saja dari bahasa Melayu. Kata-kata dalam bahasa Melayu umumnya dapat dicarikan kesamaannya dalam bahasa Minangkabau dengan jalan
mengubah bunyi-bunyi tertentu saja. Perhatikanlah contoh-contoh berikut ini: jua
„jual‟, taba „tebal‟, lapa „lapar‟, saba „sabar‟, takuik „takut‟, sabuik „sebut‟. Kalau orang mencoba mengadakan perbedaan
di antara orang-orang Minangkabau, maka perbedaan itu biasanya dihubungkan dengan perbedaan dialek yang ada dalam bahasa
Minangkabau. Secara garis besar, daerah pemakaian bahasa Minangkabau dibedakan dalam dua daerah besar, yaitu daerah a
terdapat di pasisie pesisir Sumatera Barat seperti Pariaman dan kota Padang dan daerah o terdapat dibagian darek darat yaitu di
Bukittinggi, Pasaman, Solok dan Batusangkar. Perhatikan contoh berikut ini:
Bahasa Melayu Dialek a
Dialek o Penat
panek ponek
Apa a
ano Mana
ma mano
Lepas lapeh
lopeh
2. Sistem Teknologi
Teknologi merupakan salah satu komponen kebudayaan. Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai,
serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Dalam teknik tradisional, sedikitnya 8 macam sistem peralatan dan unsur
kebudayaan fisik digunakan oleh manusia yang hidup dalam
mesyarakat kecil yang pindah-pindah, atau masyarakat petani di daerah pedesaan. Ke-8 sistem peralatan itu adalah:
14
a Alat-alat produksi
b Senjata
c Wadah
d Alat untuk membuat api
e Makanan, minuman, bahan pembangkit gairah, dan jamu
f Pakaian dan perhiasan
g Tempat berlindung dan rumah
h Alat-alat transportasi
Teknologi yang berkembang pada masyarakat Minangkabau contohnya, yaitu bentuk desa dan bentuk tempat tinggal. Desa mereka
disebut nagari dalam bahasa Minangkabau. Nagari terdiri dari dua bagian utama, yaitu daerah nagari dan taratak. Nagari ialah daerah
kediaman utama yang dianggap pusat sebuah desa. Halnya berbeda dengan taratak yang dianggap sebagai daerah hutan dan ladang.
Rumah adat Minangkabau biasa disebut Rumah Gadang dan merupakan rumah panggung. Bentuknya memanjang dengan atap
menyerupai tanduk kerbau. Sebuah rumah gadang biasanya memiliki tiga didieh yang digunakan sebagai kamar dan ruangan terbuka untuk
menerima tamu atau berpesta. Selain itu beberapa rumah gadang juga memiliki tempat yang disebut anjueng anjung yaitu bagian yang
ditambahkan pada ujung rumah dan dianggap sebagai tempat kehormatan.
14
Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi Pokok Pokok Etnografi, jilid II, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005, Cet. 5, h. 23.
3. Sistem Mata Pencaharian
Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah mata pencaharian tradisional saja, di
antaranya: a
Berburu dan meramu b
Beternak c
Bercocok tanam di ladang d
Menangkap ikan Mata pencaharian masyarakat Minangkabau sebagian besar
menjadi petani. Bagi yang tinggal di pinggir laut mata pencaharian utamanya adalah mencari ikan.
15
Jika dulu hasil pertanian dan perkebunan, sumber utama tempat mereka hidup dapat menghidupi
keluarga, maka kini hasil sumber daya alam yang menjadi penghasilan utama mereka itu tak cukup lagi memberi hasil untuk memenuhi
kebutuhan bersama, karena harus dibagi dengan beberapa keluarga. Selain itu adalah tumbuhnya kesempatan baru dengan
dibukanya daerah perkebunan dan pertambangan. Faktor-faktor inilah yang kemudian mendorong orang Minang pergi merantau mengadu
nasib di negeri orang merantau.
16
Untuk kedatangan pertamanya ke tanah rantau, biasanya para perantau menetap terlebih dahulu di
rumah dunsanak yang dianggap sebagai induk semang. Para perantau baru ini biasanya berprofesi sebagai pedagang kecil. Selain itu,
perekonomian masyarakat Minangkabau sejak dahulunya telah ditopang
oleh kemampuan
berdagang, terutama
untuk mendistribusikan hasil bumi mereka.
15
Puri Maulana,
“Kebudayaan Suku
Minangkabau ”,
2013, http:perpustakaancyber.blogspot.com201302suku-minangkabau-kebudayaan-sistem-
kepercayaan-bangsa.html diunduh pada hari Selasa, 2 Januari 2013 pukul 14.00 WIB.
16
Mochtar Naim, Merantau Pola Migrasi Suku Minangkabau, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1984, h. 1.
4. Sistem Organisasi Sosial