dan kini terbitlah segala cahaya pengharapan akan kehidupan masa depan yang cerah.
31
B. Aspek Budaya Minangkabau dalam Novel Rinai Kabut Singgalang
Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Kebudayaan umumnya mencakup cara berpikir dan cara berlaku yang merupakan ciri khas suatu bangsa atau masyarakat tertentu. Budaya
terbentuk dari banyak unsur meliputi, sistem bahasa, pengetahuan, teknologi, kesenian, mata pencaharian, organisasi sosial, dan sistem religi.
Karya satra merupakan bagian dari kebudayaan. Kelahirannya di tengah masyarakat tidak luput dari pengaruh budaya. Karya sastra
merupakan gambaran kehidupan yang merupakan hasil pemikiran seorang tentang kehidupan yang berbentuk fiksi dan diciptakan pengarang untuk
memperluas dan memperdalam penghayatan pembaca terhadap sisi kehidupan yang disajikan.
Adapun aspek budaya Minangkabau dalam novel Rinai Kabut Singgalang akan penulis jabarkan satu persatu dari ketujuh unsur-unsur
budaya yang telah dibahas sebelumnya, yaitu:
1. Sistem Bahasa
Bahasa Minangkabau termasuk salah satu anak cabang rumpun bahasa Austronesia.
32
Menurut penelitian ilmu bahasa, bahasa Minangkabau merupakan sebuah bahasa tersendiri, tetapi boleh juga
dianggap sebagai sebuah dialek dari bahasa Melayu, karena banyaknya kesamaan kosakata dan bentuk tuturan di dalamnya.
33
31
Ibid., h. 313.
32
Dutro Malayan,
“Suku Minangkabau
”, 2012,
http:deutromalayan.blogspot.com201210suku-minangkabau.html diunduh pada hari, Jumat,
20 September 2013 pukul 09.00 WIB.
33
Kuncaraningrat, Manusia dan Kebudayaan Indonesia, Jakarta: Djambatan, 2004, Cet. 20, h. 249.
Apabila dikaitkan dengan novel Rinai Kabut Singgalang, penulis banyak menemukan kosakata bahasa Minangkabau yang
digunakan oleh pengarang. Seperti kata lapau untuk menggantikan kata warung. Kosakata Minangkabau yang digunakan pengarang
berfungsi sebagai penjelas bahwa latar cerita ini berada di Minangkabau. Perhatikan kutipan dibawah ini.
“.... Ditunjuk oranglah beberapa nama Safri yang berumah di dekat pasar itu. Namun setelah disinggahinya
rumah-rumah orang yang akan disebutkan namanya oleh orang yang ia tanya, tak kenallah orang-orang yang bernama Safri itu
kepada dirinya. Rupanya banyak juga orang di kampung itu yang bernama Safri. Teruslah ia bertanya ke sana ke mari.
Hingga tibalah ia disebuah lapau yang ditunggui seorang perempuan tua di dekat jembatan yang di bawahnya mengalir
deras Batang Tongar.
”
34
Berdasarkan data-data yang penulis temukan dalam novel Rinai Kabut Singgalang, penulis mengklasifikasikan sistem bahasa
Minangkabau berdasarkan tiga analisis, yaitu: a.
Bahasa Minangkabau yang sinonim dengan bahasa Indonesia 1
Surau = Mushala Kutipan:
Semakin betahlah ia tinggal di kampung itu. Ketika masuk waktu salat pergilah ia ke surau.
Sehabis salat duduk ia mengaji sejam dua ajam lamanya.
35
2 Rinai = Gerimis
Kutipan: Gundukan tanah di pusara Mak Safri tampak
basah lantaran rinai turun yang seolah ikut berduka atas kematian itu.
36
34
Subhan, op.cit., h. 46.
35
Ibid., h. 74.
36
Ibid., h. 101.
3 Rancak = Bagus
Kutipan: Dilihatnyalah rumah-rumah penduduk yang
rapat-rapat jaraknya ketika bus masuk ke kota Lubuk Basung, inilah ibu kota Agam, pusat
pemerintahan negeri itu. Kotanya semarak. Jalan- jalan mulus beraspal rancak.
37
4 Ngarai = Jurang
Kutipan: ... bergidiklah bulu romanya dan cepat-cepat
ia naik kembali ke atas dan beristirahat di taman menghadap ke Ngarai, sembari menyaksikan
tingkah pola beruk-beruk yang banyak pula di sisi Ngarai.
38
5 Rimbo = Rimba atau hutan belantara
Kutipan: Di sepanjang jalan yang membelah Rimbo
Panti dilihatnyalah bermacam pandangan yang tidak ia dapatkan ketika masih tinggal di Aceh.
39
6 Kulah = Bak Air
Kutipan: Ya, mungkin benar saja air itu berasal dari
pegunungan karena ia melihat ada pincuran yang mengalirkan airnya ke dalam kulah sementara di
seberang bawah sana terdengar suara air sungai yang mengalir deras.
40
7 Simpang = Belahan jalan
37
Ibid., h. 123.
38
Ibid., h. 133.
39
Ibid., h. 40.
40
Ibid., h. 31.
Kutipan: “Oh ya, nanti suruhlah sopir berhenti di Simpang
Panti. Di sanalah kau berganti bus menuju Kampung Kajai.”
“Terima kasih, Bu. Sungguh besar jasa Ibu kepada saya.”.
41
8 Lapau = Warung
Kutipan: Lamalah penghuni lapau itu memandang
Fikri, yang di wajahnya tampak lelah lantaran hampir seharian dia berjalan ke sana ke mari
mencari-cari alamat rumah mamaknya itu.
42
9 Imbau = Panggil
Kutipan: Bang Yusuf panggillah Engku Penghulu,
sudah siapkah janur kuning Abang pasang di halaman rumah? Imbaulah orang-orang kampung,
Bang. Kita buat pesta yang semarak.
43
10 Orang Siak = Orang Alim atau ulama
Kutipan: Di tengah rumah beberapa orang siak orang
alim duduk bermufakat tentang segala keperluan penyelenggaraan jenazah.
44
11 Inyiak = Kakek
Kutipan: Ada pula kursi tua peninggalan ayah Buya
Hamka – Inyiak De er- tongkat, baju wisuda ketika
41
Ibid., h. 38.
42
Ibid., h. 46.
43
Ibid., h. 259.
44
Ibid., h. 99.
Buya Hamka menerima anugerah Doktor Honoris Causa dari Universitas Kebangsaan Malaysia.
45
12 Parewa = Pendekar
Kutipan: Terbit juga jiwa parewanya yang selama ini
ia dikenal sebagai orang yang banyak diam daripada cakapnya.
46
13 Kaum = Kerabat
Kutipan: Untunglah saat itu aku ada di rumah dan
berhasil menangkap pisau itu. Karena sakitnya semakin menjadi, bermufakatlah ninik mamaknya,
penghulu kaum, dan orang kampung agar ia dipasung saja.
47
b. Sinonim secara harfiah tetapi secara konseptual berbeda
Mamak = Paman Secara harfiah mamak mempunyai arti sama dengan
paman, namun secara konseptual keduanya berbeda. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI paman adalah adik laki-
laki dari ayah atau ibu sedangkan mamak adalah kakak atau adik laki-laki yang diambil hanya dari garis keturunan ibu. Secara
khusus mamak bukanlah sekedar saudara laki-laki ibu akan tetapi mamak adalah seseorang yang dituakan dan dianggap cakap dan
bertanggung jawab terhadap kelangsungan sistem matrilineal di Minangkabau. Seorang mamak bertanggung jawab mendidik dan
membimbing kemenakannya serta menjadi pengawas dan pemelihara dalam urusan harta pusaka keluarga. Aturan tersebut
sudah tertuang dalam pepatah adat Minangkabau sebagai berikut: anak dipangku kamanakan dibimbiang, yang berarti bahwa anak
45
Ibid., h. 126.
46
Ibid., h. 99.
47
Ibid., h. 62.
dibesarkan dengan harta penghasilan sedangkan kemenakan dilindungi dengan harta pusaka.
48
Berbeda dengan mamak, seorang paman tidak mempunyai tanggung jawab atas kehidupan
kemenakannya. Berikut kutipan:
Pergilah ke Pasaman, temui Mak Safri mamakmu. Dia satu-satunya kakakku yang masih hidup. Aku tak tahu
kabarnya kini, “ujar Maimunah kepada Fikri. anak muda itu hanya mengangguk.
49
c. Bahasa Minangkabau yang tidak ada padanannya dalam bahasa
Indonesia 1
Bagonjong Bagonjong adalah istilah untuk menyebutkan rumah
adat di Minangkabau, yaitu rumah bagonjong atau rumah gadang. Bagonjong artinya memiliki gonjong, yaitu atap
rumah yang memiliki ujung-ujung lancip menjulang ke atas. Umumnya empat gonjong, seperti tanduk kerbau.
Kutipan: Nun di pinggiran kiri kanan jalan tampak pula
rumah-rumah penduduk yang sebagian atapnya bagonjong. Itulah ciri khas rumah adat di
Minangkabau yang selama ini hanya ia lihat di buku-buku pelajaran sekolahnya maupun di layar
kaca tatkala siaran berita wisata.
50
2 Ninik Mamak
Ninik mamak adalah para lelaki dewasa pada satu kaum di Minangkabau yang dituakan berfungsi sebagai
48
Edison Piliang, Tambo Minangkabau, Bukittinggi: Kristal Multimedia, 2013, h. 321.
49
Subhan, op.cit., h. 18.
50
Ibid., h. 42.
salah satu unsur terpenting dalam pengambilan kebijakan pembangunan masyarakat Minangkabau. Seorang ninik
mamak harus memiliki sifat-sifat seperti berikut:
51
a. Bana jo luruih benar dan lurus adalah sifat tidak plin-
plan, tidak lain di mulut lain di hati. b.
Jujur dan dipicayo jujur dan dipercaya ialah menjauhkan diri dari sifat-sifat buruk seperti pencuri,
penipu dan sebagainya. c.
Cadiak jo pandai cerdik dan pandai artinya memiliki ilmu
pengetahuan yang
cukup dan
pandai mempergunakannya.
d. Fasiah babicaro fasih berbicara artinya lancar dalam
bertutur kata, tidak kaku, dan tidak gugup. e.
Panyaba bersifat sabar ialah sifat yang bisa menahan diri, sabar, dan dapat mengendalikan emosi dan
amarah. Kutipan:
Bagi orang tua yang berusia di atas 50 tahun yang pernah hidup sezaman dengan ibunya
Mafhumlah mereka siapa yang datang. Sebagian di antara mereka adalah para datuk, penghulu, ninik
mamak di dalam kampung itu.
52
Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa Minangkabau adalah salah satu bahasa dari rumpun bahasa melayu
yang dituturkan oleh orang Minangkabau sebagai bahasa ibu. Bahasa Minangkabau merupakan salah satu bahasa daerah yang banyak
memberikan sumbangan terhadap kosakata bahasa Indonesia. Dalam novel Rinai Kabut Singgalang banyak ditemukan kosakata
51
Ibrahim Sanggoeno Diradjo. Tambo Alam Minangkabau, Bukittinggi: Kristal Multimedia, 2013, h. 303.
52
Subhan, op. cit., h. 67.
Minangkabau yang bersinonim atau mempunyai arti yang sama dengan bahasa Indonesia.
2. Sistem Pengetahuan