29
BAB III TINJAUAN NOVEL
RINAI KABUT SINGGALANG
A. Sinopsis Novel
Latar novel ini adalah di Minangkabau. Dikisahkan, Maimunah ibu Fikri, perempuan asal Pasaman Sumatera Barat telah dicoret dari
ranji silsilahnya lantaran nekad menikah dengan Munaf ayah Fikri, laki- laki asal Aceh. Munaf dianggap sebagai orang-datang orang yang tak
jelas adat-istiadatnya. Menerima laki-laki itu sama saja dengan mencoreng kehormatan keluarga sendiri. Namun, diam-diam Maimunah
melarikan diri ke Medan dan melangsungkan pernikahan dengan Munaf di kota itu. Setelah menikah, Maimunah tinggal di Aceh, dan tak pernah
kembali pulang ke Pasaman. Sementara itu, orang tua Maimunah hidup berkalang malu, sakit-sakitan, dan akhirnya meninggal dunia. Safri, kakak
kandung Maimunah bahkan sampai mengalami gangguan jiwa gila, lantaran menanggung aib karena ulah adiknya melawan adat.
Luka serupa kelak dialami Fikri. Fikri merantau ke Padang, karena ia bercita-cita hendak melanjutkan sekolah di perguruan tinggi. Sebelum
ke Padang, Fikri mencari mamak pamannya di Kajai, Pasaman. Di kampung asal ibunya itu, Fikri sempat merawat mamak Safri yang
mengidap penyakit selepas kepergian Maimunah ke Aceh, dan karena itu ia dipasung di tengah hutan. Namun akhirnya Mak Safri tewas dibunuh
akibat suatu perkelahian. Fikri pun meninggalkan Kajai hijrah ke Padang. Semasa di Padang, Fikri bertemu dengan Rahima, yang kemudian menjadi
kekasih pujaannya. Namun, cintanya bagai bertepuk sebelah tangan. Keluarga Rahima, utamanya Ningsih kakak Rahima bulat-bulat menolak
pinangan Fikri, lagi-lagi dengan alasan; Fikri orang-datang. Remuk-redamnya perasaan Fikri bersamaan dengan luluh
lantahnya kota Aceh, karena bencana dahsyat yaitu tragedi gempa dan
tsunami pada tahun 2004. Annisa, adik kandungnya digulung gelombang besar, rumah tempat ia dibesarkan tak bisa ditandai lagi titiknya. Ibu-
bapaknya telah meninggal sebelum bencana. Kini Fikri hidup sebatang kara, dan begitu kembali ke Padang, persoalan berat sudah menunggunya.
Rahima kekasih pujaannya itu telah dijodohkan dengan laki-laki lain. Akhirnya Rahima dibawa oleh kakaknya ke Jakarta untuk dijodohkan
dengan laki-laki pilihannya. Sementara di Padang, Fikri terpuruk dalam kesendirian, lantaran pengkhianatan cinta. Belakangan, Fikri mendengar
kabar, Ningsih menjodohkan adiknya Rahima dengan laki-laki lain ternyata atas dasar hutang budi. Kabar ini membuat Fikri semakin karam
dikerak kepedihan. Beberapa hari Fikri terbaring lemah, karena menanggung derita.
Beruntunglah ada sahabatnya Yusuf yang selalu memberikan motivasi sehingga bangkitlah ia agar tetap tegar menghadapi kehidupan. Berkat
kesusahan hidupnya dan segala penderitaan yang ia tanggungkan, menghantarkan ia menuju jenjang kesuksesan. Ia menjadi pengarang
terkenal, novelnya laris manis di pasaran. Keberhasilannya itu yang mempertemukan ia kembali dengan
Rahima, namun sayang Rahima telah menjanda. Ningsih yang merasa malu pada Fikri, meminta maaf atas kesalahannya dulu yang memutuskan
tali cintanya dengan Rahima. Pada akhir cerita pesawat yang ditumpangi Fikri dan keluarga Rahima mengalami kecelakaan. Ningsih dan
keluarganya meninggal seketika. Fikri mengalami pendarahan hebat, ia divonis tidak akan bisa bertahan hidup. Pada saat itu ia berwasiat pada
sahabatnya Yusuf untuk menjaga dan menikahi Rahima. Setelah kematian Fikri, Rahima pun jatuh sakit dan meninggal, Rahima dimakamkan di
sebelah makam Fikri.
B. Pengarang dan Karyanya