Dari  penggambaran  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa pengetahuan atau ilmu tidak hanya didapatkan di lembaga pendidikan
saja melainkan dari alam dan masyarakat bisa didapatkan pengetahuan yang dapat dijadikan pelajaran dalam menjalani kehidupan di dunia.
3. Sistem Religi
Masyarakat  Minangkabau  merupakan  penganut  agama  Islam yang  taat.  Kalau  ada  seorang  Minangkabau  yang  tidak  menganut
agama  Islam,  maka  hal  itu  adalah  suatu  keganjilan  yang mengherankan,  walaupun  kebanyakan  orang  Minangkabau  mungkin
menganut  agama  itu  secara  nominal  saja  tanpa  melakukan ibadahnya.
59
Masyarakat  Minangkabau merupakan komunitas budaya yang  sangat  menjunjung  tinggi  norma-norma  keadatan.  Islam
membawa  perubahan  pandangan  adat  menjadi  lebih  religius.  Hal  ini tertuang dalam Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah Adat
bersendikan  syariat,  syariat  bersendikan  Al-Quran.  Definisi  Adat basandi  syarak,  syarak  basandi  kitabullah  adalah  adat  yang
didasarkan oleh syariat agama Islam yang syariat tersebut berdasarkan pula  pada  Al-Quran  dan  hadits.  Jadi,  ajaran-ajaran  agama  Islam
memang  menjadi  pakaian  sehari-hari  dalam  kehidupan  masyarakat Minangkabau.
60
. Sistem  religi  yang  ditemukan  dalam  novel  Rinai  Kabut
Singgalang  adalah  ketaatan  Fikri  dalam  beribadah.  Fikri  sebagai pemuda  Minang  sangat  rajin  dan  taat  dalam  beribadah.  Selain  shalat
lima  waktu  yang  ia  kerjakan,  ia  juga  selalu  mengaji  Al-Quran  setiap malamnya dan melaksanakan shalat berjamaah di surau. Hal itu dapat
dilihat dalam kutipan sebagai berikut.
59
Kuncaraningrat,  op. cit., h. 261.
60
Zaiyardam Zubir, Budaya Konflik dan Jaringan Kekerasan: Pendekatan Penyelesaian berdasarkan Kearifan Lokal Minangkabau, Yogyakarta: INSISTPress, 2010, h. 11.
Pagi-pagi sekali menjelang azan subuh telah duduk ia di shaf  surau  menanti  orang  azan.  Jika  tak  ada  orang  yang  azan
majulah  ia  mengambil  corong  mikrofon  lalu  berkumandanglah suara  azannya  di  subuh  itu  membangunkan  orang  untuk
menunaikan  ibadah  salat.  Suara  azannya  merdu  sekali. Mendayu-dayu  membuat  mata  siapa  saja  yang  mendengarnya
berkaca-kaca.
61
Sitem  religi  dalam  novel  ini  juga  terdapat  pada  kepercayaan orang  kampung  terhadap  tahayul  mitos.  Meskipun  orang
Minangkabau  termasuk  ke  dalam  golongan  yang  taat  menjalankan ibadah,  akan  tetapi  banyak  juga  yang  percaya  tentang  adanya  hal-hal
yang tidak diajarkan oleh  Islam.  Mereka percaya kepada hantu-hantu yang  mendatangkan  bencana  dan  penyakit  kepada  manusia.  Untuk
menolak hantu-hantu, orang akan datang kepada seorang dukun untuk meminta pertolongannya.
62
Hal ini juga penulis temukan dalam novel Rinai  Kabut  Singgalang  yaitu  saat  Munah  ibunya  Fikri  sakit  keras.
Orang kampung percaya bahwa sakit yang diderita Munah bukan sakit biasa  melainkan  dibuat  orang.  Maklumlah  di  kampung  namanya
tahayul masih jadi kepercayaan orang. Berikut kutipannya: Sekolah  dasar  mampu  diselesaikan  ibumu  dengan  baik.
Demikian  pula  kakaknya  Safri,  mamakmu.  Selesai  sekolah dasar  masuk  pula  mereka  ke  madrasah  di  Talu.  Tapi  hingga
tingkat  dua  sekolah  itu,  ibumu  diserang  sakit  berat.  Kurus kering badannya hingga rontok rambut di kepalanya. Dua tahun
lamanya ia putus sekolah dan tinggal di rumah ini. sedihlah hati kakek-nenekmu,  terutama  Safri  kakaknya.  Bermacam  orang
pintar  didatangkan  ke  rumah  tak  juga  sembuh  sakitnya. Bermacam  pula  disebut-sebut  sakitnya  itu,  dibuat  oranglah,
diganggu orang haluslah, dan lain-lain. Maklumlah di kampung ini  namanya  tahayul  masih  jadi  kepercayaan  orang.  Sempat
dibawa  ke  rumah  sakit  tapi  angkat  tangan  pula  dokter  tak  tahu apa sakit yang dideritanya.
63
61
Subhan, op.cit., h. 68.
62
Kuncaraningrat, op. cit., h. 261.
63
Ibid., h. 59.
Berikut  di  antaranya  kepercayaan  orang  Minangkabau  akan adanya mitos, yaitu percaya akan adanya hantu kuntilanak, perempuan
penghirup  ubun-ubun  bayi  dari  jauh,  menggasing  santet  yaitu menghantarkan  racun  melalui  udara,  hantu  cindaku  harimau  jadi-
jadian yang berubah wujud menjadi manusia, hantu penghuni lubuk, orang bunian, sampai lolongan anjing di tengah malam yang diyakini
sebagai pertanda ada suatu yang buruk yang akan terjadi. Selain  ketaatan  dalam  beribadah  dan  kepercayaan  masyarakat
desa  akan  mitos,  sistem  religi  Minangkabau  yang  ditemukan  dalam novel  Rinai  Kabut  Singgalang  adalah  kebiasaan  mengadakan
pengajian atau tahlilan bila ada keluarga terdekat yang meninggal. Hal itu  tergambar  ketika  Mak  Safri,  mamak  Fikri  meninggal  dunia
banyaklah  orang  yang  datang  melayat  dan  memberikan  bermacam penganan ringan sebagai adat kebiasaan ketika menziarahi orang yang
ditimpa kematian. Berikut kutipan: Orang  berganti-ganti  datang  melayat  dan  turut
berbelasungkawa  turun-naik  ke  dalam  rumah  gadang  itu. Macam-macam  dibawa  mereka  sebagai  adat  kebiasaan  di
kampung  kala  menziarahi  orang  yang  ditimpa  kematian.  Ada yang  membawa  beras,  uang,  gula,  dan  bermacam  penganan
ringan.  Seolah-olah  semua  orang  turut  simpati  atas  kematian Mak Safri. Sebuah pemandangan yang sangat kontras, mengapa
setelah matinya barulah banyak orang peduli sementara di kala hidupnya tak seorang pun sudi menjenguknya sampai dibiarkan
terlantar di tengah hutan manggis.
64
4. Sistem Kesenian