Begitu juga sistem mata pencaharian orang Minang yang tinggal di kota Padang. Bagi mereka yang tinggal dekat dengan
gunung, berladang dan bertanilah mata pencaharian mereka, sedangkan untuk yang bermukim dekat laut, sebagai nelayanlah
sumber penghasilan mereka. Hal ini tergambar pada tokoh Pak Usman orang tua angkat Fikri yang menjadi nelayan karena tempat
tinggalnya dekat dengan laut yaitu di Teluk Bayur. Namun mengingat usianya yang sudah tua diputuskannyalah untuk tidak melaut lagi dan
beralih menjadi petani di ladang. Berikut kutipan: “Senang sekali kami jika anak berkenan tinggal di
rumah kami. Anggaplah sebagai rumah sendiri. Suami ku telah tua tapi ia masih melaut tidak baik bagi kesehatannya. Jika
anak berkenan, bantulah ia berladang, agar diputuskannya tidak lagi melaut. Kami punya sedikit tanah di lereng bukit.
Jagung dan rambutan kami tanam
, juga sedikit sayur mayur,” ujar Bu Rohana. Penuh harap.
76
6. Sistem Teknologi
Teknologi merupakan salah satu komponen kebudayaan. Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai,
serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi yang berkembang di Minangkabau adalah bentuk rumah adatnya, yakni
Rumah Gadang. Rumah Gadang adalah nama untuk rumah adat Minangkabau yang merupakan rumah tradisional dan banyak di
jumpai di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Rumah ini juga disebut dengan nama lain, yaitu Rumah Bagonjong atau ada juga yang
menyebut dengan nama Rumah Baanjuang. Sistem teknologi yang penulis temukan dalam novel Rinai
Kabut Singgalang adalah Rumah Gadang yang masih banyak ditemui di Kampung Kajai. Berikut kutipan:
76
Ibid., h. 157.
Nun di pinggiran kiri kanan jalan tampak pula rumah- rumah penduduk yang sebagian atapnya bagonjong. Itulah ciri
khas rumah adat di Minangkabau yang selama ini hanya ia lihat di buku-buku pelajaran sekolahnya maupun di layar kaca
tatkala siaran berita wisata. Sungguh tak terbayang ia kalau saat ini tubuhnya telah berada di Ranah Minang yang sungguh
elok pemandangan alamnya.
77
Rumah Gadang biasanya dibangun di atas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku atau kaum tersebut secara turun
temurun dan hanya dimiliki dan diwarisi dari dan kepada perempuan pada kaum tersebut. Hal itu tergambar pada Rumah Gadang yang
ditempati Mak Tuo adalah peninggalan dari kakek-nenek Fikri. Rumah Gadang tersebut diwariskan kepada Mak Tuo karena ia adalah
kerabat dekat dari pihak ibunya Fikri. Mak Tuo yang selama ini menjaga dan merawatnya agar tidak lapuk dimakan usia. Berikut
kutipan: “Fikri, senanglah kami atas kehadiranmu di rumah ini.
Mak Tuo ini adalah kakak dari orangtua Munah, ibumu. Ibu Mak Tuo dengan ibu dari ibumu beradik-kakak. Sedangkan
aku adalah mamak jauhmu yang masih ada kekerabatan dengan ibumu. Rumah gadang ini adalah rumah warisan
kakek-nenekmu yang diamanahkan kepada Mak Tuo untuk menjaganya. Semantara aku tinggal tak jauh dari sini bersama
istri dan seorang anak. Tentu kau ingat kemarin seorang anak laki-laki yang menjemput aku ke sawah, itulah Buyung
putraku,” ujar Mak Bujang.
78
7. Sistem Organisani Sosial