Pengertian Pemekaran Wilayah Otonomi Daerah dan Pemekaran Wilayah

29 diharapkan dapat terus tumbuh dan berkembang sejumlah prakarsa dan kemandirian dalam iklim demokrasi. Namun demikian, pelaksanaan otonomi daerah ini harus juga dilakukan secara bersama-sama dengan pemahaman atas esensi dan pengertian otonomi masyarakat di daerah. 19

2. Pengertian Pemekaran Wilayah

Sejak otonomi daerah diberlakukan, proses pemekaran terjadi begitu pesat dan cenderung tidak terkendali. Upaya pemekaran wilayah dipandang sebagai sebuah terobosan untuk mempercepat pembangunan melalui peningkatan kualitas dan kemudahan memperoleh pelayanan bagi masyarakat. Pemekaran wilayah juga merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam memperpendek rentang kendali pemerintah sehingga meningkatkan efektifitas penyelenggaraan pemerintah dan pengelolaan pembangunan. Namun bagaimana pemekaran sendiri secara definisinya. Secara umum pemekaran wilayah adalah pembentukan wilayah administratif baru di tingkat provisi maupun kota dan kabupaten dari induknya. Pada dasarnya secara definisi pemekaran daerah adalah bentuk usaha dari pemerintah kabupaten dalam melakukan pemerataan dan pembagian wilayah ke tingkat yang lebih merata dan rapih, agar tidak terjadinya tumpang tindih, baik secara administratif, maupun secara sumber potensi alam yang ada di daerah. Landasan hukum terbaru untuk pemekaran daerah di Indonesia adalah UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, selain itu juga UU no 32 tersebut 19 Jimly Asshidiqie, Pokok-pokok Hukum Tata Negara, Jakarta: BIP, 2008. h, 57. Namun dalam paraghrap yang lain juga di tambahkan, bahwa kewenangan otonomi daerah juga dibatasi oleh kewenangan di bidang politik luar negeri, keamanan, peradilan, moneter, dan beberapa peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Artinya, otonomi daerah hanya diberikan kewenangan selama masih dalam teritorial daerahnya saja. 30 menyantumkan tentang pengertian daerah, yaitu penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah atau lebih untuk kemudian membentuk pemerintahan sendiri. Untuk itu, harus memenuhi syarat administratif, teknis, dan fisik kewilayahan. 20 Sedangkan dari perspektif kewilayahan, terminologi “pemekaran” menurut Profesor Eko Budihardjo merupakan istilah yang salah kaprah karena dalam “pemekaran” wilayah yang terjadi bukan pemekaran tetapi lebih tepat penciutan atau penyempitan wilayah, Dari perspektif kewilayahan memang istilah “pemekaran” tidak tepat digunakan mengingat dengan “pemekaran” suatu daerah justru mengalami penyempitan bukan perluasan wilayah. Dalam melihat pemekaran daerah banyak perspektif yang bisa digunakan antara lain perspektif hukum dan kebijakan, perspektif penataan wilayah, perspektif politik administrasi pemerintahan, dan lain-lain. 21 Sedangkan jika dilihat dari perspektif politik admistrasi pemerintahan pusat, pemekaran wilayah merupakan penambahan jumlah daerah baru kota, daerah, provinsi, atau desa. Dengan penambahan daerah baru, maka semakin besar pula beban yang harus ditanggung oleh pemerintah pusat, seperti penambahan jumlah kepala daerah dan semua struktur yang ada di bawahnya, dan hal demikian tersebut membutuhkan biaya rutin setiap bulan dan tahunnya. 22 Namun hal demikian kiranya kurang begitu berpengarung, artinya kita juga harus memperhatikan potensi daerah juga yang dimiliki daerah pemekaran baru ini. 20 Bakor Cipasera, Menuju Kota Cipasera, Ciputat: copyright proposal Tangsel, 2005, h. 12. 21 Lihat Herudjati Purwoko, dkk, Desentralisasi Dalam perspektif Lokal, Salatiga: Pustaka Percik, 2004, H. 49. 22 Lihat Frans M. Parera, dkk, Demokrasi Dan Otonomi, Mencegah Disintegrasi Bangsa, Jakarta: PT. Kompas media Nusantara, 2000, h. 163. 31 Oleh karena itu, substansi dari pemekaran wilayah adalah masyarakat memiliki kewenangan untuk mengatur rumah tangganya sendiri demi tercapainya cita-cita bersama untuk mewujudkan masyarakat yang aman, adil, makmur dan sejahtera. 23

C. Filosofi Pemekaran Wilayah