Jakarta yang bekerja di kantor suaminya. Walau demikian sikap Ningsih tak dibenarkan Rahima karena ia tak ingin
dijodoh-jodohkan dengan orang yang tak ia kenal dan tak pula ia cintai.
28
c. Yusuf
Tokoh Yusuf adalah sahabat Fikri semenjak di Kajai. Yusuf digambarkan sebagai tokoh yang baik, perhatian, dan selalu
membantu Fikri. Walau pada awalnya ia ikut menyepakati rencana mencelakakan Fikri, tapi ia cepat insaf bahwa Fikri ialah pemuda
baik-baik yang tidak mempunyai kesalahan hingga harus dicelakakan. Dilihat dari perkembangan kepribadian tokoh, dapat
disimpulkan bahwa tokoh Yusuf adalah tokoh dinamis. Tokoh dinamis adalah tokoh yang kepribadiannya selalu berkembang.
Pada awal Yusuf ialah seorang yang jahat tetapi mengalami perubahan kepribadian di tengah-tengah cerita menjadi orang baik
dan bersahabat dekat dengan Fikri semenjak kematian Mak Safri. Ia juga ikut Fikri tinggal di Padang. Yusuflah yang selalu
membantu Fikri, merawat Fikri ketika ia sakit dan pemberi semangat ketika Fikri sedang putus asa. Kutipan:
Satu hal yang membuatnya dapat mengarang dengan mudahnya, lantaran Yusuf sahabatnya sangat setia
membantu segala urusannya di rumah. Yusuflah yang mencukupi kebutuhannya meski Fikri yang memberi uang
sebagai bekal belanja. Rumah yang ditempatinya di Bukittinggi selalu dirawat Yusuf, demikian pula dengan
kamar tulisnya yang penuh dengan buku-buku bacaan. Tak dibiarkan Yusuf buku-buku itu berdebu. Makan minumnya
Yusuf pula yang menyiapkan. Pokoknya ia menanggung beres saja.
29
6. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu. Dengan kata lain
28
Ibid., h. 242.
29
Ibid., h. 330.
gaya bahasa adalah cara khas pengarang dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis. Dalam novel Rinai
Kabut Singgalang, Muhammad Subhan menulis menggunakan bahasa Indonesia meski tidak seluruhnya, karena terdapat kata-kata atau istilah
lokal yang terdapat dalam novel yang membuat sebagian pembaca mungkin belum mengerti. Seperti kata lapau, mamak, rancak, dan kata-
kata lain-lain yang belum pernah didengar. Berikut kutipannya: Lamalah perempuan penghuni lapau itu memandang
Fikri, yang di wajahnya tampak lelah lantaran hampir seharian ia berjalan ke sana ke mari mencari-cari alamat rumah
mamaknya itu. Dipandangnya juga wajah orang tua itu lekat- lekat dengan penuh pengharapan. Kalaulah ia tidak menemukan
mamaknya itu, alamat tidak tahulah kepada siapa ia akan menumpang tinggal, sementara malam akan datang.
30
7. Amanat
Amanat yang terdapat di novel Rinai Kabut Singgalang adalah berjuanglah dengan tegar dan sabar dalam meraih cita-cita meskipun
dalam himpitan ekonomi dan keterbatasan agar cita-cita itu terwujud sesuai dengan keinginan. Selalu berserah diri kepada Tuhan dan sabar
dalam menghadapi segala cobaan. Berikut ini kutipan yang menunjukkan hal tersebut.
Itulah romantika hidup, ada suka ada duka. Ada senang ada susah. Hanya orang-orang yang bersabar saja akan
menghadapi hidup yang baik. Fikri lah orangnya yang merasakan itu. Apa kurangnya segala penderitaan ia
tanggungkan selama ini. dari sejak kematian kedua orang tua, kematian adik yang dilamun bencana tsunami, kematian
mamaknya di Kajai kampung ibunya lantaran dibunuh orang, hingga diputus cintanya oleh kekasihnya sendiri lantaran
kekasihnya itu lebih memilih perjodohan dengan orang lain. Cukuplah segala penderitaan itu. Padamlah sudah segala duka,
30
Ibid., h. 46.
dan kini terbitlah segala cahaya pengharapan akan kehidupan masa depan yang cerah.
31
B. Aspek Budaya Minangkabau dalam Novel Rinai Kabut Singgalang