau memperlemah keputusan stock split.

Perhitungan TVA dilakukan dengan membandingkan jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan dalam suatu periode tertentu dengan keseluruhan jumlah saham perusahaan yang beredar pada kurun waktu yang sama. Semakin kecil nilai TVA mengindikasi likuiditas perdagangan saham perusahaan di bursa saham rendah.

2.1.8 Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Return Saham Return saham adalah hasil atau tingkat keuntungan yang diperoleh pemegang saham terhadap investasi yang telah dilakukan. Jika tingkat keuntungan akan investasi tersebut tidak ada, maka investor akan berpikir ulang untuk melakukan investasi kembali. Jadi setiap investasi, baik jangka pendek ataupun jangka panjang memiliki tujuan utama yaitu memperoleh keuntungan yang disebut sebagai return (Robert Ang, 1997)


(44)

Return saham dibedakan menjadi dua yaitu return realisasi (realized return atau actual return) dan return ekspektasi (expected return), return relisasi adalah return yang sudah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis. Return ini adalah hasil dari selisih harga sekarang dengan harga sebelumnya secara relatif. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan sebagai dasar penentuan return ekspektasi. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan diperoleh dimasa yang akan datang oleh para investor (Jogiyanto, 2003:109)

Berdasarkan teori trading range theory, perusahaan melakukan stock split untuk menjaga harga saham agar tidak terlalu mahal. Pemecahan saham menyebabkan harga saham menjadi lebih murah sehingga terjangkau oleh calon investor, dengan demikian diharapkan aktivitas perdagangan saham tersebut meningkat. Meningkatnya aktivitas perdagangan saham akan menyebabkan fluktuasi harga saham tersebut menjadi tinggi, tingginya fluktuasi harga saham diharapkan diiringi dengan tingginya return saham yang akan diterima oleh investor.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Berikut merupakan beberapa tinjauan penelitian terdahulu : Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu N

o

Nama (Tahun)

Judul Penelitian

Variabel Teknik Analisis

Hasil Penelitian 1 Rohana,

Jeannet dan

Analisis Faktor-Faktor

H1 dan H2 Dependen :

Regresi logistik

1. Harga saham


(45)

N o Nama (Tahun) Judul Penelitian

Variabel Teknik Analisis

Hasil Penelitian (2003) Mempengaruhi

Stock Split dan Dampak Yang Ditimbulkan-nya Stock split Independen : Harga saham, frekuensi perdagangan saham H3 dan H4 Dependen : Frekuensi perdagangan saham dan pertumbuhan laba operasi Independen : Stock split

beda t-test hubungan yang signifikan dengan keputusan perusahaan melakukan stock split 2. Frekuensi perdaga-ngan saham tidak mempunyai hubungan dengan keputusan perusahaan melakukan stock split 3. Terdapat perbedaan frekuensi perdaga-ngan saham yang signifikan 4. Earning perusahaan yang diproksikan dengan operating income setelah stock split tidak lebih tinggi dibanding dengan sebelum stock split 2 Muniya

Alteza Kinerja Keuangan dan Dependen : Keputusan Regresi logistik

1. EPS dan


(46)

pertumbu-N o Nama (Tahun) Judul Penelitian

Variabel Teknik Analisis Hasil Penelitian sebagai Determinan Keputusan Stock Split : Studi Empiris terhadap Perusahaan Terdaftar di BEJ Independen : Earning After Tax, pertumbuhan EAT, Earning per Share, Price to Book Value dan Price Earning Ratio berpenga-ruh positif terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split 2. PBV dan

PER berpenga-ruh positif terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split 3 I Gusti Mila

W (2010) Analisis Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Volume Perdagangan dan Abnormal Return Saham Dependen : Stock Split Independen: Volume Perdagangan Saham, Abnormal return saham

Uji beda t test Terdapat pengaruh signifikan pada volume perdagangan saham sebelum dan sesudah peristiwa stock split dan tidak terdapat pengaruh signifikan pada abnormal return saham sebelum dan sesudah peristiwa stock split

4 Josiah Omollo Aduda dan Chemarum Caroline (2010) Market Reaction to Stock Splits :

Emperical Evidence from the Nairobi Stock Exchange Dependen : Abnormal return dan Trading Volume Activity Independen: Stock Splits

Uji beda t test Terdapat peningkatan volume perdagangan setelah stock split dan terdapat rata-rata positif dari abnormal


(47)

N o Nama (Tahun) Judul Penelitian

Variabel Teknik Analisis

Hasil Penelitian 5 Djoni

Budiardjo dan Jhose Hana Hapsari (2011) Pertumbuhan Earning per Share, Price to

Book Value dan Price Earning Ratio Sebagai Dasar Keputusan Stock Split Independen : Pertumbuhan EPS, PBV dan PER Dependen: Keputusan stock splits Model regresi logistik 1. Variabel pertumbu-han EPS mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan stock split 2. Variabel PBV mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan stock split 3. Variabel PER mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan stock split. 4. Trading Range Hypothesis menjadi motif yang lebih


(48)

N o Nama (Tahun) Judul Penelitian

Variabel Teknik Analisis Hasil Penelitian bagi perusahaan dalam melakukan stock split. 6 Prof.

Suresha B dan Dr.Gajendr a Naidu (2013) An Emperical Study On Price

Preasure And Liquidity Effect of Stock

Split Announcement – Evidencefrom Indian Market Dependen : Abnormal Return dan Trading Volume Activity Independen: Stock Split

Uji beda t test Stock split berpengaruh positif dan signifikan terhadap abnormal return dan volume saham

7 Ghazali, Taib and Othman (2014) Reminiscing Stock Splits Announcement

: A Malaysian Case Dependen : Abnormal return Independen: Stock splits

Uji beda t test Pengumuman stock splits berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap perubahan harga saham (abnormal returns) 8 Lasmanah

dan Bambang Bagja (2014) Abnormal Return and Stock Trading Volume Analysis on the

Company Taking Stock Split at Indonesia Stock Exchange Dependen : Abnormal return and Trading Volume Activity Independen: Stock Split Uji beda (T-test Paired Two Sample) Tidak ada perbedaan yang signifikan pada abnormal return dan trading volume activity sebelum dan setelah stock split


(49)

1.3 Kerangka Konseptual

Stock split merupakan salah satu corporate action yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendandani sahamnya agar terlihat lebih menarik di mata investor. Stock split didasari oleh 2 teori yaitu Signaling Theory dan Trading Range Theory. Signaling theory menyatakan perusahaan ingin menyampaikan kepada investor tentang kinerja perusahaan yang baik, yang dapat diukur dengan Earning Per Share (EPS).

Trading Range theory menjelaskan bahwa perusahaan dengan tingkat kemahalan saham yang tinggi akan melakukan kebijakan stock split agar sahamnya kembali diminati pasar. Tinggi rendahnya harga saham dapat dilihat dari nilai rasio Price Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV).

Bagi perusahaan, likuiditas sangat berpengaruh pada kelangsungan bisnisnya, hal ini dikarenakan perusahaan membutuhkan modal tambahan untuk kelangsungan bisnisnya melalui penjualan saham. Tingkat likuiditas saham dapat diukur melalui Trading Volume Activity (TVA). Semakin rendah TVA suatu perusahaan, maka menunjukkan semakin rendah pula tingkat transaksi perdagangan saham, sehingga mendorong perusahaan untuk melakukan stock split.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan beberapa faktor yang mendorong perusahaan untuk melakukan stock split diantaranya adalah EPS, PER, PBV dan TVA. Dari adanya keputusan stock split ini, investor akan menilai, apakah keputusan ini akan membawa dampak yang positif atau negatif terhadap return saham.


(50)

Berdasarkan teori yang melandasi rumusan masalah dalam penelitian ini, serta tinjauan penelitian terdahulu, maka kerangka konseptual yang dibangun dapat digambarkan sebagai berikut

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual yang didukung dengan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : H1 EPS berpengaruh positif terhadap keputusan stock split.

H2 PER berpengaruh positif terhadap keputusan stock split. H3 PBV berpengaruh positif terhadap keputusan stock split.

H4 TVA memoderasi hubungan EPS terhadap keputusan stock split. H5 TVA memoderasi hubungan PER terhadap keputusan stock split. H6 TVA memoderasi hubungan PBV terhadap keputusan stock split.


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Untuk hipotesis 1-6 desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain asosiatif kausal, yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Penelitian ini mencoba menjelaskan fenomena yang ada dan menganalisis informasi yang didapatkan untuk melihat pengaruh variabel yang satu dengan variabel yang lain (Jogiyanto, 2004:12).

Untuk menjelaskan hipotesis 7, desain penelitian yang digunakan adalah event study karena akan diamati pengaruh dari suatu kejadian tertentu pada periode tertentu dengan mendasarkan pada pengamatan tanggal dilakukannya stock split sebagai titik kritisnya.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan internet dan mengakses situs www.idx.co.id, dan Bursa Efek Malaysia dengan menggunakan internet dan mengakses situs www.bursamalaysia.com dan dari situs www.finance.yahoo.com. Waktu penelitian dimulai dari bulan Januari 2015 hingga Juli 2015.


(52)

3.3 Batasan Operasional

Batasan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan stock split dan perusahaan yang tidak melakukan stock split selama periode tahun 2010-2014 serta terdaftar di Bursa Efek Indonesia atau Bursa Malaysia. Variabel-veriabel dalam penelitian ini dibatasi pada variabel kinerja keuangan yang diukur dengan Earning Per Share (EPS), tingkat kemahalan harga saham yang diukur dengan Price Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV), likuiditas saham yang diukur dengan Trading Volue Activity (TVA), dan return saham.

3.4 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel 3.4.1 Variabel Dependen (Y)

a. Stock Split

Untuk hipotesis 1-6 keputusan stock split merupakan dependent variable, memiliki sifat kuantitatif sehingga pengukuran yang dilakukan hanyalah memberi nilai nol (0) dan satu (1) untuk kategori tertentu. Variabel yang memberi nilai nol dan satu disebut variabel Dummy. Indikator yang digunakan untuk menilai variabel Dummy pada penelitian ini ialah nilai nol untuk perusahaan yang tidak melakukan stock split dan nilai satu untuk perusahaan yang melakukan stock split.

3.4.2 Variabel Independen (X)


(53)

a. Earning Per Share (EPS) (X1)

Untuk hipotesis 1, kinerja perusahaan diproksikan dengan Earning Per Share . Earning Per Share (EPS) merupakan laba bersih setelah pajak pada satu tahun buku dibagi dengan jumlah saham yang diterbitkan (outstanding shares). Data EPS yang digunakan adalah data pada periode yang berakhir 31 Desember tahun sebelum stock split dilakukan. Jadi emiten yang melakukan pemecahan saham pada tahun 2010, EPS yang digunakan adalah EPS tahun 2009; emiten yang melakukan pemecahan saham tahun 2011, EPS yang digunakan adalah EPS tahun 2010, dan demikian seterusnya. Sedangkan untuk perusahaan yang tidak melakukan stock split, EPS yang digunakan adalah rata-rata EPS selama lima tahun, yaitu tahun 2010, 2011, 2012, 2013 dan 2014. Earning Per Share (EPS) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

EPS = B P

J B x 100%

b. Price Earning Ratio (PER) (X2)

Untuk hipotesis 2, tingkat kemahalan harga saham diproksikan dengan Price Earning Ratio. Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio yang menggambarkan seberapa besar pasar menghargai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Data PER yang digunakan adalah data pada periode yang berakhir 31 Desember tahun sebelum stock split dilakukan. Jadi emiten yang melakukan pemecahan saham pada tahun 2010, PER yang digunakan adalah PER tahun 2009;


(54)

emiten yang melakukan pemecahan saham tahun 2011, PER yang digunakan adalah PER tahun 2010, dan demikian seterusnya. Sedangkan untuk perusahaan yang tidak melakukan stock split, PER yang digunakan adalah rata-rata PER selama lima tahun, yaitu tahun 2010, 2011, 2012, 2013 dan 2014. Price Earning Ratio (PER) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

PER = H P x 100%

c. Price to Book Value (PBV) (X3)

Untuk hipotesis 3, tingkat kemahalan harga saham diproksikan dengan Price to Book Value. Price to Book Value (PBV) merupakan rasio yang menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku perusahaan. Data PBV yang digunakan adalah data pada periode yang berakhir 31 Desember tahun sebelum stock split dilakukan. Jadi emiten yang melakukan pemecahan saham pada tahun 2010, PBV yang digunakan adalah PBV tahun 2009; emiten yang melakukan pemecahan saham tahun 2011, PBV yang digunakan adalah PBV tahun 2010, dan demikian seterusnya. Sedangkan untuk perusahaan yang tidak melakukan stock split, PBV yang digunakan adalah rata-rata PBV selama lima tahun, yaitu tahun 2010, 2011, 2012, 2013 dan 2014. Rumus Price to Book Value (PBV) sebagai berikut :

PBV = H B x 100%

Nilai Nominal per Lembar Saham =


(55)

d. Return Saham

Untuk hipotesis 7 digunakan variabel return saham untuk melihat dampak dari keputusan stock split. Return saham dapat dihitung dengan rumus:

Ri,t = ��,�−��,�−1

��,�−1 x 100%

Kemudian dihitung rata-rata return saham untuk seluruh sampel sebelum dan sesudah stock split.

Ri,t = Σ ,

Dimana:

Ri,t = return saham sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t Pi,t = harga saham sekarang

Pi,t-1 = harga saham sebelumnya

��,� = rata-rata return saham seluruh sampel pada hari t N = banyaknya sampel yang diamati.

3.4.3 Variabel Pemoderasi (Z)

Menurut Sugiyono (2010:4), variabel moderator merupakan “variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen.” Untuk hipotesis 4, 5, dan 6 variabel pemoderasi dalam penelitian ini adalah likuiditas saham yang diproksikan dengan Trading Volume Activity. Semakin banyak suatu saham diperjualbelikan di bursa, maka semakin tinggi tingkat likuiditas saham tersebut. Data TVA yang digunakan adalah data pada periode yang berakhir


(56)

melakukan pemecahan saham pada tahun 2010, TVA yang digunakan adalah TVA tahun 2009; emiten yang melakukan pemecahan saham tahun 2011, TVA yang digunakan adalah TVA tahun 2010, dan demikian seterusnya. Sedangkan untuk perusahaan yang tidak melakukan stock split, TVA yang digunakan adalah rata-rata TVA selama empat tahun, yaitu tahun 2010, 2011, 2012, 2013 dan 2014. Rumus Trading Volume Activity (TVA) adalah sebagai berikut :

TVA = J y D

J y B x 100%

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

No Variabel Defenisi Formula Skala

1 Pemecahan Saham (Stock Split)

Kebijakan yang

melakukan perubahan nilai nominal per lembar saham dengan menambah atau mengurangi jumlah saham yang beredar menjadi n lembar saham

Skor 1 untuk emiten yang melakukan stock split, skor 0 untuk emiten yang tidak melakukan stock split.

Nominal

2 Earning Per Share (EPS)

laba bersih setelah pajak pada satu tahun buku dibagi dengan jumlah saham yang diterbitkan (outstanding shares)

B P J

B

x 100% Rasio

3 Price Earning Ratio (PER)

Merupakan rasio yang menggambarkan seberapa besar pasar menghargai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.

H

P x 100% Rasio

4 Price to Book Value (PBV)

Merupakan rasio yang menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku perusahaan.

H

B x 100%


(1)

Daftar Sampel Perusahaan Indonesia Yang Tidak Melakukan Stock Split

NO

NAMA EMITEN

KODE SAHAM

1

Bakrieland Development Tbk

ELTY

2

Tigaraksa Satria Tbk

TGKA

3

MNC Land Tbk

GLOBAL

4

Elnusa Tbk

ELSA

5

Bank Mandiri (Persero) Tbk

BMRI

6

Tunas Baru Lampung Tbk

TBLA

7

Sinar Mas Multiartha Tbk

SMMA

8

AGIS Tbk / Sigmagold Inti Per Tbk

TMPI

9

Sunson Textile Manufacture Tbk

SSTM

10

Sierad Produce Tbk

SIPD

11

Multistrada Arah Sarana Tbk

MASA

12

Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk

DGIK

13

Fortune Indonesia Tbk

FORU

14

Permata Prima Sakti Tbk

TKGA

15

Darma Henwa Tbk

DEWA

16

Duta Pertiwi Tbk

DUTI

17

Bank Danamon Indonesia Tbk

BDMN

18

Gajah Tunggal Tbk

GJTL

19

Ancora Indonesia Resources Tbk

OKAS

20

Cita Mineral Investindo Tbk

CITA

21

Trimegah Securities Tbk

TRIM

22

Unilever Indonesia Tbk

UNVR

23

Fast Food Indonesia Tbk

FAST

24

Holcim Indonesi Tbk

SMCB

25

Intikeramik Alamasri Industri Tbk

IKAI

26

Bakrie Telecom Tbk

BTEL

27

Matahari Putra Prima Tbk

MPPA

28

Modernland Realty Tbk

MDLN


(2)

Lampiran 6

Daftar Sampel Perusahaan Malaysia Yang Tidak Melakukan Stock Split

NO

NAMA EMITEN

KODE SAHAM

35

Damansara Realty Berhad

3484.KL

36

Oriental Food Industries Holdings Berhad

7107.KL

37

Amway (Malaysia) Holdings Berhad

6351.KL

38

Nwp Holdings Berhad

5125.KL

39

Ums Holdings Berhad

7137.KL

40

Lpi Capital Berhad

8621.KL

41

Huat Lai Resources Berhad

7141.KL

42

Dutch Lady Milk Industries Berhad

3026.KL

43

Carlsberg Brewery Malaysia Berhad

2836.KL

44

Hap Seng Plantations Holdings Berhad

5138.KL

45

Mmc Corporation Berhad

2194.KL

46

Naim Holdings Berhad

5073.KL

47

Lbs Bina Group Berhad

5789.KL

48

Farm's Best Berhad

9776.KL

49

Bld Plantation Berhad

5069.KL

50

Paragon Union Berhad

9407.KL

51

Kub Malaysia Berhad

6874.KL

52

Uzma

7250.KL

53

Mitrajaya Holdings Berhad

9571.KL

54

Thong Guan Industries Berhad

7034.KL

55

A & M Realty Berhad

5959.KL

56

Marco Holdings Berhad

3514.KL

57

China Automobile Parts Holdings Limited

5229.KL

58

Matrix Concepts Holdings Berhad

5236.KL

59

Daya Materials Berhad

0091.KL

60

Johore Tin Berhad

7167.KL


(3)

t-test

Group Statistics

SS

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

Ln_EPS

tidak melakukan stock split

34

2,84843

2,454345

,420917

melakukan stock split

34

5,43951

1,640791

,281393

Ln_PER

tidak melakukan stock split

34

2,71416

1,272817

,218286

melakukan stock split

34

2,72606

,622663

,106786

Ln_PBV

tidak melakukan stock split

34

,28433

,846077

,145101

melakukan stock split

34

,96813

,706969

,121244

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t Df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Ln_EPS Equal variances assumed

10,919 ,002 -5,118 66 ,000 -2,591082 ,506313 -3,601969 -1,580195 Equal

variances not assumed

-5,118 57,586 ,000 -2,591082 ,506313 -3,604733 -1,577431

Ln_PER Equal variances assumed

5,646 ,020 -,049 66 ,961 -,011904 ,243006 -,497082 ,473274 Equal

variances not assumed

-,049 47,939 ,961 -,011904 ,243006 -,500517 ,476709

Ln_PBV Equal variances assumed

,316 ,576 -3,616 66 ,001 -,683803 ,189088 -1,061330 -,306276 Equal

variances not assumed


(4)

Lampiran 8 : Pengujian

Multivariate

Sampel Indonesia Tahap Pertama

Logistic Regression

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B) Lower Upper

Step 1a

Ln_EPS ,573 ,215 7,079 1 ,008 1,774 1,163 2,706 Ln_PER ,369 ,426 ,751 1 ,386 1,446 ,628 3,330 Ln_PBV ,358 ,472 ,576 1 ,448 1,431 ,567 3,610 Constant -3,705 1,778 4,344 1 ,037 ,025

a. Variable(s) entered on step 1: Ln_EPS, Ln_PER, Ln_PBV.

Lampiran 9 : Pengujian

Multivariate

Sampel Indonesia Tahap Kedua

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B) Lower Upper

Step 1a

Ln_EPS ,677 ,188 12,990 1 ,000 1,967 1,362 2,842 Ln_PER ,495 ,421 1,379 1 ,240 1,640 ,718 3,747 Constant -4,285 1,782 5,785 1 ,016 ,014

a. Variable(s) entered on step 1: Ln_EPS, Ln_PER.

Lampiran 10 : Pengujian

Multivariate

Sampel Indonesia Tahap Ketiga

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B) Lower Upper Step

1a

Ln_EPS ,598 ,160 13,967 1 ,000 1,819 1,329 2,490 Constant -2,563 ,773 10,999 1 ,001 ,077


(5)

t-test

Group Statistics

SS

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

LN_EPS

tidak melakukan stock split

27

-1,004097

1,0656829

,2050908

melakukan stock split

27

-1,306409

,9484450

,1825283

LN_PER

tidak melakukan stock split

27

1,490431

1,1390765

,2192154

melakukan stock split

27

2,061970

,9762373

,1878770

LN_PBV

tidak melakukan stock split

27

,233181

,8438625

,1624014

melakukan stock split

27

,054815

,7729729

,1487587

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

LN_EPS

Equal variances assumed

1,652 ,204 1,101 52 ,276 ,3023122 ,2745520 -,2486168 ,8532411

Equal variances not assumed

1,101 51,309 ,276 ,3023122 ,2745520 -,2487933 ,8534177

LN_PER

Equal variances assumed

,003 ,959 -1,980 52 ,053 -,5715397 ,2887094

-1,1508775

,0077982

Equal variances not assumed

-1,980 50,810 ,053 -,5715397 ,2887094

-1,1512008

,0081214

Equal variances


(6)

Lampiran 12 : Pengujian

Multivariate

Sampel Malaysia Tahap Pertama

Logistic Regression

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B) Lower Upper

Step 1a

LN_EPS ,119 ,366 ,105 1 ,746 1,126 ,550 2,307 LN_PER ,903 ,452 3,983 1 ,046 2,467 1,016 5,989 LN_PBV -,732 ,460 2,532 1 ,042 ,481 ,195 1,185 Constant -1,326 ,726 3,336 1 ,068 ,266

a. Variable(s) entered on step 1: LN_EPS, LN_PER, LN_PBV.

Lampiran 13 : Pengujian

Multivariate

Sampel Malaysia Tahap Kedua

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B) Lower Upper

Step 1a

LN_PER ,837 ,400 4,377 1 ,036 2,309 1,054 5,059 LN_PBV -,669 ,416 2,581 1 ,038 ,512 ,226 1,159 Constant -1,359 ,718 3,580 1 ,058 ,257


Dokumen yang terkait

Analisis Perbedaan Return Saham , Trading Volume Activity Dan Variance Sebelum dan Sesudah Stock Split (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013)

4 67 113

Analisis Perbedaan Return Saham , Trading Volume Activity Dan Variance Sebelum dan Sesudah Stock Split (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013)

0 53 113

Analisis Trading Volume Activity dan Abnormal Return Sebelum Sesudah Stock Split.

0 1 21

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STOCK SPLIT DAN DAMPAK YANG DITIMBULKANNYA

0 1 1

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stock Split dengan Trading Volume Activity Sebagai Variabel Pemoderasi dan Dampak yang Ditimbulkannya di ndonesia dan Malaysia

0 0 16

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stock Split dengan Trading Volume Activity Sebagai Variabel Pemoderasi dan Dampak yang Ditimbulkannya di ndonesia dan Malaysia

0 1 2

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stock Split dengan Trading Volume Activity Sebagai Variabel Pemoderasi dan Dampak yang Ditimbulkannya di ndonesia dan Malaysia

0 0 11

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stock Split dengan Trading Volume Activity Sebagai Variabel Pemoderasi dan Dampak yang Ditimbulkannya di ndonesia dan Malaysia

0 1 21

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stock Split dengan Trading Volume Activity Sebagai Variabel Pemoderasi dan Dampak yang Ditimbulkannya di ndonesia dan Malaysia

0 1 4

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stock Split dengan Trading Volume Activity Sebagai Variabel Pemoderasi dan Dampak yang Ditimbulkannya di ndonesia dan Malaysia

0 2 11