Wacana Pembentukan Kota Tangerang Selatan

54

1. Wacana Pembentukan Kota Tangerang Selatan

Wacana proses pemekaran dan pembentukan Kota Tangerang Selatan memiliki cerita yang beragam, semua pihak yang terlibat secara langsung dalam proses, dalam hal ini merasa berjasa. Oleh karena itu, dalam hal ini penulis berusaha mencari data-data dan sumber yang ada, baik itu berupa tulisan-tulisan, maupun dari saksi-saksi atau pelaku sejarah pemekaran dan pembentukan Tangerang Selatan, untuk menghasilkan sebuah karya ilmiah yang mendekati nilai-nilai obyektif tentunya. Ada sebuah buku yang terbit dan beredar pasca diresmikannya Kota Tangerang Selatan, yang ditulis oleh Drs. H. Abdul Rojak, MA 57 , Sirojudin 58 , dan M. Istijar Nusantara, 59 yang merekam sejarah sepak-terjang sebuah organisasi. Walaupun buku ini dianggap berlebihan dan subyektif bagi banyak kalangan, namun setidaknya buku ini juga dapat memiliki nilai kebenaran dalam menceritakan proses pemekaran dan pembentukan Tangerang Selatan. Oleh karena itu, dalam hal ini penulis ingin sedikit menceritakan apa yang terkandung dalam buku tersebut, dengan kemudian mampu dijadikan bahan komparasi 57 Lihat Sejarah Berdirinya Kota Tangerang Selatan, dalam halaman terakhir tentang penulis, bahwa penulis adalah penduduk asli Tangerang Selatan, yang juga aktif dalam memperjuangkan pemekaran dan pembentukan tangerang Selatan dlam wadah Bakor Badan Koordinasi Pembentukan Cipasera, selain itu juga, beliau saat ini masih aktif sebagai pengurus KAHMI Kota Tangerang Selatan, dan kini menjabat sebagai Sekertaris Umum Majelis Ulama Indonesia MUI Kota Tangerang. 58 Lahir di Tangerang, 08 Juli 1980, pernah mengenyam pesantren di Pon-Pes Al- masthuriyyah dan Pon-Pes As-Salafiyyah Cibadak, Sukabumi, kemudian menyelesaikan S1 di UIN Syarif Hidayatullah, di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, semasa kuliah aktif berorganisasi di HMI Himpunan Mahasiswa Islam, dilanjutkan dengan memulai karir sebagai wartawan di harian umum Satelit News Pimpinan H. Margiono, dan tiga tahun sebagai pelaksana harian Tangerang Tribun. 59 Seorang jurnalis dan penulis, menyelesaikan S1 di Jurusan Pemikiran Politik Islam, UIN Syarif Hidayatullah, dan menempuh Program Magister S2 pada Program Media and Political Communication di Universitas Mercu Buana, salah satu pencetus berdirinya Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam KAHMI Kota Tangerang Selatan, sekarang masih aktif sebagai penulis artikel di berbagai media cetak, seperti di Harian Umum tangerang Tribun, Tangerang Ekspres, Tangsel Pos, Suara Pembaruan, Sinar Pagi, dan harian Umum Pelita. 55 dengan data dan sumber yang lainnya, dan diharapkan mengahasilkan data yang mendekati nilai-nilai obyektif. Berawal dari sebuah keperihatinan dan kepedulian sosial, tepatnya sepuluh tahun silam, ketika sekelompok aktivis yang tinggal dalam kawasan Ciputat, Cisauk, pamulang, Pagedangan, Serpong, dan Pondok Aren, begitulah setidak berita yang beredar di media massa. Dalam sebuah obrolan dirumah salah seorang Pegawai Negeri Sipil PNS Departemen Luar Negeri, Drs. Hidayat merasakan betapa lambatnya petugas-petugas dinas dari pemerintahan kabupaten Tangerang dalam melakukan pelayanan publik, tepatnya saat beliau hendak melakukan pembuatan Kartu Tanda Penduduk, yang memakan waktu hingga lima bulan, ditambah lagi problem kemacetan yang tak kunjung ada solusinya di tiga kecamatan berkembang seperti Ciputat, Serpong, dan Pamulang, seolah ketiga kecamatan tersebut merupakan kecamatan tak bertuan. Oleh karena itu, dalam beberapa masalah itu, muncul sebuah ide dari sejumlah aktivis tersebut untuk melakukan pemekaran wilayah, dengan berusaha membentuk pemerintahan yang otonom dan terpisah dari induknya. Mereka sadar, di awal perjuangan sekelompok aktivis tersebut membentuk sebuah LSM, namun dalam perkembangannya LSM Spot yang terbentuuk secara spontan tersebut harus melakukan penyesuaian, kemudian berubah menjadi sebuah organisasi yang bernama KPPDO-KC Komite Persiapan pembentukan Daerah Otonom Kota Cipasera. 60 60 “Lahirnya Sebuah Kota Baru”, harian Umum Tribun, edisi Kamis, 30 Oktober 2008. Lihat juga Djoko Loekito, “Sejarah Tebentuknya Kota Tangerang Selatan Dari Kota Cipasera Ke Kota Tangsel”, dalam http:www.facebook.comtopic.php?uid=102927126355topic=10262topic.php?uid=1029271 26355topic=10262 , penulis adalah salah satu pengurus yang terlibat secara langsung untuk terbentuknya kota CIPASERA, di tulis pada tanggal 12 Juli 2009, dan di akses pada tanggal 15 Februari 2010. 56 Namun seiring perkembangannya karena beberapa faktor organisasi tersebut harus berubah nama agar dapat menghimpun suara-suara dari berbagai organisasi, namun dalam buku tersebut juga dikatakan, bahwa organisasi tersebut selama ini tidak memberikan dampak yang signifikan dalam sosialisasi ide pemekaran dan pembentukan kota Tangerang Selatan, akhirnya beberapa anggota menghendaki untuk membentuk organisasi baru, dimana setiap anggota dituntut serius dalam menangani proses pemekaran dan pembentukan Kota Tangerang Selatan. Wal hasil, terbentuklah Badan Koordinasi Pembentukan Kota Cipasera Bakor Cipasera. 61 Sedangkan dalam sebuah wawancara penulis dengan Bapak H. Amien Djambek, 62 konsep pemekaran dan pembentukan kota Tangerang Selatan, berasal dari Pemerintah daerah Kabupaten Tangerang atau dari Bapak Bupati Ismet Iskandar, yang sudah dari dulu direncanakan, namun belum mendapatkan momentum yang tepat dalam mensosialisasikan kepada masyarakatnya. Namun di tahun 2004 ada sebuah organisasi, yang bernama Bakor Cipasera, yang mensosialisasikan konsep pemekaran wilayah dan pembentukan pemerintahan Kota Cipasera, dimana batas wilayahnya menyerupai konsep yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah atau bapak Bupati Ismet Iskandar. Jika dari Bapak Bupati, konsep pemekaran itu meliputi kecamatan Ciputat, Pondok Aren, Pamulang, Serpong, dengan batas wilayah sebelah barat Kali Cisadane. Sedangkan jika konsep pemekaran wilayah dari Bakor Cipasera meliputi kecamatan Ciputat, 61 Drs. H. Abdul Rojak, MA, dkk, Sejarah Berdirinya Kota Tangerang Selatan, Tangsel: Green Komunika, 2010, h. 23-60. Hal ini juga diperkuat dari liputan langsung Harian Umum RADAR, “Penggagas Cipasera Belum Kompak”, edisi Selasa 16 April 2002. 62 Ketua Umum Forum Membangun Tangerang Selatan FormatS, keturunan asli betawi, dan kelahiran asli Ciputat. Sekarang aktif sebagai aktivis pemantau Pemerintahan Kota tangerang Selatan. 57 Pondok Aren, pamulang, Serpong, Cisauk, dan Pagedangan, jadi batas wilayah sebelah baratnya dalam hal ini kecamatan Cisauk. Perbedaan lainnya dalam konsep pemekaran ini adalah sebuah nama yang akan ditetapkan untuk menjadi nama wilayah Kota otonom tersebut, jika dari Bakor Cipasera menghendaki dengan nama “Kota Cipasera”, yaitu akronim dari Ciputat, Cisauk, Pamulang, Pagedangan, Serpong, dan Pondok Aren. Sedangkan kalau dari Bapak Bupati menghendaki dengan nama “Kota Tangerang Selatan”, namun demikian, pada hakikatnya adalah secara sadar, baik masyarakat maupun Pemerintah Kabupaten, keduanya sama-sama menghendaki pemekaran wilayah dan pembentukan pemerintahan kota, terlepas dari nama yang berbeda-beda. 63

2. Faktor Pendukung Terbentuknya Tangerang Selatan