budaya Minangkabau dalam novel Rinai Kabut Singgalang diharapkan dapat membuat siswa mencintai dan melestarikan salah satu kebudayaan
besar di Indonesia.
F. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan bertujuan untuk mengetahui keaslian sebuah karya ilmiah. Pada dasarnya suatu penelitian tidak beranjak dari
awal, akan tetapi umumnya telah ada acuan yang mendasarinya. Hal ini bertujuan sebagai titik tolak untuk mengadakan suatu penelitian. Oleh
karena itu dirasakan perlu sekali meninjau penelitian yang telah ada. Berdasarkan studi kepustakaan yang penulis lakukan, banyak penelitian
yang menganalisis novel. Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah:
Penelitian yang dilakukan oleh Elsa Nindiarti. Skripsi 2012 STKIP Abdi Pendidikan Payakumbuh yang berjudul Analisis Nilai Moral
Novel Rinai Kabut Singgalang Karya Muhammad Subhan. Elsa menyimpulkan bahwa secara keseluruhan analisis nilai moral novel Rinai
Kabut Singagalang karya Muhammad Subhan ini sudah dapat dikatakan baik. Hal ini tercermin dari moral tokoh utamanya yang sudah baik dan
dapat diteladani. Elsa mengelompokkan ada 4 aspek moral yang perlu diteladani yaitu, aspek hatinurani, aspek kebebasan dan tanggungjawab,
aspek nilai dan norma, serta aspek hak dan kewajiban. Pesan moral yang disampaikan dalam novel ini yaitu: Jangan pernah membalas kejahatan
dengan kejahatan, tetapi balaslah kejahatan itu dengan kebaikan karena hal itu bisa membuat orang yang berbuat jahat tersebut akan menyadari
kesalahannya itu. Penelitian yang dilakukan oleh Mohd. Riyan Hidayat. Skripsi
2012 STKIP YPM Bangko Jambi yang berjudul “Kajian Emosi Pelaku
Cerita dalam Novel Rinai Kabut Singgalang ”. Riyan menyimpulkan
bahwa novel Rinai Kabut Singgalang karya Muhammad Subhan
menyajikan emosi yang beragam dari para pelakunya ketika menghadapi suatu permasalahan, yang kemudian bisa ditarik kesimpulan secara positif.
Hal ini terlihat pada ditampilkannya tindakan-tindakan yang baik untuk dicontoh dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Penelitian yang dilakukan oleh Silvia Deswika, Abdurrahman, dan Zulfikarni. Artikel 2011 FBS Universitas Negeri Padang yang berjudul
Struktur dan Nilai Religius dalam Novel Rinai Kabut Singgalang Karya Muhammad Subhan. Silvia, dkk. menyimpulkan bahwa dalam novel RKS
terdapat tiga nilai religius yang dianalisis yaitu nilai religius dalam lingkup aqidah, syariah, dan akhlak. Secara umum banyak hal yang dapat
dipelajari dan diteladani dari keseluruhan isi novel RKS karya Muhammad Subhan.
Penelitian yang akan dilakukan penulis mempunyai persamaan yang mendasar. Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama
memakai Novel Rinai Kabut Singgalang karya Muhammad Subhan sebagai objek yang akan diteliti. Namun, penelitian ini juga memiliki
perbedaan yang mendasar dalam subjek penelitiannya. Yaitu penulis meneliti aspek budaya Minangkabau yang ada dalam novel Rinai Kabut
Singgalang karya Muhammad Subhan dan Implikasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA.
29
BAB III TINJAUAN NOVEL
RINAI KABUT SINGGALANG
A. Sinopsis Novel
Latar novel ini adalah di Minangkabau. Dikisahkan, Maimunah ibu Fikri, perempuan asal Pasaman Sumatera Barat telah dicoret dari
ranji silsilahnya lantaran nekad menikah dengan Munaf ayah Fikri, laki- laki asal Aceh. Munaf dianggap sebagai orang-datang orang yang tak
jelas adat-istiadatnya. Menerima laki-laki itu sama saja dengan mencoreng kehormatan keluarga sendiri. Namun, diam-diam Maimunah
melarikan diri ke Medan dan melangsungkan pernikahan dengan Munaf di kota itu. Setelah menikah, Maimunah tinggal di Aceh, dan tak pernah
kembali pulang ke Pasaman. Sementara itu, orang tua Maimunah hidup berkalang malu, sakit-sakitan, dan akhirnya meninggal dunia. Safri, kakak
kandung Maimunah bahkan sampai mengalami gangguan jiwa gila, lantaran menanggung aib karena ulah adiknya melawan adat.
Luka serupa kelak dialami Fikri. Fikri merantau ke Padang, karena ia bercita-cita hendak melanjutkan sekolah di perguruan tinggi. Sebelum
ke Padang, Fikri mencari mamak pamannya di Kajai, Pasaman. Di kampung asal ibunya itu, Fikri sempat merawat mamak Safri yang
mengidap penyakit selepas kepergian Maimunah ke Aceh, dan karena itu ia dipasung di tengah hutan. Namun akhirnya Mak Safri tewas dibunuh
akibat suatu perkelahian. Fikri pun meninggalkan Kajai hijrah ke Padang. Semasa di Padang, Fikri bertemu dengan Rahima, yang kemudian menjadi
kekasih pujaannya. Namun, cintanya bagai bertepuk sebelah tangan. Keluarga Rahima, utamanya Ningsih kakak Rahima bulat-bulat menolak
pinangan Fikri, lagi-lagi dengan alasan; Fikri orang-datang. Remuk-redamnya perasaan Fikri bersamaan dengan luluh
lantahnya kota Aceh, karena bencana dahsyat yaitu tragedi gempa dan