31 Oleh karena itu, substansi dari pemekaran wilayah adalah masyarakat memiliki
kewenangan untuk mengatur rumah tangganya sendiri demi tercapainya cita-cita bersama untuk mewujudkan masyarakat yang aman, adil, makmur dan sejahtera.
23
C. Filosofi Pemekaran Wilayah
Sebuah perkembangan dan kabar yang menggembiran ketika melihat hadirnya daerah-daerah otonom baru, secara pasti telah memperlihatkan sebuah
kesadaran masyarakat tentang arti penting kehadiran suatu pemerintahan yang otonom untuk menata dan mengembangkan daerahnya. Karena secara substansi
adanya ide tentang pemekaran wilayah adalah untuk mensejahterakan seluruh lapisan masyarakat daerah, dengan adanya pemerintahan daerah yang diharapkan
mampu berhubungan dan berkomunikasi baik dengan para masyarakat, diharapkan mampu mendengarkan seluruh aspirasi masyarakat, dan berusaha
mewujudkan secara bersama-sama. Namun dalam proses perjalanannya ide tentang pemekaran wilayah banyak yang memanfaatkannya secara sepihak untuk
kepentingan pribadi ataupun kelompok, bukan kepentingan seluruh masyarakat yang termasuk di dalamnya. Pemaknaan pemekaran wilayah kini telah berubah
arah, dan parahnya lagi pemekaran wilayah kini juga dapat menjadi komoditas politik, yang dilakukan oleh elite-elite untuk mewujudkan ambisi politiknya,
misalnya oleh elite yang gagal dalam pilkada. Isu-isu dimarginalkannya satu etnis oleh etnis lain dikomodifikasi sedemikian rupa dan direproduksi terus menerus
oleh elite politik untuk mempercepat proses pemekaran. Pemekaran menjadi alat perjuangan politik yang justru mengesampingkan kepentingan rakyat. Itulah
23
Bakor Cipasera, Menuju Kota Cipasera, Ciputat: copyright proposal Tangsel, 2005, h. 16.
32 sebabnya meskipun di beberapa daerah pemekaran dirasakan manfaatnya antara
lain dengan adanya peningkatan pelayanan publik tetapi di beberapa tempat belum membuahkan hasil yang signifikan.
24
Tidak semua pemekaran wilayah berhasil dengan cepat, politik desentralisasi itu senyatanya lebih banyak dilahirkan dari motif reaktif dan tarik
ulur kepentingan sehingga kian jauh dari orientasi kesejahteraan dan pemerataan kemakmuran rakyat. Pemekaran wilayah menjadi kian problematis karena
kegagalan itu berakibat langsung ke jantung realitas masyarakat. Sebut saja disintegrasi, ketidakjelasan wilayah, dilema kepemimpinan daerah, dan
meningkatnya kemiskinan menjadi warna dominan kegagalan pemekaran wilayah. Hasil pemekaran daerah yang tidak diimbangi dengan kesiapan infrastruktur dan
suprastruktur pada gilirannya menghasilkan daerah miskin baru yang masih membutuhkan subsidi kepada daerah induk. Kondisi pemekaran wilayah yang
semakin mengkhawatirkan ini mesti disikapi secara bijak oleh pemerintah dan DPR. Oleh karena itu, selain moratorium, harus pula dilakukan langkah strategis
lain dalam mengamankan jaringan ekonomi dan sosial masyarakat di daerah pemekaran baru, agar orientasi dan filosofi pemekaran daerah tetap dalam cita-cita
utama bagi pemerintah daaerah baru yang telah dilantik.
25
Selain untuk mensejahterakan rakyat, dan memberikan pembangunan daerah yang merata, pemekaran wilayah memiliki filosofi penting bagi
kelangsungan perkembangan pemekaran daerah, yaitu dapat
menjaga
24
Slamet Luwihono, salah seorang staff peneliti P2PL Pusat Penelitian Politik Lokal yang
menulis dalam
situs http:www.percik.or.idindex.php?option=com_contenttask=viewid=86Itemid=1
, yang di posting pada Rabu, 17 September, 2008, dan di kutip pada tanggal 11 Mei 2010.
25
Dalam Ali Masykur Musa, salah satu Anggota DPR-RI komisi II dari Fraksi Partai kebangkitan Bangsa, Kontruksi Pemekaran Wilayah, dalam situs
www.tempointeraktif.com , di
posting pada tanggal 11 Februari 2009, dan dikutip pada tanggal 11 Mei 2010.
33 keanekaragaman budaya dan adat daerah, yang merupakan bagian penting dalam
terjalinnya rasa persatuan dan kesatuan masyarakat daerah, sebagaimana yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 18 B ayat 2 yang kalimatnya sebagai berikut:
“Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang- undang.”
Dan yang lebih penting lagi adalah dengan menjaga entitas-entitas masyarakat daerah dari semakin merebaknya globalisasi dan budaya westernisasi.
Oleh karena itu, dengan adanya cita-cita pemekaran wilayah di sejumlah daerah di indonesia, juga diharapkan mampu menjaga keanekaragaman tersebut. Walaupun
nantinya ada perubahan budaya, diharapkan perubahan tersebut, tidak terlalu signifikan dan berpengaruh dilingkungan daerah tersebut, dan diharapkan pula
budaya-budaya yang masuk mampu membawa kebaikan bersama bagi masyarakat daerah.
26
Substansi-substansi tersebutlah yang semestinya menjadi filosofi bersama untuk melakukan pemekaran wilayah. Jika hal ini ditanamkan dan tetap menjadi
orientasi utama bagi para penyelenggara pemekaran wilayah. Maka niscaya daerah pemekaran wilayah baru akan menuai hasil yang mampu membangun
daerah tersebut kearah kemajuan yang lebih baik. Untuk meletakkan cita-cita pemekaran pada relnya, pemerintah baru harus melakukan pembenahan di level
kebijakan saja belumlah cukup. Pembenahan juga harus dilakukan pada level kesadaran politik para elite terutama yang ingin menjadi pelayan publik supaya
tidak menjadikan pemekaran sebagai komoditas politik semata. Menjadi pekerjaan
26
Komite Persiapan Pembentukan Daerah Otonom Kota Cipasera Bidang Penelitian dan Pengembangan, Kajian Awal Tentang: Peningkatan Status Wilayah Cipasera Menjadi Daerah
Otonom Kota, Ciputat: copyright proposal peningkatan status Cipasera, 2002, h. 26.
34 rumah kita bersama untuk meluruskan semangat pemekaran pada jalur semula
yaitu untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat, prinsip-prinsip tersebutlah yang kemudian hari diharapkan mampu menjadi fondasi dasar filosofi bagi para
penggagas pemekaran wilayah di berbagai daerah.
27
D. Tujuan Pemekaran Wilayah